Pernikahan

7.2K 269 26
                                    

Happy Reading

Shania tidak menyangka sekarang dirinya sudah tidak melajang tepat setelah pengucapan janji itu. Ia tampak mengeluarkan air mata menatap keluaragnya yang sedang berbahagia terkecuali ibunya yang sangat sedih kehilangan anaknya.

Sehari semalam ia memikirkan ini semua. Sebelumnya ia telah membayangkan hidup bersama Sean yang notabetnya adalah seorang duda dengan satu anak. Ini mungkin sulit baginya untuk bisa menerima kehidupannya nanti. Tapi, percuma saja ia ingin menolak, ayahnya pasti akan memaksanya.

Shania menatap wajah Sean yang sekarang menjadi suaminya, sangat tampan bagaikan malaikat, bola mata kristal yang indah, bentuk tubuhnya yang berotot, dada bidangnya membuat Shania menelan ludahnya dengan susah payah, ditambah lagi setelan tuksedo hitam dengan dasi yang menghiasinya.

Dimalam hari pun tak kalah ramai, banyak petinggi-petinggi yang menghadiri pesta pernikahannya. Pesta pernikahannya diadakan di hotel yang sangat mewah dan indah. Entah sudah berapa banyak biaya yang dikeluarkan Sean untuk pernikahannya ini.

Shania memandang indah gaun malam yang pas ditubuhnya sebelum melangkahkan kakinya keluar dari ruangan. Sedari tadi ia tidak mengobrol dengan suaminya hanya ada tatapan diantara mereka.

Shania duduk bersanding dengan Sean di atas bangku yang diperuntukan untuk pengantin. Hiasan-hiasan mewah menambah keindahan pesta itu. Sebagaian orang-orang tampak menyalami dan mengucapkan berbahagia atas pernihakan mereka.

Ini saatnya untuk berdansa. Alunan lagu indah dan romantic mengalun merdu memecah aula hotel tersebut. Tampak beberapa orang berdansa, ayah dan ibunya, Nathan dengan seorang anak perempuan yang entah ia ambil dari mana, bahkan kakeknya yang sedang melakukan dansa dengan seseorang wanita cantik yang disewanya serta teman-temannya yang sangat dikenalnya.

Tampak seorang pria mengulurkan tangan didepannya. "Shania, mau berdansa dengan saya?" tanya Sean. Pria itu tambah seksi jika seperti itu, langsung saja Shania luluh dan menerima uluran tangan Sean kemudian mereka melakukan dansa.

Shania memang sangat berbakat sekali untuk berdansa, sejak usia lima belas tahun ibunya sudah mengajarinya cara berdansa dengan baik dan sampai saat ini ia masih mengingatnya dengan baik.

"Maaf. " ucap Sean lalu memegang pinggang Shania, gadis itu langsung tertegun akan sentuhan Sean di pinggangnya. Dengan perlahan Shania memegang bahu pria itu dengan satu tangan dan tangan yang lain dia gunakan untuk berdansa mengikuti irama yang ada.

***

Shania memasuki rumah Sean yang sangat indah, bahkan rumah itu lebih mewah dibanding mansion milik keluarganya. Dengan halaman dan kolam renang yang luasnya lima kali melebihi pekarangan rumahnya.

Seluruh rumah itu didominasi dengan warna keemasannya bahkan seluruh ruangan ini mungkin saja berbalut dengan emas. Tangga yang menjulang tinggi seperti tangga kerajaan.

Ia dan Sean melangkahkan kakinya memasuki ruangan dengan dua pintu berwarna coklat keemasan dan betapa terkejutnya dia melihat isi ruangan, ini seperti bukan kamar tetapi apartement, ranjang ukuran king size, ruang televisi yang luas, bahkan ada ruangan yang berisi lemari pakaian, serta kamar mandi yang lantainya dibalut dengan marmer merah indah dan berkilau.

Shania tampak mengambil tempat duduknya di atas sofa berwarna emas, ah.. Apa benda diruangan ini semua berwarna keemasan? Hanya ranjang dan seprai saja yang berwarna putih.

"Ku harap kau tau batasanmu." ucap Shania lalu masuk kedalam kamar mandi meninggalkan Sean yang terpaku diam diatas ranjang.

Tak lama kemudian Shania keluar dari kamar mandi dengan menggunakan kimono berwarna putih lalu berbaring diatas ranjang.

"Kau tidak menggunakan pakaian tidur mu? Nanti kau bisa kedinginan kalau memakai kimono." tanya Sean.

"Kau tidak berhak menganturku. Ah... Aku mau membuat perjanjian, ada beberapa perjanjian yang harus kita sepakati. " tampak Shania mengambil secarik kertas yang berada di dalam tas tangannya dan membacanya disana tertera yang bertanda tangan dan yang mengajukan perjanjian. Shania memberikan kertas itu kepada Sean yang berada disebelahnya dengan berjarak satu meter.

Sean mengambil kertas itu lalu membacanya.

'Dengan ini, saya membuat perjanjian yang harus disepakati oleh kedua belah pihak. Beberapa diantaranya:

1. Tidak boleh mencampuri urusan si pembuat perjanjian begitu pula sebaliknya.

2. Tidak adanya hubungan suami istri dalam rumah tangga ini kecuali si pembuat perjanjian menginginkannya.

3. Jika salah satu saling menyakiti. si pembuat perjanjian akan melakukan perceraian.

4. Lima belas bulan telah berlalu dalam rumah tangga maka si pembuat perjanjian akan melakukan perceraian.

Sean tampak menatap Shania yang sedang membersihakan kuku-kukunya. "Aku tidak setuju." ucapnya.

"Apa untungnya bagiku?" tanya Sean.

"Aku menikahimu karena memang ingin membangun keluarga bersama mu." lanjutnya.

"Sekali lagi ku tekankan, aku tidak mencintaimu." ucap Shania menatap Sean lalu tersenyum sekilas.

"Mungkin ini bisa kita bicarakan besok. Ini sudah malam, sebaiknya kita tidur." ucap Sean lalu mematikan lampu kamarnya dan menghidupkan lampu tidur yang berada di atas nakas samping ranjangnya.

Tbc

Vote and comment.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Sweet DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang