Like You Do (3)

3.3K 189 27
                                    

Like You Do (3)
Author : Filia
Credit poster by : I_Ranie 😊
Abaikan Typo(s)?!

___Like You Do___

Hari hari terus berlalu, semua masih terasa sama. Kimbum dengan penyesalannya dan Soeun yang habis kesabarannya. Berulang kali kata maaf Kimbum lontankar, begitu dalamnya penyesalan yang Kimbum miliki. Namun, semua itu tak lantas membuat Soeun membuka hatinya kembali untuk Kimbum. Apakah sebegitu sakitkah hati Soeun? Ya, mungkin itulah jawabnya. Merasa bahwa Ia hanya menjadi seseorang pelarian bagi orang yang sangat dicintainya. Disakiti dengan bentakan dan cacian yang ia terima setiap hari dari orang yang dipilihnya untuk menjadi pendamping hidupnya. Mendengar dengan telinganya sendiri bahwa orang yang menjadi suaminya, masih mengharapkan mantan kekasihnya. Begitu beratkah cobaan perjalanan cintanya? Begitu menyesalkah Kimbum? Sangat, jawaban yang sangat tepat untuk menggambarkan perasaannya saat ini. Merasa bersalah, pada orang yang sangat dicintainya dalam diam. Terlalu menyianyiakan kesempatan yang telah diberikan kepadanya. Dan tentunya, mengapa ia terlalu naif untuk mengakui bahwa Ia sangat mencintai istrinya itu. Apakah perjalanan cintanya akan sia-sia?

___Like You Do___

Pagi ini, udara sangat sejuk, matahari menampilkan dirinya untuk menyinari bumi. Namun, suasana itu tak berlaku untuk sepasang suami-istri yang tidur dalam satu kamar maupun ranjang tersebut. Sang istri yang masih Setia dalam alam mimpinya, dan sang suami yang telah bangun namun enggan turun dari ranjang itu.
Kimbum memilik untuk perlahan mendekati istrinya yang tidur memojok dan menjauh darinya. Rasa sakit dan penyesalan itu muncul kembali ketika melihat sang istri yang enggan untuk memperdulikannya lagi. Mencoba mengulurkan tangannya untuk menyibakkan helaian rambut Soeun, namun keinginan itu terhenti ketika mendengar lenguhan Soeun yang sepertinya sudah kembali ke alam nyata.

“Engghhh.” Lenguh Soeun, ketika Ia merasakan ranjang yang ditidurinya sedikit bergoyang. Soeun menyergit ketika rasa pusing dan mual itu datang kembali, sudah seminggu lalu Ia mulai merasakan itu. Namun, mulai kemarin rasa itu semakin menyiksanya dan membuat dirinya lemas seharian. Dengan sekuat tenaga yang masih ada Soeun, bangun dari tidurnya dan berjalan perlahan menuju kamar mandi.
Kimbum yang melihat hak itu, menyergit. Merasa ada yang ganjil dari Soeun, sejak seminggu yang lalu. Kimbum mendekati kamar mandi, dan mendengar suara muntahan “Pasti itu suara milik Soeun.” Guman Kimbum. Apakah Soeun terlalu memikirkan tentang perceraiannya dengan Kimbum hingga tidak memikirkan kesehatannya? Pikir Kimbum dalam hati.
Kemudian terdengar suara pintu terbuka, Kimbum langsung menyingkirkan dirinya dari depan pintu dan bergeser sedikit namun tak beranjak dari tempat.

“Soeun, kau sakit sayang?” kata Kimbum terdengar kawathir. Dan mencoba mendekati Soeun untuk membantunya berjalan.

“Eumm, minggir.” Usir Soeun, dengan mendorong Kimbum pelan. Dengan tenaga yang tersisa Soeun melangkah tertatih pelan sambil memgang kepala dan perutnya. Mencoba mendudukan dirinya secara perlahan di ranjang.

“Sebaiknya, kau istirahat sayang. Kau tunggu sebentar akan kubuatkan bubur yaa..” ujar Kimbum mencoba perhatian dengan sang istri dan memperbaiki keadaan. Soeun tak dapat menolak karna dirinya memang benar benar-benar lemah saat ini. Ia mencoba merabahkan dir diranjang lagi, namun hanya rasa mual yang kembali ia dapatnya. Dengan sedikit berlali ia kembali memuntahkan isi perutnya yang sayangnya tidak mengeluarkan apapun. Mencoba menenangkan diri sejenak Soeun, menerawang aktifitas atau makanan yang membuat dirinya seperti ini, namun hasi tetap Nihil. Soeun terkesiap ketika pemikiran gila itu muncul secara tiba-tiba, ia tepis itu semua namun hatinya bergejolak. Segera ia berjalan ragu mendekati sesuatu, dan ia baru menyadari bahwa...

___Like You Do___

Kimbum sedang berkutat dengan peralatan-peralatan dapur itu, sejujurnya Ia bahkan belum pernah menyentuhnya sekalipun seumur hidupnya, kecuali sendok, piring, garpu, pisau makan, gelas. Akhirnya Kimbum menyerah dan lebih memilih membeli bubur instan di minimarket dekat apartemennya.
Dengan langkah gontai Kimbum, berjalan menuju minimarket terdekat yang bisa Ia jangkau dengan berjalan kaki.

“Dimana Aku bisa menemukan bubur instan?” tanya Kimbum kepada petugas kasir dan satu-satunya orang yang ada didalam minimarket selain dirinya itu.

“Tinggal lurus belok kanan, bung.” Jawab Pemuda itu, memang sepertinya pria tadi penjaga shift malam, mengingat ini masih sekitar pukul setengah enam pagi. Pikir Kimbum sambil berjalan menuju tempat bubur instan.

“Ahh, Soeun?” guman Kimbum, sembari menimbang apa rasa yang akan Ia beli. Akhirnya Kimbum memutuskan untuk membeli 2 rasa yang Ia anggap paling enak. Lalu Ia langsung membawanya kekasir dan membayarnya.

“Terimakasih bung, dan sampai jumpa. Kuharap harimu menyenangkan.” Ujar Pria penjaga kasir itu disertai dengan senyuman.

“Terima Kasih kembali, dan semoga hariku benar-benar akan menyenangkan.” Balas Kimbum sambil tersenyum kecil dan melangkah menjauhi tempat itu.”

___Like You Do___

Sampai dirumah Kimbum langsung memasuki dapur kembali dan membuat bubur instan yang telah dibelinya tadi. Karna memang pembuatannya sangat gampang dan cepat Kimbum puas dengan hasil kerjanya.
Sambil berjalan perlahan Kimbum memasuki kamar dengan membawa bubur Yang sudah Ia buat. Kimbum tersenyum kecil ketika mendapati istrinya itu sudah terlelap kembali diatas ranjang.

“Soeun, bangun.” Ucap Kimbum pelan sambil menggoyangkan badan kecil Soeun dan menepuk pipi gembil Soeun.
Soeun merasa tidurnya terganggu, akhirnya sedikit membuka matanya perlahan.

“Heumm? Ada apa Kimbum?” tanya Soeun dengan sisa tenaganya.

“Makan dulu buburnya yaa..” ucap Kimbum dengan lembut.

“Hemm.” Hanya suara deheman yang Kimbum terima. Kimbum langsung membantu Soeun duduk diranjang ketika Soeun terlihat kesulitan untuk bangun.

“Nahh, sekarang akan ku suapi ya..” ucap Kimbum kembali. Soeun yang lemas pun hanya pasrah mendapat perlakuan itu dari Kimbum. Dengan telaten dan hati-hati Kimbum menyuapi sang istri dengan sepenuh hati.

“Eung, sudah Aku sudah kenyang Kimbum.” Ucap Soeun, ketika tiba-tiba rasa mualnya kembali menyerang.

“Bahkan ini baru setengah porsi sayang.. nanti kau tambah sakit.” Ucap Kimbum sedikit memaksa Soeun untuk menghabiskan makanannya.

“Eng, Aku sudah tidak tahan Bum.” Ucap Soeun sambil mendorong pelan tangan Kimbum yang akan menyuapinya kembali.

“Yasudah, setelah ini kita kedokter saja ya?” tanya Kimbum dengan nada pemaksaan.

“Aku tidak apa-apa Bum, bukankah Kau akan ke kantor.” Jawab Soeun, menolak ajakan Kimbum. Bahkan rasanya Soeun belum memaafkan Kimbum.

“Kantor tidak Akan bangkrut Bila kutinggalkan sehari saja sayang.” Ucap Kimbum lembut. Mencoba membujuk Soeun dan mengarah untuk memperbaiki rumah tangganya.

“Baiklah emmm..” jawab Soeun, namun rasa mualnya tak dapat dibendungnya lagi, dengan gerakan lemah dan sedikit berlari Soeun menuju ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.

“Dia kenapa? Apa penyakitnya parah?” guman Kimbum ketika melihat reaksi Soeun. Kimbum tersadar dari pemikirannya ketika ponselnya berdering menandakan ada telepon yang masuk, langsung saja Kimbum mengangkatnya.

“Ya?” tanya Kimbum setelah telefon itu tersambung.

“Maaf Tuan, perusahaan sedang ada masalah. Apakah anda dapat datang segera?” jawab orang diseberang menjelaskan masalah yang sedang terjadi.

“Baiklah.” Jawab Kimbum dengan terpaksa, gagal sudah rencananya menghantar Soeun kerumah sakit.

“Kenapa Bum?” tanya Soeun ketika keluar dari kamar mandi. Ini sedikit mendengar pembicaraan Kimbum saat didalam tadi.

“Eum, sayang perusahaan sedang ada masalah. Maafkan Aku, tidak bisa menghantarmu ke rumah sakit.” Jawab Kimbum lirih ketika menjelaskan.

“Tidak apa-apa, bukankah itu memang pekerjaanmu.” Jawab Soeun santai, Ia memang sudah biasa selama setahun ini Kimbum abaikan. Kimbum mengelus tengkuknya tanda tidak enak dengan suasana canggung saat ini.

“Yasudah, bagaimana jika nanti aku suruh pak Lee untuk mengantarmu?” tanya Kimbum memberi solusi.

“Tidak usah, bukankah sudah biasa selama ini Aku pergi sendiri.” Jawab Soeun yang tidak sengaja membuat Kimbum kembali merasa bersalah.

“Yasudah, Kau mandilah. Bukankah Kau sudah ditunggu.” Ucap Soeun ketika melihat Kimbum diam merasa bersalah. Soeun langsung berlalu dan keluar dari kamar.

___Like You Do___


Soeun berjalan lunglai setelah keluar dari rumah sakit. Dengan perasaan senang bercampur sedih Ia kembali kerumah.
Dalam perjalanan Soeun hanya memandang kearah jalan dan melamun memikirkan sesuatu.

_Flashback_

“Jadi dok, saya sakit apa?” tanya Soeun ketika dokter sudah selesai memeriksanya. Soeun memandang heran ketika dokter cantik bernama Song Hye Kyo itu hanya tersenyum.

“Selamat nyonya Anda sedang mengandung. Kandungan anda cukup kuat, jagalan baik-baik karena mungkin cukup merepotkan diusia yang masih Dini yaitu 3 minggu ini.” Jawab Dokter itu sembari menjelaskan dan memberikan resep obat yang harus Soeun tebus.

“Ini, saya memberikan obat penguat dan penghilang rasa mual nyonya. Anda bisa mengambilnya di apotek terdekat. Sekali lagi saya ucapkan Selamat atan kehamilan pertamanya nyonya Kim So Eun.” Ucap dokter seraya menjabat tangan Soeun. Sedangkan Soeun hanya tersenyum canggung membalasnya.

_Off_

Soeun memasuki rumahnya dengan perlahan, hari sudah malam. Memang ini sudah pukul 8 malam, karena Ia tadi memang sengaja mengulur waktu agar tidak sampai rumah dengan cepat.

“Soeun, bagaimana apakah kau baik-baik saja?” tanya Kimbum yang ternyata sudah di depan televisi.

“Aku tidak apa-apa, kata dokter hanya masuk angin biasa.” Jawab Soeun disertai dengan senyuman kecil.

“Kau sudah pulang bukankah tadi ada masalah?” tanya Soeun menghilangkan rasa bersalah dalam hatinya yang telah membohongi Kimbum.

“Hanya masalah kecil, mereka memang sering membesarkan. Siapa dulu Kimbum.” Ucap Kimbum sedikit membanggakan dirinya. Soeun yang melihat itu pun tersenyum. Ia sebenarnya sangat ingin memberitahu kehamilannya. Namun, saat teringat bahwa Kimbum tidak mencintainya hatinya menjadi ragu untuk membagi kebahagiaannya itu.

“Yasudah, Aku mau kekamar duluu.” Ujar Soeun sambil berlalu dari ruangan itu. Kimbum melihat sendu kearah Soeun yang telah menjauh. Rasa sakit itu muncul ketika Soeun sedikit demi sedikit mulai menjauh darinya. Mengapa disaat Ia menyesal, Soeun malah menjauh. Mengapa disaat Ia ingin memperbaiki semua, Soeun malah berubah. Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan.

___Like You Do__

Hari ini Soeun berniat untuk mendaftarkan perceraiannya tanpa sepengetahuan Kimbum. Ia tahu, pasti Kimbum tidak ingin menceraikannya. Ia memang masih sangat mencintai suaminya itu, tapi teringat tentang Kwon Yuri yang masih dicintai suaminya itu membuat rasa sakit itu memenuhi hatinya kembali.

“Sayang, kau mau kemana?” tanya Kimbum ketika melihat istrinya itu cantik dengan pakaian casualnya.

“Ada urusan diluar.” Jawab Soeun seadanya.

“Akan kuhantar ya.” Ujar Kimbum menawarkan diri.

“Tidak usah bukankah Kau harus bekerja.” Ucap Soeun, Ia tidak mungkin menerima tawaran itu. Karna memang Kimbum tidak boleh tahu bahwa Ia akan ke pengadilan.

“Tidak, Aku bisa menundanya. Pokoknya nanti Aku akan menghantarmu ya.” Jawab Kimbum sedikit memaksa.

“Aku bilang Tidak ya Tidak, kau dengar tidak sih!” bentak Soeun sedikit keras. Mungkin memang karna efek kehamilannya. Kimbum kaget mendengar bentakan yang cukup keras dari sang istri.

“Baiklah jika Kau memang tidak mau.” Ucap Kimbum lirih memilih untuk mengalah. Soeun yang melihat itu, menjadi merasa bersalah, dan memilih tidak menjawab dan berlalu menuju kamar.

___Like You Do___

Soeun melangkahkan kakinya keluar dari apartemen dan berjalan menuju halte untuk naik bus. Ia memang harus berhemat, karena mungkin sebentar lagi Ia harus hidup tanpa suaminya dan juga Ia akan memiliki anak. Tak dipikirkan Soeun  bahwa diam-diam Kimbum mengikuti Soeun dibelakangnya. Ia sangat penasaran dengan apa yang akan Soeun lakukan, mengingat mengapa Soeun snagat menolak untuk Ia hantar. Mobil Kimbum melaju perlahan mengikuti bus yang Soeun naiki. Kimbum memarkirkan mobilnya dipinggir jalan ketika Soeun turun dari bus yang dinaiki, tak perduli akan mendapat kartu tilang dari petugas.

Soeun memasuki gedung pengadilan, Kimbum yang melihat itu menjadi panik. Benar Ia sangat mengetahui apa yang akan istrinya itu lakukan didalam mengajukan gugatan perceraian dengannya. Hatinya sangat marah, mengapa Soeun tega dengannya, padahal Ia sudah berusaha mati-matian menjadi berubah untuk Soeun. Dengan perasaan diliputi amarah Kimbum melajukan mobilnya menjauhi tempat itu.

