Saat cinta tak dibalas, kamu boleh tetap memberi. Saat dia menyuruhmu pergi, kamu boleh pergi jika kamu sanggup, kamu juga boleh pura-pura pergi dan tetap memperhatikannya jika kamu mau meyakinkan bahwa cintamulah yang terbaik, bahkan sampai kamu lelah. Tapi saat dia memilih wanita lain, kamu harus bisa pergi dan menjauhi, pelan-pelan jika kamu tak sanggup. Mungkin takdirmu tak bergantung padanya, walaupun kamu mencintainya dengan sangat. Saat kamu melihatnya bersama wanita lain dan hatimu merasa sesak, saat itu juga kamu dituntut untuk ikhlas jika kamu ingin bahagia. Cobalah untuk tersenyum dan carilah kebahagiaan yang lain, meskipun mengaguminya yang tak mencintaimu memiliki titik kebahagiaan tersendiri bagimu. Cinta itu banyak bentuknya. Bukan hanya sekedar suka, pendekatan, lalu jadian. Bukan. Cinta tak selamanya berakhir dengan jadian lalu putus di tengah jalan. Kamu mengaguminya, suka padanya, mencoba mendekatinya, berharap dia memiliki perasaan yang sama padamu, lalu kamu coba jujur padanya, mengatakan bahwa kamu menyayanginya, dan tiba-tiba kedekatan itu hilang, dia mulai mengacuhkan mu, seperti tak membiarkanmu mencintainya, dengan alasan belum saatnya untuk merajut kasih, lalu tiba-tiba kamu mendengar kabar bahwa dia telah bersama wanita lain, dia bersikap manis saat bersama wanita itu, berbanding balik saat bersamamu, kamu mencari tahu siapa wanita beruntung itu, wanita yang bisa mencairkan hatinya yang beku, kamu mencari tau dengan tak peduli sakit di hatimu, sampai kamu tau siapa wanita itu, dan kamu mengakui wanita itu lebih darimu, lantas kamu mencoba tersenyum di tengah rasa sakit, kamu mencoba untuk tak lagi menganggunya dan mengirim pesan singkat untuknya :
'selamat. Dia wanita yang cantik dan baik, pantas untukmu. Maaf aku pernah memaksa mu untuk mencintaiku, sampai kamu berkata bahwa belum saatnya merajut kasih. Bodohnya, aku percaya dan kecewa dengan diriku sendiri yang merasa berlebihan mencintaimu. Sekarang kamu bersamanya, harusnya kamu tau sakitnya menjadi aku, yang merasa seperti dibohongi olehmu. Jika maksudmu kamu tak pernah suka padaku, kenapa kamu tak jujur saja padaku? Mungkin kamu tak tega menyakitiku secara cepat, justru pengakuanmu itu menyakitiku dengan perlahan. Dan kamu tau? Itu lebih sakit :') Sekarang kamu bersamanya, aku sudah tidak bisa lagi sebebas dulu mendekatimu saat kamu masih sendiri. Aku wanita dan aku tau bagaimana sakitnya saat lelakiku dekat dengan wanita lain. Aku tau jika kamu dan dia belum memiliki ikatan yang sah, berarti kamu bukan miliknya seutuhnya. Tapi aku tak sejahat itu untuk merebutmu darinya, walaupun menurutku cintaku yang lebih pantas. Sekali lagi karena aku wanita, dan aku tahu bagaimana sakitnya. Semoga hubungan mu dengannya baik-baik saja ya. Jangan memaksaku untuk cepat-cepat melupakanmu, karena itu berat, aku tak bisa melupakanmu secepat aku menyayangimu. Beri aku waktu dan izin untuk tetap menyayangimu. Aku takkan menganggu hubunganmu dengannya. Kamu pasti bahagia karena sudah tidak ada lagi aku yang menganggu harimu. Dan aku pasti rindu, rindu mengganggumu yang menjadi hobiku dulu :')'
Dan dengan sifat dinginnya dia menjawab:
'Iya. Terimakasih ya.'
Dengan tak peduli rasa sakit kamu tetap membalasnya:
' Iya.. sama-sama :)'
Lalu dia? Menganggap pesan terakhirmu seperti koran, hanya dibaca tak perlu dijawab. Dan kamu? Dengan bodohnya tetap menunggu balasan darinya, padahal kamu tahu dia takkan membalas.
Itu pun disebut cinta. Mungkin lebih tepatnya cinta bertepuk sebelah tangan. Mengagumi tanpa dicintai, merelakan yang disayang menjadi milik orang lain, itulah cinta sejati. Mungkin.
-aku yang merindukanmu :)