"Fa, filmnya bagus! Aku suka!"seru Shira dengan senyuman manisnya.
Melihat senyuman Shira, Rafa bisa melupakan 'sebentar' tentang pesan dari mama pacarnya itu.
Rafa bertanya, "Cafe dulu, ya?"
Shira mengangguk. Rafa langsung menggandeng tangan perempuan itu, dan menariknya pelan.
•
Suara bel diatas pintu cafe terdengar, wangi kopi langsung memenuhi rongga hidung mereka. Mereka memilih kursi di pojokkan cafe.
"Mau pesan apa?"tanya pelayan itu sambil memberika buku menu.
Rafa membuka buku menu,"Hot chocolate satu. Shir, kamu apa?"
"Samain aja,"
Rafa menutup buku menunya dan memberikannya kepada pelayan perempuan itu. "Dua hot chocolate, ya."
Pelayan itu mengangguk dan pergi meninggalkan meja mereka.
"Shir, aku mau ngomong."kata Rafa cepat.
Shira mendongak. Ada perasaan tidak enak di dalam benaknya, tapi perempuan itu memilih menjawab perkataan Rafa dengan tenang, "Kenapa, Raf?"
"Kita putus, ya? Aku sebenernya juga gamau tapi, keadaan yang maksa. Kamu tahu iman kita beda, dan kita gak bisa lanjutin,"
Shira terdiam. Perkataan Rafa perlu diproses oleh otak perempuan berambut sebahu itu. Sedetik kemudian, cairan bening menetes dari mata indah perempuan itu.
"Shir, jangan nangis."
Rafa paling tidak suka melihat Shira menangis, apalagi karena dirinya.
"Kenapa, Raf? Kalau dari awal tahu gak bisa di lanjutin, kenapa kamu nembak aku? Kenapa kamu bikin aku nyaman sama kamu? Kenapa kamu bikin aku jatuh cinta sama kamu, Raf?!"intonasi suara Shira meninggi. Ia benar-benar emosi sekarang.
"Maaf, Shira."
"Kamu itu bahagia aku, Raf."suara Shira melemah. Shira menghapus air matanya, tapi percuma, air matanya tetap terus mengalir. Hatinya benar-benar sakit.
"Kenapa semua menentang kebahagiaan aku, Raf?! Dari mama aku, papa aku, saudara aku, sahabat aku,"
"Bahkan sekarang kamu, Raf. Kenapa kamu memulai kalau akhirnya kamu memilih untuk mengakhiri?"
Rafa menunduk,"Shir, percuma kita pertahanin sekarang kalau nanti kita gak bakal nyatu. Aku minta maaf, Shir. Ini buat kebaikan kita,"
"Kita bakal nemuin seseorang yang baru, Shir. Dan, orang itu bisa jadi 'bahagia' kita yang selanjutnya,"
Shira tetap dalam tangisnya Ia kehilangan 'bahagia'-nya sekarang. Shira benar-benar sayang dengan laki-laki dihadapannya ini.
Rafa menunduk. Jujur, sangat sulit untuk melepas apa yang telah digenggam erat selama ini. Kalau saja bisa, ia tak akan pernah melepaskan perempuan itu.
•
Yeyyy!! Akhirnya cerpen ini selesai! Masih banyak kekurangan, nanti aku revisi, kok!
Semoga kalian suka!❤️❤️❤️❤️❤️
-putihtulang.