Pagi ini aku rindu kamu, yang ini sudah parah. Tapi tetap saja aku tak percaya diri untuk menghubungimu. Aku takut mengganggumu.
Dulu, semasa jarak belum ada, aku merasakan semangat itu. Senyum itu dulu sangat tulus, benar adanya dia bahagia. Tapi semenjak rasa itu aku ungkapkan, mulailah terciptanya jarak. Yang membuat semangat itu tetap ada, tapi berbeda. Senyum itu tulus, tapi tak sebahagia lama. Ntah karena itu atau bukan, dulu nilaiku di sekolah lumayan bagus dan aku puas. Tapi setelah semuanya berubah, membuat perubahan ke semua. Semua yang dulu karnamu dia baik sekarang buruk dan aku kecewa terhadap diriku sendiri, yang tak bisa membuatnya tetap bersinar, disaat kamu bubar.
Aku mencoba merapikan semua, semua yang rusak karena tiadanya kamu di sini, tapi aku tak bisa. Semangat kuat itu datangnya darimu. Aku ingin adanya hadirmu, di sini, melayani orang yang membuat muakmu. Tapi kenapa kali ini aku enggan memulai? Padahal dulu selalu aku memulai.
Sang Maha Pencipta perasaan, tak apa Kau tak mengizinkan aku untuk mencari semangat yang pernah ada dulu. Tapi berilah aku semangat kuat lainnya, dari sumber yang senang aku menggapainya. Aku sayang diriku. Aku sayang hatiku. Aku tak mau ia selalu terluka. Aku tau diri dan hati itu lelah.
