Part Sembilan

8.3K 328 0
                                    

Lukman berlari menuju tengah lapangan. Ia ingin memastikan keadaan Raina.

"Bang...Raina pendarahan"

Wajah laras memucat melihat darah mengalir dari paha Raina. Icha menyuruh Ardi membawa Raina ke rumah sakit terdekat. Wajah panik menghiasi ke dua sahabat Raina. Lukman membantunya masuk ke dalam mobil pribadinya kebetulan ia ingin menyusul abangnya kesini. (Lukman kakak kelas Raina di kampus)

Ardi membopong tubuh lemas Raina untuk diperiksa oleh dokter. Ardi melihat Raina dari balik pintu ruang UGD dengan khawatir. Hatinya hancur melihat Raina sekali lagi tersakiti karena dirinya. Bagaimana keadaan Raina di dalam sana. Ingin rasanya ia masuk menerobos pintu ini jika suster tidak melarangnya masuk.

"Bang..." Lukman ragu untuk menyentuh pundak Ardi.

Air mata Ardi tumpah saat ia berbalik memeluk Lukman. Berkali-kali kata maaf keluar dari bibir Ardi. Ia merasa gagal menjadi seorang suami.

"Tenangin diri abang...kita berdoa buat Raina semoga dia baik-baik aja" Lukman mengusap pundak Ardi menenangkan.

Setelah dua jam lamanya Ardi dan Lukman menunggu Raina. Pintu ruang UGD terbuka. Buru-buru Ardi bertanya mengenai keadaan Raina. Dokter mengajak Ardi ke ruang pribadinya. Ada yang ingin ia sampaikan mengenai kondisi Raina saat ini.

"Maaf pak...kami harus menyampaikan berita yang kurang menyenangkan saya harap bapak bisa kuat mendengarnya" dokter perempuan itu menyerahkan selembar kertas pada Ardi. Keningnya berkerut bingung membaca isi dari kertas itu.

"Begini pak...istri bapak mengalami keguguran, seperti yang sudah bapak ceritakan barusan. Akibat dari benturan keras yang terjadi saat terjatuh, kami terpaksa harus memilih salah satu dari mereka. Dan kami tidak bisa menyelamatkan janin yang dikandung istri bapak"

Tubuh Ardi menegang mendengarkan penjelasan dari dokter. Dadanya terasa sesak, hatinya sakit seperti ditusuk sembilu. Dia kehilangan janinnya, buah cintanya bersama Raina. Betapa bodohnya ia tidak menyadari kehadiran malaikat kecil di rahim istrinya. Bahkan ia harus pergi sebelum ia lahir kedunia.

Ardi berjalan dengan gontai menuju bangku rumah sakit. Pikirannya berkecambuk memikirkan kemungkinan apa yang akan ia hadapi saat Raina siuman nanti. Air matanya kembali menetes menerawang jauh di saat-saat ia tertawa lepas bersama Raina.

Hanya Raina yang mampu membuatnya menjadi dirinya sendiri. Tangannya meremas kertas yang ia pegang. Ardi mendesah marah kenapa harus Laras lagi yang merusak kebahagiannya. Belum puaskah dia dulu membuat hidupnya hancur.

"Apa yang dokter katakan bang?" Lukman menghampiri Ardi yang terduduk lesu menangis sendirian.

"Raina keguguran" jawabnya singkat membuat Lukman mengepalkan tangannya marah. Kemudian ia berpamitan pada Ardi untuk kembali ke vila ingin mengambil keperluan Raina sebelumnya ia memberi tahu Ardi jika Raina sudah dipindahkan ke ruang rawat.

---

Deru mesin mobil terdengar dari arah pelataran vila. Orang-orang yang menunggu kabar Raina sudah berjejer duduk di aula. Hanna berjalan mondar mandi tidak tenang. Icha memutar-mutar ponsennya di atas meja. Lukman datangan dengan tergesa-gesa. Matanya mencari keberadaan Laras.

"Lukman...gimana keadaan Raina?" Yang ditanya tidak menjawab justru menarik tangan Laras saat menemukan keberadaanya.

"Puas lo...!!!"

"Puas lo bikin abang gue menderita...sampai kapan lo gangguin hidupnya!!!" cecar Lukman, Laras tertunduk menerima kemarahannya.

"Gue ga ngerti apa yang lo maksud Luk...?"

The Hot GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang