Pantai

39 7 3
                                    

     Suara gulungan ombak terdengar jelas , aku berjalan sepanjang pantai ini untuk mengumpulkan beberapa batu yang ada dipinggir pantai serta pasir putih yang kumasukkan kedalam botol.


     Liburan semester ini kami sekeluarga berlibur di salah satu pantai di Kota Aceh.

     Hingga akhirnya botol berisikan pasir dan batuan itu penuh , lalu aku berjalan memasuki perairan untuk mencuci tangan. Namun ketika aku kembali ketempat dimana aku meletakkan botol tadi, kulihat botol itu tidak lagi ditempatnya.

     Aku kebingungan sambil menyepakkan pasir pantai hingga pasir lengket dicelana panjang basah yang kukenakan saat ini. Laki-laki yang bertelanjang dada itu datang menghampiriku.

      “Kamu lagi nyari botol ?”
Aku memandangi dirinya dari ujung kaki hingga ujung rambut, anak ini memang benar-benar datang ke pantai untuk mandi. Kulihat boxer berwarna biru yang basah, dada tanpa sehelai kain, kaki yang tidak mengenakan sendal dan tanpa sunglasses. Dia menyadari jika aku memandanginya dan langsung menyilangkan dadanya. “Ada yang aneh ?”

           Matanya memancarkan sorot yang menantang, sepertinya dia belum pernah mencicipi pasir pantai. Aku hanya diam dan pergi tanpa menjawab satupun pertanyaannya.
“Botolnya udah aku buang!”

     Aku menghentikan langkahku dan berbalik. “Kenapa dibuang ?”
Dengan santainya dia menjawab.

     “Kupikir nggak ada yang punya”

    Bagaimana bisa dia berpikir bahwa pasir itu masuk sendiri kedalam botol yang tertutup ? Pemikiran yang aneh.

“Lain kali berpikir pakai logika”
Kemudian aku pergi meninggalkannya, namun belum 4 langkah kutapaki dia memanggilku.

     “Hei cewek berkacamata besar , aku minta maaf. Kalau kau mau mungkin kita bisa mengumpulkannya lagi”

     Aku tidak mau menerima ajakannya karena aku baru bertemu 3 menit yang lalu dengan status dia sebagai pencuri botol. Bagaimana jika dia menenggelamkanku dipantai? Bagaimana jika dia berniat mencuri kacamataku ? Ah sudahlah daripada aku pusing lebih baik aku berterus terang jika aku tidak mau menerima bantuannya.

     “Aku belum terbiasa dengan orang yang belum kukenal”
Dia mengulurkan tangannya. “Namaku Mario. Kamu siapa?”

     Mario? Apakah itu namanya? Tapi dia tidak mengenakan baju kodok dan tidak memiliki kumis. Aku menjabat tangannya.

    “Aku Dewillya. Kamu bisa perkenalkan diri secara lebih detail nggak? ”

     Aku melepaskan jabatan tangan kami.Mario tertawa dengan mata yang terfokuskan padaku. Siapa lagi orang yang ditertawakan dia kalau bukan aku ?
Aku memintanya untuk memperkenalkan diri lebih detail dan dia menarik nafas beratnya terlebih dahulu sebelum mengeluarkan kata-kata.

     “Namaku Mario, aku dari kota Medan , tidak punya kasus kriminal dicatatan kepolisian dan rajin bayar uang kas tanpa harus digalakin bendahara. Jadi apa kau masih takut jika aku membantumu mengumpulkan pasir pantai ?”

     Aku tertawa mendengar cara dia memperkenalkan diri tapi memang benar jika membayar uang kas tanpa digalakin bendahara adalah suatu kebanggaan tersendiri apalagi dia adalah laki-laki dengan telanjang dada. Kurasa aku bisa mempercayai dirinya jika hanya untuk berkeliling disekitar pantai ini.“Kamu punya botol nggak ?”

   “Bentar ya , kayaknya tadi Mamaku ada botol kosong”

      Kemudian Mario berlari menuju pondok , kulihat dari kejauhan disana ada orangtua Mario yang sedang mempersiapkan makan siang. Mario berlari kearahku namun tidak membawa botol.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

K.I.T.ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang