Semenjak malam itu hingga malam-malam selanjutnya, semua terasa dingin. Dingin sekali. Dingin yang mencekam bahkan bisa membunuhku secara perlahan. Sejak malam itu kamu bilang, kamu ingin berkelana. Lagi. Untuk yang kedua kalinya. Kamu bilang, kamu ingin mencoba suasana baru. Semembosankan itukah diriku hingga kamu harus berkelana untuk hal baru? Oh, atau mungkin kamu ingin pergi. Bukan hanya berkelana lalu nantinya akan pulang lagi kepelukanku.
Sejak malam itu tak ada lagi kita. Hanya aku dan kamu. Berdiri masing-masing. Hidup masing-masing. Tak ada lagi kata berdampingan. Yang ada hanya kata pisah.
Sejak malam itu, aku kesepian. Aku tak tau harus apalagi, aku tak tau harus bagaimana lagi. Aku tak punya teman selain sweater berbalut aroma yang kamu tinggalkan. Yang setiap malamnya mewakilimu untuk menghangatkanku. Yang hampir setiap malamnya mengundang tangis karena mengingatkanku akan kamu.
Sejak malam itu, aku merindukanmu tiada henti.