Rafa melirik jam dinding di kamarnya, ia segera mengganti pakaiannya dan merapikan rambutnya. Rafa ingin terlihat 'ganteng' di mata Shira. Ah, mau se-absurd apapun penampilan Rafa, Shira tetap akan menyukainya. Oke, Rafa terlalu pede sekarang.
Rafa segera menancapkan gas dan pergi menuju gereja, tempat Shira ibadah.
•
"Balik lagi sama Aweng di 95.3 Bintang FM. Sekarang Aweng mau bacain request, nih. Yang pertama dari Viola, requestnya Peri Cintaku-Marcell. Oke, langsung aja kita dengerin lagunya!"
Di dalam hati ini hanya satu nama
Yang ada di tulus hatiku ingini
Kesetiaan yang indah tak'kan tertandingi
Hanyalah dirimu satu peri cintaku
Benteng begitu tinggi sulit untuk kugapai
Aku untuk kamu, kamu untuk aku
Namun semua apa mungkin iman kita yang berbeda
Tuhan memang satu, kita yang tak sama
Haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi
Rafa langsung mematikan radionya. Ia merasa kesal mendengar lagu itu, seolah-olah lagu itu sedang mengejek hubungannya dengan Shira.
Beberapa menit kemudian, Rafa sampai di gereja. Rafa keluar dari mobilnya untuk menjemput Shira.
Setelah lima menit berlalu, terlihatlah batang hidung Shira. Ah, ternyata dia bersama calon mertuanya.
Hm.
Calon mertua? Bangun dari mimpimu, Rafa!
"Rafa!"seru Shira sembari berlari kecil menghampiri Rafa. Sedangkan Rafa, ia hanya tersenyum simpul.
"Tante, Rafa mau ajak anak tante jalan. Boleh, tan?"tanya Rafa
"Boleh, kok. Lain kali ajak-ajak tante jalan!"jawab Tante Melisa tersenyum. Senyum yang dipaksakan.
"Mama ngasik, deh!"Shira tertawa kecil. "Shira berangkat dulu, ya!"
•
Rafa membukakan pintu mobil untuk Shira. Shira terkekeh kecil, tidak biasanya Rafa bersikap seperti ini. "Alay, Raf!"
"Sesekali alay sama cemewew-nya boleh, dong?"Rafa menyilangkan tangannya dan jari telunjuknya memegang pipinya.
"Ih, sana nyetir!"
Rafa berlari kecil kesebelah kanan mobil. Baru saja Rafa mau membuka pintu, ponselnya bergetar, ia segera membuka fitur pesan, dan ternyata dari Tante Melisa.
'Raf, saya kasih kamu kesempatan sekali lagi, setelah itu putuskan hubunganmu dengan Shira. Iman kalian berbeda, dan kamu tahu itu, Rafa. Saya mengingatkan lagi, untuk apa mempertahankan dia jika akhirnya kamu tidak bisa bersama dia'
Menerima pesan itu, air muka Rafa langsung berubah. Rafa langsung masuk ke mobilnya dan menutup pintunya dengan keras.
Perempuan di sampingnya langsung menoleh, menatapnya dengan pandangan bertanya.