___Like You Do___

Soeun memasuki rumah dengan perasaan lega, lega karena gugatannya diterima dan ia hanya tinggal menunggu suratnya keluar. Soeun menyergit ketika melihat Kimbum duduk diruang tamu dengan pandangan kosong kedepan. Dengan perlahan Soeun mendekati laki-laki yang masih menjadi suaminya itu.

“Kenapa Soeun?” ucap Kimbum lirih, matanya sudah berkaca-kaca, bahkan Ia tidak pernah terlihat selemah ini dihadapan orang lain.

“Kenapa Kau tega denganku? Kenapa? Aku sudah berubah Soeun.” Tanya Kimbum bertubi-tubi sambil mendekati Soeun yang berdiri mematung. Ya, Soeun sudah tahu dengan apa yang dibicarakan oleh suaminya itu.

“Soeun, Kau tahu? Aku menyesal sayang, Aku mencintaimu. Tidakkan Kau mau memaafkanku?” tanya Kimbum sambil memegang bahu Soeun yang Mulai bergetar menahan tangis.

“Entahlah Bum, Aku sudah lelah.” Jawab Soeun lirih diiringi dengan air matanya yang menetes.

“Soeun, tidakkah ada kesempatan untukku, Aku mau berubah sayang. Sesakit apakah hatimu Soeunn..” tanya Kimbum sambil menggoyangkan tubuh Soeun pelan.

“Jawab Soeun.” Isak Kimbum, sambil bersimpuh dihadapan Soeun. Soeunpun ikut merosot karena tidak mampun menopang berat tubuhnya.

“Sakit Kimbum sangat sakit, bahkan sampai rasanya Aku rela meninggalkanmu disaat aku masih sangat mencintaimu.” Ucap Soeun dengan air mata yang terus mengalir.

“Rasanya sakit ketika Kau menikahiku tanpa rasa Cinta, ketika kau mengabaikanku berkali-kali, ketika aku mendengarmu masih mencintai wanitamu dulu.” Teriak Soeun meluapkan segala emosinya sambil memukul Kimbum. Kimbum tersentak mendengar pernyataan itu, benarkah Soeun telah mengetahuinya. Pasti Soeun sangat membencinya, Ia benar-benar merasa sangat berdosa pada istrinya itu.

“Maafkan suamimu yang brengsek ini sayang. Maafkan suamimu yang kejam, dan tidak mempunyai perasaan.” Ucap Kimbum sambil menarik Soeun kedalam pelukannya. Menenangkan istrinya walaupun Ia tahu betapa sakitnya hati istrinya itu. Kimbum merasakan pukulan Soeun yang sudah melemah, sedikit demi sedikit Kimbum melepaskan pelukannya untuk melihat wajah istrinya. Kimbum menyergit heran melihat raut kesakitan istrinya itu.

“Kimbum, sakit.” Ucap Soeun lirih sembari memegang perutnya.

“Kenapa sayang, dimana yang sakit.” Ucap Kimbum ikut panik melihat raut kesakitan sang istri.

“Perutku, antarkan Aku kerumah sakit.” Ucap Soeun menahan sakit. Kimbum yang mengerti keadaan langsung membawa Soeun dengan menggendongnya.

“Sayang, kenapa ada darah!” pekik Kimbum cemas ketika melihat darah menetes di kaki Soeun yang memang sedang memakai rok.

“Sakit, cepat Kimbum.” Rintih Soeun.

“Bertahanlah sayang. Aku mencintaimu” ucap Kimbum, yang tak tahu apa yang sedang terjadi. Ucapan Kimbum menjadi kalimat penghantar tidur untuk Soeun, setelah itu Soeun menutup matanya.

TBC

Nb : terakhir kali di update setengah tahun yang lalu. Makasih ^^

Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang