YOU 2

517 31 3
                                    

“dan…selamat tinggal, kuharap kau akan benar-benar bahagia dengan keputusanmu. setelah ini…aku akan berusaha untuk tidak menemuimu lagi atau bahkan terlihat olehmu”

Tersenyum, dia tersenyum lagi namun kini senyumnya sangat terpaksa. Pedih rasanya melihat senyumannya kali ini. Pertama kalinya aku melihat sebuah senyuman dengan diiringi air mata yang mengalir seperti itu. Dia…

Melihatnya berbalik membuat hatiku mencelos, apa dia benar-benar menyerah dalam menghadapiku? Sesak…hati ini tiba-tiba merasa sesak. Sial, mana mungkin api akan tetap menyala di tempat tanpa udara. Aku benar-benar membutuhkannya. Sedikit berharap dia akan berbalik dan kembali padaku.

‘tidak menemuimu lagi atau bahkan terlihat olehmu’

Memandang punggungnya yang semakin menjauh membuat dadaku terasa sakit, tanganku merenggut kaos bagian dadaku menahan sakit ini. Tidak juga hilang. Apa yang harus aku lakukan? Aku membutuhkannya sekarang juga. Ah, masa bodoh dengan apa kata orang…

Berlari aku mengejarnya kini, menarik lengannya paksa dan memeluknya erat. Masa bodoh dengan mereka semua yang menganggapku kotor, aku, Uchiha Sasuke, membutuhkannya, seorang medic-nin muda yang sukses dan merupakan murid Tsunade-sama, Haruno Sakura.

Meski awalnya dia terkejut dan sedikit berontak dengan tindakanku yang memeluknya secara tiba-tiba ini, pada akhirnya dia menyerah juga. Dia menangis sejadi jadinya dalam pelukanku kini, memukul pelan dadaku.

“Maaf…”

“Kau jahat Sasuke-kun, hiks, kau tahu itu? Me-menyebalkan, hiks” ucapanya sedikit terbata karena tangisannya sendiri.

“Aku…maafkan aku Sakura”

“Huaaa…”

Tangisannya semakin kencang dalam pelukanku mendengar aku meminta maaf padanya, biarlah kaosku basah dengan air matanya, yang penting dia tidak pergi ke mana-mana. Dengan menggeleng-gelengkan kepalanya dia membalas pelukanku, melingkarkan lengannya di punggungku. Rasanya hangat…

“Jangan menangis lagi bodoh…” suaraku melembut berusaha menenangkannya.

“Hiks…hiks…”

“Sudah?” sedikit melonggarkan pelukan, aku menunduk memandang wajahnya yang memerah entah karena menangis atau malu, entahlah tapi aku menyukainya.

“He’em…” dia mengangguk dan menyeka air matanya.

Memandang wajahnya yang baru menangis membuatku pilu, seingatku dia adalah gadis bodoh yang tegar. Selalu tersenyum riang dan cerewet, membicarakan ini dan itu meski hanya akan mendapatkan gumaman berupa ‘Hn’ dari mulutku. Berteriak sangat kencang saat Naruto memakan bento yang dibuatnya untukku. Berlari mengejar pasien anak kecil yang sulit diatur. Atau saat wajahnya tiba-tiba bersemu memerah saat membicarakanku. Eh? Aku seperti baru saja menyadari sesuatu, aku…begitu memperhatikannya.

Membantunya menyeka air mata, mengusap lembut pipinya yang basah karena air matanya. Memandang ke dalam hijaunya mata bening miliknya, semakin menyeretku melakukan hal yang tidak pernah terpikir olehku. Sedikit mengangkat dagunya dengan jari telunjuk dan ibu jariku, menekan lembut bibir kenyalnya dengan bibirku.

Matanya membulat terkejut atas pelakuan bibirku pada bibirnya, namun lama kelamaan diapun memejamkan mata, menikmatinya. Rasanya manis…

Ini ciuman pertamaku, takkan kubiarkan nafsu merusak semuanya, biarlah kukecup singkat saja bibirnya dengan cintaku. Kulepaskan bibirku dari bibirnya, menatapnya yang sedikit terengah karena ciumanku tadi. Aku tersenyum tipis…

“Nah, mulai sekarang, kau adalah milikku…Uchiha Sakura,”

Lagi-lagi matanya membulat mendengar perkataanku dan itu sangat menggemaskan. Kukecup lembut keningnya.

“Terima kasih, aishiteru Hime…”

GUBRAKK!!

Eh? Kami menoleh kearah sumber suara yang mengejutkan dan mengacaukan suasana kami. Melihat Naruto di bawah Sai yang jatuh tersungkur tidak elit, dengan Kiba dan Akamaru diatasnya. Oh sial, apa yang mereka lakukan diatas sana?

“Kalian ini bodoh sekali sih! Masa begitu saja jatuh, jadi ketahuan kan!” terdengar Ino berteriak memarahi mereka yang terjatuh.

Tunggu dulu, masih ada lagi?

“Haah, kalian ini, mendokusai…”

Beberapa saat kemudian muncul Ino, Shikamaru, Hinata dan guru Kakashi, APA? Guru Kakashi? Juga? Apa-apaan mereka, bersembunyi di atas pohon? Sial, wajahku terasa panas saat itu juga, mungkin ini yang Hinata rasakan setiap bertemu dengan Naruto, memalukan.

“Apa yang kalian lakukan?” setelah mengendalikan perasaan, aku bertanya pada mereka dengan wajah yang dua kali lipat lebih dingin dan datar dari biasanya.

“Eh? A-ano, begini Sasuke-kun…” Ino berbicara tergagap mencoba menjawab pertanyaanku setelah dilihatnya tidak ada yang berani menjawab.

“Ah sudahlah Teme, kami sudah melihatnya semuanya, kapan kalian akan menikah?” Naruto memotong ucapan Ino dan berkata dengan wajah tanpa dosanya.

Dia, benar-benar. Kulihat wajah Sakura malah lebih memerah dari sebelumnya. Ck, Dobe no Baka dan gerombolannya itu benar-benar sudah membuat kami malu rasanya. Bukankah dia bilang ‘sudah melihat semuanya’? itu artinya…aarrggghhh, lihat saja, akan kubunuh kau setelah ini Dobe.

“Minggu depan” jawabku singkat dan tegas.

“Heee???” teriak mereka terkejut dengan kompaknya, termasuk juga Sakura.

Hey, apa itu terlalu lama?

“Ng, Sa-Sasuke-kun…apa itu tidak terlalu terburu-buru?” kini suara Sakura yang terdengar.

“Tidak masalah, mereka semua yang akan mengerjakannya” jawabku dengan tatapan mata sharinganku yang aktif terarah pada mereka.

Glek!!

“Ba-baiklah Teme, a-aku akan membantu kok, hehe” Naruto menjawab dengan sedikit ketakutan membayangkan betapa berbahanya jika aku mengeluarkan jurusku.

“Ya, ya, kami juga” mereka kompak setuju menghindari amukanku.

“Ah, kalau aku, aku akan mengambil alih saat persiapan malam pertama kalian” sebuah suara berat menjawab dengan entengnya.

“Sharingan!” dengan wajah menahan malu dan marah kubuat guru Kakashi tersesat ke jalan yang namanya kehidupan.

♡♡♡

End

G : jadi lu pernah cium bibir gitu?
LK : >///< e-enggak (gagap bin gugup, kaget juga dapet pertanyaan yang bikin tegang)
G : hmm, kok di cerita 'Tanpa Kata' kesannya lu pernah ciuman (sumpah ekspresi anak itu minta ditabok kulit pisang waktu ngomong gitu)
LK : serius, gue belum pernah ciuman—di bibir tepatnya. Gue cuma menggambarkan dan menuangkannya ke dalam kata2 setelah mampir sana sini di lapak senior. Gue mah masih polos ✌

Dan setelah itu tatapan G ke gue berubah 🙀
Seriusan, percakapan di atas adalah secuil kenyataan yang mesti gue terima dari seorang senior yang tanpa sepengetahuan gue baca karya kotor gue yang satu ini. Sumpah, malu abis waktu itu 😣

Tapi inilah karya gue dan gue—GUE MALU!

Ps. Dengan ini kalian berjanji dosa ditanggung masing2 😸

YOU (Tanpa Kata)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang