Masih Senin, 07.15.
Krystal-"Kau belajarlah dengan rajin. Kau tahu bahwa kita kembali hanya karena kau, kan?"
"Ne, eonnie," ucapku sembari menunduk. Aku tak mampu menatap wajah kakakku.
Jessica tersenyum, "Kakak bercanda, Krys. Kakak yakin mama dan papa kelak bangga dengan prestasimu di Korea." ia mengelus puncak kepalaku lembut.
Aku menangguk mengangguk pelan kemudian kak Jessica menggandeng tanganku untuk masuk ke mobilnya. Ia membukakan pintu agar aku bisa masuk ke dalam. Aku duduk di kursi depan tentunya. Setelah memasang seat-belt, kak Jessica ikut masuk ke mobil dan kembali mengelus puncak kepalaku.
Baru lima menit setelah kak Jessica menancap gas, ia menyalakan radionya. Mungkin canggung?
"Kau mau dengar lagu apa?" tanyanya halus.
"Ehm? Mm... Lagunya Taeyeon yang If!"
"Aish, kau harus mendapat motivasi agar semangat belajar. Yang nge-beat dikit dong," kakakku tertawa.
Aku tersenyum renyah dan mulai mengutak-atik radio mobil kakakku. Karena di-shuffle, jadilah kami mendengar lagu Red Velvet 'Happiness' untuk mengawali pagi ini.
"Good choice," gumam kak Jessica sebelum ikut jamming lagu favoritnya ini.
@ Sekolah
"Gomawo eonnie, sudah mengantarku," ujarku sebelum melepaskan seatbelt. (terima kasih)
"Eung. Nanti kau mau dijemput jam berapa?
"Entahlah... Nanti kutelepon."
"Arasseo. Sekarang kau ke luar dari mobilku dan belajar dengan giat!" (baiklah)
"Ne... Ne," aku terkekeh kecil lalu membuka pintu mobil kak Jessica. (ya)
Saat aku turun dari sana, aku langsung dilihati oleh beberapa siswa di sekolah ini. Aku tak tahu mengapa, namun ini sedikit menyeramkan!
Saat aku mulai berpikir apa ada yang salah dariku aku langsung melangkahkan kaki menuju toilet, memastikan apa memang benar aku aneh hari ini.
"Tidak kok~ tidak ada yang aneh. Tch, kira-kira kenapa mereka melihat ke arahku tadi?" tanyaku pada diri sendiri di depan kaca toilet.
"Ya, kau adik kelas. Jangan sok lugu dan menganggap hanya kaulah siswi tercantik di sini!" bentak gadis tinggi yang tak kukenal itu.
'Mwo? Apa-apaan dia?! Kenal saja tidak sudah main maki-maki saja' batinku. (Apa-apaan)
"Tunggu... Apa maksudmu? Kau bilang tadi 'adik kelas'? Maaf Seonbaenim, aku tak tahu jika murid di sini memperlakukan sikap seperti itu kepada adiknya. (Senior)
"Kau berani menjawab, eoh? Lagi pula siapa yang bilang kau itu adikku?" ia melipat kedua tangannya di dadanya.
"Permisi," aku melaluinya begitu saja. Aku tak peduli
