Treatment

217 10 0
                                    

Setelah mas dito resmi menikahi sarah aku memutuskan untuk pergi kesingapura menjalani pengobatan disana. Aku mendapatkan rekomendasi dari rekan bisnisku mengenai medical center disana dan katanya dengan usaha aku pasti bisa sembuh total. Aku memang selalu menyakini itu, karena tuhan selalu memberikan jalan kepada umatnya yang berniat untuk memperbaiki diri.

Aku berada disangapura selama seminggu lamanya dan saat aku telah kembali keindonesia aku mendapatkan sebuah kabar bahagia kalau sarah sedang hamil saat ini kehamilanya telah menginjak 5 bulan, lalu mas dito memintaku untuk merawat sarah dan akhirnya aku memutuskan cuti  selama sebulan, aku menyerahkan semua urusan kantor pada orang kepercayaanku dikantor. Aku melakukannya demi mas dito apalagi saat aku melihatnya membelai perut sarah dengan mesra, aura kebahagian mas dito seakan - akan terpancarkan kedalam diriku. Sebenarnya aku mengambil cuti bukan karena hanya ingin merawat sarah tapi dokter memintaku untuk tidak terlalu menyibukkan diri dan tidak boleh kelelahan.

Mengurus ibu hamil memang sangat susah apalagi sarah dia terlalu banyak maunya dan kalau tak dituruti dia akan terus mengomel tak karuan. Sampai hari ini sudah terhitung sebulan aku mengurusnya dan itu sudah melewati masa cutiku tapi aku telah meminta waktu sebulan lagi pada orang kantor. Sarah terus menyuruhku kesana kemari mencari makanan yang disukainya dan saat dirumah dia juga suka memerintahku seenaknya dan aku hanya menuruti semua keinginan wanita itu tanpa ada perlawanan sedikit pun.

Hari ini sarah memintaku untuk membuatkannya mie instan padahal aku baru saja selesai mencuci pakaian mas dito. Sebenarnya aku bisa saja menyuruh pembantu dirumah ini tapi mas dito dia orangnya sangat prefectionist, lalu aku meminta sarah untuk menyuruh pembantu saja tapi dia tak mau katanya bayinya ingin aku saja yang melakukannya.

Selesai memasak mie untuknya aku mengatarkannya kekamar sarah dan saat aku memberikannya pada sarah dia malah tak mengambilnya membuat mie instan itu tertumpah ditangan kiriku. Perih itu lah rasanya sangat perih bahkan karena airnya masih sangat panas, lalu sarah memintaku untuk membersihkannya dan dengan susah payah aku memungut mie yang berserakan dilantai menyimpannya kembali kemangkuk dan wanita itu dengan sengaja menginjak tangan kiriku membuatku berteriak kesakitan.

"Sakit? Itu belum seberapa, beberapa hari berikutnya kau akan semakin sakit" katanya mengancam.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan? Selama ini aku selalu bersikap baik padamu" tanyaku.

"Aku ingin kau menceraikan mas dito" katanya.

"Jadi selama ini kau sudah tau kalau aku adalah istri mas dito" tanyaku lagi.

"Ya tepat sekali, bahkan aku sudah tahu sejak pertama kali aku menginjakan kaki dirumah ini" katanya.

"Jika kau memikirkan bahwa aku wanita perusak rumah tangga orang kau salah tari, kaulah yang sebenarnya merusak hubunganku dengan mas dito. Asal kau tahu aku adalah mantan kekasihnya yang dia tinggalkan karena wanita murahan sepertimu, tapi kau tahu bukan tuhan itu adil dia mengembalikan mas dito ketanganku lagi" lanjutnya, aku masih mematung mendengar ucapan sarah barusan, sungguh aku tak menyangka jika mas dito dengan teganya berbohong padaku. Dulu dia pernah mengatakan bahwa akulah pacar pertamanya dan sekarang aku harus mengetahui kenyataan lainnya.
Lalu sarah mengusirku dari kamar itu.

****

Seminggu sebelum masa cutiku berakhir aku memutuskan untuk pergi kesingapura karena harus cek up lagi. Sepulangnya dari singapura aku melanjutkan pekerjaanku di kantor.

Hari pertama aku masuk kantor aku bertemu dengan sahabatku yang bernama exel rivaldo, aku bersahabat dengannya sejak kecil dia merupakan pria indo keturunan belanda, lalu kami harus berpisah karena aldo mengatakan perasaannya padaku sehari sebelum pernikahanku, awalnya aldo juga menentang hubunganku dengan mas dito dan menurutku dia tak setuju hanya karena dia takut tak bisa berteman lagi denganku tapi ternyata kenyataannya berbeda.

Aku mencoba mengalihkan pandanganku darinya tapi ternyata dia melihatku lalu dia malah menyapaku dengan riang. Aku bersyukur karena sepertinya aldo sudah melupakan semua masalah yang pernah terjadi di antara kita. Selanjutnya aldo memintaku untuk mengajaknya keruangan kerjaku katanya dia tak suka berbicara ditempat umum seperti ini aku hanya mengiyakannya saja mengingat sahabatku yang satu ini paling tak suka jika harus dibantah.

"Apa kau sudah menikah?" Tanyaku padanya.

"Belum, aku masih menunggumu" katanya dan perkataannya membuatku terkejut.

"Heii aku hanya bercanda" katanya disela - sela tawanya, aku menghembuskan nafasku lega.

"Dan aku memang belum menikah sampai sekarang" lanjutnya dengan wajah lesu.

Aku tertawa mendengar perkataan aldo dan kita terus bercerita panjang lebar hingga waktu yang tak terasa sudah malam. Aldo memaksa ingin mengantarkannku pulang kerumah padahal sebenarnya aku juga membawa mobil tapi katanya tak baik jika wanita menyetir seorang diri jadi dia memutuskan agar mobilku dibawah oleh supir pribadinya dan aku naik mobilnya saja.

Sesampainya dirumah sarah yang membukakanku pintu, aku melihat wajahnya yang sepertinya terpesona melihat aldo, aku tahu aldo memang sangat tampan tapi sarah tak seharusnya melihatnya seperti itu bukan? diakan wanita bersuami. Lalu aldo pamit pulang dan untung saja dia tak menanyakan siapa sarah. Aldo dia mencium keningku mesra didepan sarah membuat sarah melotot melihatku dan aku tak peduli dengan tatapannya itu, aldo memang sering mencium keningku dulu jadi menurutku itu adalah hal yang biasa saja.

LONELY (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang