Part 19: Willing

18.7K 1.3K 47
                                    

Hi! Aku update lagi dong. Gimana hasil SBMPTN kalian? Comment dong disini.
Enjoy the story!
.
.
.
.
.
[review]

Aku membalas pelukannya nggak kalah erat. Aku terharu mendengar ucapannya. Apa benar pria yang sedang memelukku ini setakut itu kehilanganku?

"Mas! Itu..."

*

"Itu apa yang gerak-gerak di pahaku?" tanyaku panik. Astaga, benda apa itu. Jangan-jangan ada banyak semut apa yang sedang berjalan-jalan di pahaku. Oh my God, help me! Aku bahkan nggak berani melihat ke bawah.

"Jangan-jangan itu gerombolan semut yang mengerayangi pahaku? Mas, tolongin. Takut," cicitku.

Rafa terkekeh kemudian mencuri kecupan di bibirku. "Kamu udah 23, Sayang. Masa nggak ngerti itu apa, sih?" tanyanya.

"Udah, deh. Tinggal jawab aja pertanyaanku. Lagian hubungannya apa dengan umurku?" tanyaku bingung.

"Itu tanda dari pria yang sedang bernafsu, Sayang." Jawabannya membuatku terkesiap.

Aku kemudian melepaskan pelukanku di pinggangnya kemudian mundur beberapa langkah.

"Aku bersyukur, orang tuamu menjagamu dengan baik. Ingat, nggak boleh ada pria yang begini sama kamu kecuali aku, Rafael Gumilar. Mengerti?"

Aku hanya mengangguk dengan bingung tanpa mencerna ucapannya. "Mas! Kamu mesum!" pekikku ketika tersadar dengan apa yang sudah dikatakan pria di hadapanku ini.

*

"Mas, besok aku mau izin setelah jemput Lily dari sekolah boleh?" tanyaku. Kami saat ini sedang duduk menikmati makan malam. Talitha sibuk dengan makanan dan mainannya tanpa memedulikan dua orang dewasa yang sedang duduk semeja dengannya.

"Kamu mau kemana memangnya? Sama siapa? Dimana? Dan jam berapa?" tanyanya tanpa menjawab pertanyaanku. Pria itu malah memberondongku dengan pertanyaan panjangnya.

"Aku ada janji sama teman lama di Bhinekka. Tenang aja, perempuan kok. Sebenernya hari itu udah ketemuan sebentar, tapi baru aja aku sampai, eh, direcokin sama kamu. Jadinya nggak sempat ngobrol, deh." jelasku agar Rafa nggak lagi bertanya lebih lanjut.

"Atau kamu mau ikut juga? Jadi pawangnya Tabitha?" godaku padanya. Pria itu mengusap puncak kepalaku dengan gemas.

"Ya, nggak lah. Besok aku sibuk. Lagian ngapain juga aku ikut, toh aku juga udah tau apa yang bakal kalian gibahin besok. Pasti nggak jauh-jauh dari aku."

Aku hanya terbahak mendengar itu. Dingin-dingin begini, kadang Rafa bisa berubah menjadi narsis yang sangat amat menggelikan.

Kami menghabiskan makan malam dalam waktu yang bersamaan. Talitha segera beranjak dari kursinya tanpa memedulikan piring bekas makannya yang masih berada di meja.

"Lili!" panggil Papa-nya ketika melihat gadis itu berlari.

Gadis itu diam menonton Peppa Pig di ruang tamu sambil berdiri di depan televisi. Seakan-akan nggak mendengar panggilan ayahnya.

"Talitha! Come here!" Lili kemudian berjalan menuju meja makan yang masih ditempati oleh ayahnya. Meninggalkan tontonannya dengan berat hati.

23 VS 38 (sebagian part telah dihapus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang