Author : Minsoo kim
Pairing : Vmin
Rate : 17+
Length : 1k+ words
Genre : Angst, Romance, DramaDisclaimer. I do not own either of these cast, theyre belong to their own families, god and girlfriend (if theres any). The storyline and ideas came purely from my mind and brain.
Warning! Typo dimana-mana. Swearing.
Notes. GS! Jimin, Jimin is two years older than others. Failed! Mature contents.
Read on your own risk.
One-shot!
.
.
"Jimin, tolong bawakan pesanan ini ke meja nomor 21." Jimin menoleh saat mendengar namanya disebut dan perintahan pemilik kafe tempatnya bekerja berkumandang di telinganya. Menganggukan kepalanya dan membungkuk hormat, ia mengambil nampan berisikan secangkir hot chocolate dan sepotong chocolate fudge di atasnya.Membawa kaki kurusnya ke luar pantry, ia melangkah dengan pasti menuju sebuah meja yang sudah di sebutkan oleh atasannya sebelumnya. Menundukkan kepala dan meletakkan pesanan di atas meja, ia berucap, "Selamat menikmati, tuan." Sebelum dilihatnya beberapa pasang mata tertuju ke arahnya dan ia terkesiap saat melihat adik-angkatnya di antara sekelompok pemuda di depannya. "Noona~" Suara lembut nan merdu itu memanggilnya.
"Jungkook." Lirihnya menunduk, melihat pemuda lebih muda itu menatapnya tak percaya.
.
"Hari yang melelahkan akhirnya terlewati." Ucap Jimin lega dan segera mengunci pintu kafe tak berpenghuni -untuk saat ini. Hari sudah sangat larut, namun Jimin baru saja menyelesaikan tugasnya walaupun shift-nya yang seharusnya sudah habis sejak dua jam lalu.Melangkahkankan kaki kecilnya, ia bersiul dengan riang, memecah keheningan yang menyelimuti suasana di sekitarnya saat ini.
"Hello..," Ia mendengar suara baritone itu menyapa gendang telinganya dan ia berbalik untuk mendapati pemuda tampan memandangnya dari atas hingga bawah. "Noona~" Lanjutnya dengan senyuman miring.
.
Mereka berjalan beriringan dan tak ada satupun dari mereka berucap sepatah kata, hingga akhirnya pemuda tampan di samping Jimin itu berdehem keras, memancing perhatian Jimin untuk melihat ke arahnya. "Apakah kau sering pulang malam karena ini, Noona?" Tanyanya pada Jimin yang sontak mengangkat alis, heran terhadap pertanyaan yang terlontar tiba-tiba darinya."Ya. Memangnya mengapa?" Tanya Jimin membalikkan kembali pertanyaan terhadap pemuda itu.
Pemuda itu menatap lurus ke depan dan memilih untuk diam sekejap mata, "Bukankah wanita secantikmu tak pantas untuk pulang terlalu larut? Akankah itu dapat membahayakan dirimu sendiri?" Menoleh, memandang Jimin tepat di matanya, itulah yang dilakukan pemuda itu saat ini, dan sanggup membuat Jimin tersanjung dan wajahnya memerah akibatnya.
"Ah, aku sudah terbiasa." Ucap Jimin dengan senyuman manisnya. "Dan harus kuucapkan terimakasih pada tuhan karena telah melindungiku hingga saat ini."
Pemuda itu menganggukan kepalanya kecil, dan entah ada angin apa, tangannya beranjak untuk menggengam tangan mungil Jimin yang tersampir di samping tubuhnya. Merengkuhnya erat dan posesif. "Mulai saat ini, aku yang akan melindungimu, Noona. Percayalah padaku."
.
.
.
"Wah, Noona~ kau terlihat sangat cantik." Puji Jungkook pada kakak-angkatnya saat melihat pantulan wajah-beserta pakaian Jimin pada kaca. "Jikalau saja aku bukan adikmu, aku akan mengajakmu kencan." Akunya yang membuat Jimin tersipu mendengarnya.Jimin melihat penampilannya pada pantulan cermin di depannya dengan senyuman yang terpatri di wajah manisnya. Dengan balutan black gown selutut yang glamorous, namun tak meninggalkan kesan anggunnya, ia menggerakkan tubuh mungilnya untuk memutar layaknya putri kerajaan yang sedang melakukan fitting pakaian demi kepentingannya untuk menghadiri pesta, dan juga high heels berjarak hingga 10cm dan berwarna senada dengan pakaian yang dikenakannya saat ini, ia merasa dirinya sungguh memukau untuk dilihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasting You
FanfictionIn which two handsome-yet bastard- boys tryna get Jimin who's very oblivious of anyone's intention of getting close to him. "Cause your bodies is only mine..."