Disclaimer
Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Standart warning is applied
So, Don't Like? Don't Read!
Happy reading, minna-san!Matahari masih enggan berbagi sinarnya. Dan langit Tokyo senantiasa dihiasi awan kelabu setelah hampir sepekan ini. Jalanan di pusat kota memang selalu ramai tak peduli dengan pergantian cuaca yang sedang terjadi. Di taman dekat pinggir kota seorang gadis indigo tengah berusaha menyamai langkah kaki kecilnya dengan seorang pria di depannya.
"Sasuke-kun, k-kita mau p-pergi kemana?" langkah kecil yang terburu-buru itu terhenti-meminta penjelasan. Pasalnya sudah hampir 20 menit mereka hanya berjalan tanpa tujuan yang jelas.
"..." Pria berwajah stoic berbalik menatap gadis manis dihadapannya.
Onyx bertemu amethyst.
Hanya ada kekosongan dalam netra kekasihnya, Hinata menyadari itu namun ia tahan rasa penasarannya dan bersabar menanti si bungsu Uchiha itu untuk terbuka menceritakan masalahnya.
"Hinata-" datar dan dingin.
Tidak biasanya Sasuke memakai nada seperti itu ketika berbicara dengan gadis pujaannya. Lalu dimana panggilan kesayanganmu itu Sasuke."Hime, aku merindukanmu!"
"Hime, kapan kita akan pergi berkencan?"
"Hime, peluk aku!"
"Hime...."
"Hime...."
Ah, entah mengapa Hinata merindukan panggilan itu. Sasuke memang pria dingin dan angkuh namun ia akan berubah menjadi perayu ulung bila dihadapkan dengan si sulung Hyuga. Tak sehari-pun dilewatkan Sasuke untuk tak menggoda Aphrodite-nya dan pipi sang dewi akan senang hati menampilkan rona merah alaminya.
Namun akhir-akhir ini Sasuke kembali pada sifat asli Uchiha. Hinata bukannya haus akan godaan atau ingin dirayu tapi melihat Sasuke yang seperti ini terlalu aneh baginya.
"-kita akhiri saja!" kalimat itu meluncur begitu lancar dari bibir sang Ares.
"M-maksudmu ap-"
"Aku sudah bosan denganmu-" belum sempat Hinata menyelesaikan perkataannya Sasuke dengan cepat menyelanya "-jadi aku ingin kita berpisah. Kupikir setelah berpacaran denganmu akan ada suasana baru namun seperti kau sama saja dengan kebanyakan wanita yang telah aku kencani,"
Hinata mematung. Dia bingung harus menjawab apa. Semua yang diucapkan oleh si bungsu Uchiha itu telah berhasil membuat hatinya patah.
"Mungkin sebaiknya setelah ini kita bersikap seolah-olah tidak saling mengenal saja-" hentikan ucapan dari mulut sialanmu itu Sasuke "-selamat tinggal, Hyuga-san!" apa kau tidak berpikir Uchiha akibat perkataanmu berhasil membuat hati si sulung Hyuga patah..
-jauh lebih dalam.
Setelah mengatakan itu semua Sasuke melangkahkan kakinya menuju parkiran-tempat mobilnya berada. Tanpa menoleh sedikit-pun, dengan santai dia melewati tubuh kekas- ah ralat sekarang Hinata hanyalah mantan kekasih sang prodigy Uchiha.
Netra sang Aphrodite telah basah oleh air matanya. Tubuhnya bergetar hebat menahan isakannya. Dia hanyalah seorang gadis polos yang berhasil membuat salah satu pangeran kampus jatuh hati padanya. Atau mungkin selama ini dia yang terlalu percaya diri meyakini bahwa Sasuke sungguh-sungguh mencintainya. Hinata hanya bisa tersenyum miris. Inikah akhir kisah cintanya bersama Sasuke?
Setelah dipikir-pikir lagi, mana mau seorang cassanova seperti Sasuke Uchiha mau bersanding dengan gadis pemalu dan gagap sepertinya. Hinata teringat dengan nasihat kedua sahabatnya-Tenten dan Ino. Mereka kerapkali menasihatinya agar berhati-hati pada si bungsu Uchiha.
"Hinata, disini kau jangan terlalu dekat dengan yang namanya Sasuke Uchiha. Aku mendengar rumor bahwa sudah puluhan gadis yang patah hati ditolaknya karena mulutnya yang tajam itu," Tenten memperingatkannya saat mereka pertama memasuki area Konoha University sebagai mahasiswi tahun ajaran baru.
"Yaa, selain perkataan yang pedas, sikapnya itu juga sangat dingin pada setiap orang," Ino-sahabat semenjak smp-nya itu menimpali sambil sesekali mengangguk setuju dengan perkataan Tenten.
"Kyaaaa! Sasuke-kun!"
"Kyaa! Sasuke-sama!"
"Kyaaa!"
"Kyaaaaaaa!"
Teriakan itu menggema di lorong kampus tatkala Sasuke Uchiha sang pangeran kampus baru saja sampai. Hinata yang penasaran membalikkan tubuhnya mencari asal suara keributan tersebut. Dia melihat segerombolan gadis-gadis kampus yang sedang mengerubungi si bungsu Uchiha itu.
Tanpa sengaja amethyst-nya terpaku pada sepasang onyx yang menawan. Setelah sekian lama saling beradu tatap, Hinata terpaksa harus memutus kontak mata dengan sang Ares karena ajakan kedua sahabatnya.
Tanpa mereka sadari salah satu dari hati mereka telah tercuri..
-atau mungkin keduanya.
Namun Hinata hanyalah Hinata. Seorang gadis naif yang pertama kali mengenal arti kata jatuh cinta. Tanpa mengindahkan nasihat Tenten dan Ino, dia menyanggupi ajakan Sasuke untuk menjadi miliknya. Dan sekarang dengan brengseknya Uchiha itu juga mengajarkan makna patah hati pada Hinata.
***
Hinata berjalan lunglai. Dia tidak berniat untuk kembali ke rumahnya sekarang, dia hanya tak ingin keluarganya khawatir melihat keadaannya yang seperti ini.
Jadi Hinata hanya mengikuti kemana arah langkah kakinya berjalan tanpa mempedulikan orang yang berlalu lalang disekitarnya. Dan tiba-tiba saja..
Brukkk..
"Kau baik-baik saja, nona?"
TBC
Arigatou yang udah mau nyempetin baca! Saya disini mengambil tokoh dewa Yunani kuno untuk melambangkan Sasuke dan Hinata yakni Ares dan Aphrodite. Sebenarnya Ares bukan suami dari Aphrodite, dia hanyalah kekasih dari sang dewi kecantikan itu. Tapi saya tidak akan menggunakan kisah cinta Ares dan Aphrodite dalam fanfic saya ini. Kalau ingin mengetahui kisah dewa Yunani kuno, silakan browsing aja di Mbah Googl*.
Akhir kata,
See you in next chap~