Prolog

231 1 0
                                    

Tik tik tik. Suara detik jam dinding di sebuah kamar asrama terus berjalan. Jarum-jarum tersebut sudah menunjukkan pukul 12:32 malam. Waktu bagi sebagian orang untuk memejamkan matanya dan menikmati mimpi indah. Namun, tak berlaku untuk seorang mahasiswa bernama Alfian. Seorang mahasiswa jurusan Fisika di Institut Pertanian Bogor. Lampu belajar di kamarnya masih menyala. Dirinya masih menyelesaikan soal-soal mata kuliah Fisika Dasar 1 yang ditugaskan oleh dosennya siang tadi. Yah tak heran, ia termasuk orang yang rajin, apalagi fisika adalah mata pelajaran yang sangat disukai dan dipahaminya selama ia sekolah, tentu tidak ada alasan baginya untuk tak bersemangat menyelesaikannya.

"Masih bangun lo, Al?", terdengar suara teman kamarnya yang terbangun akibat suara pulpen yang diketuk-ketukan ke meja belajar.

"Ooh iya nih masih ngerjain tugas", sahutnya, "Eh sorry, kebangun ya lo? Keberisikan ya?", tambahnya,

"Kagak, selow aja, pengen ke kamar mandi gue. Eh btw jam berapa?", tanya temannya. "Hmm, jam 1 lewat 10", jawabnya sambil melihat jam di layar hapenya, "Ah gila!! Udah jam segini! Tidur ah gue", omelnya pada dirinya sendiri.

"Iyalah tidur lo, ga usah divorsir kali, kayak buat besok aja tuh tugas", timpal temannya sambil berjalan keluar kamar.

Ia pun melangkahkan kakinya ke arah tempat tidurnya. Matanya terpejam namun pikirannya masih berada pada soal-soal yang belum terselesaikan tersebut. Hatinya bimbang. Memilih mengerjakan tugas atau mengistirahatkan tubuhnya. Klek. Suara pintu kamar di buka.

"Lah, belom tidur lo?", tanya temannya yang baru kembali dari kamar mandi,

"Haha iya nih, mau kok, cuma belom bisa merem aja nih mata, Bay", jawabnya sambil cengengesan.

"Haah, yaudah gue tidur ye, Al", sahut temannya sembari kembali menarik selimutnya dan tidur.

Ia tak menjawab. Selang berapa lama, kesadarannya menjauh. Matanya terpejam. Ia tidur meninggalkan kertas-kertas yang berserakan di meja belajarnya.

Pukul 03:00 pagi. "Assalamualaikum warahmatullah, Assalamualaikum warahmatullah", terdengar suara bisikan salam yang lembut dari bibir seorang mahasiswi di sebuah kamar asrama yang baru menyelesaikan sholat tahajudnya. Ia adalah Assyifa, mahasiswi jurusan Fisika di Institut Pertanian Bogor. Ia sangat rajin dalam beribadah, baik yang sifatnya wajib maupun sunnah. Itu tercermin karena orang tuanya merupakan pemuka agama di daerah tempat tinggalnya. Ia berasal dari Ciamis, namun semenjak SMP tinggal bersama pamannya di Depok sehingga logat sunda khasnya perlahan memudar. Selepas sholat, ia langsung membuka buku yang berjudul "Fisika untuk Sains dan Teknik" karya Paul A. Tipler, buku pegangan yang hampir dimiliki oleh mahasiswa Fisika pada umumnya. Matanya bergerak mengikuti kata-kata yang ia baca sembari bibirnya mengucap kata-kata yang dibacanya, namun tak ada suara yang terdengar sedikit pun, ia takut mengganggu temannya yang masih terlelap dalam mimpinya masing-masing. Assyifa selalu belajar pada jam tersebut setiap harinya, karena ia pernah mendengar bahwa di jam-jam itulah otak manusia mampu bekerja dengan baik.

Satu jam ia belajar, tak terasa adzan Subuh berkumandang. Bergegas ia ke musholla asrama untuk menunaikan sholat secara berjamaah. Selepas sholat ia kembali belajar dan menunggu waktu untuk mandi dan bersiap-siap kuliah. Karena ia mendapatkan jadwal kuliah jam 08:00 pagi, hari itu.

"Hoaaaaammm", sebuah teriakan seseorang yang sepertinya baru keluar dari tempat persembunyiannya,

"Baru bangun kamu?", tanya Assyifa,

"Hehe iya fah, keenakan mimpi gue", ucap Diah, teman sekamar Assyifa, sambil mengucek-ucek mata belo'-nya,

"Udah mau jalan? Bunga sama Riani mana? Kok ga ada?", tanya Diah sambil celingak-celinguk melihat keadaan kamar,

"Lagi mandi mereka", sahut Assyifa singkat sembari memasukkan buku-bukunya ke dalam tas pink kesayangannya,

"Ooooh", sahut Diah pendek.

Tak lama kemudian pintu kamar mereka dibuka,

"Wah, udah bangun lo, Di", ledek Bunga,

"Hehehe", cengir Diah. "Kok lo pada udah pada mandi dah jam segini? Rajin amat dah", tanya Diah penasaran.

"Rajin? Elonya aja yang males", sewot Riani,

"Sialan lu", kata Diah kesal.

"Hehehe. Yaudah aku jalan duluan ya, Assalamualaikum", pamit Assyifa sambil melangkah keluar kamarnya.

"Waalaikumsalam", jawab mereka bertiga serempak.

Sebenarnya mereka kuliah pada jam yang sama, namun selalu Diah yang menutup pintu kamar paling akhir, karena menurutnya, toleransi keterlambatan 15 menit harus dimanfaatkan dengan baik.

"Oke, tugas udah, buku udah, alat tulis udah, sip", ucap seorang mahasiswa yang berada di kamar asrama nomor 109, tak lain adalah Alfian.

"Sip sip aje lo, paling nanti ada yang ketinggalan", sahut Akbar, ia adalah teman sekamar Alfian selain Bayu dan Reza.

"Kagak, yakin gue ga ada yang ketinggalan", sahutnya mantap, "Yaudah gue jalan, Bro", tambahnya.

"Hmm", ucap temannya pendek sambil memainkan hapenya.

Drap drap drap. Terdengar suara langkah berlari dari luar kamar nomor 109 tersebut. Klek. Pintu pun terbuka.

"Kenapa? Ketinggalan hape lo?", sahut Akbar yang masih sibuk memainkan hapenya tanpa melihat ke arah pintu seakan sudah tau bahwa yang masuk ke kamar adalah Alfian.

"Iya, Bro, lupa gue bawa hape.", jawab Alfian dengan nafas tersengal-sengal, "Lah? Kok lo tau?", tambahnya heran,

"Kan udah gue ingetin", ucap Akbar santai,

"Ingetin? Kapan?", tanya Alfian penasaran yang sedang mengambil hapenya lalu memasukkan ke kantong celananya,

"Tadi",

"Tadi kapan?",

"Tadiii. Udah gue sms kok, liat deh hape lo", kata Akbar santai sambil menahan tawanya.

Dengan sigap Alfian langsung mengambil hape dan melihat layar hapenya. Ternyata benar, ada 1 sms masuk dari Akbar. "Hape lo diatas kasur, Al, jangan lupa dibawa", baca Alfian dalam hati.

"Ah ngeselin lo! Bukannya ngomong langsung!!", sewot Alfian,

"Hahahahaha", tawa Akbar terdengar puas mengerjai temannya tersebut. Alfian yang sudah terlanjur kesal, langsung keluar kamar dan membanting pintu kamar.BLAMMM!!!!.

"Buset dah hahaha", ucap Akbar yang masih tertawa dengan kejadian barusan yang dialaminya.

Sebagai mahasiswa baru, mereka harus tinggal di asrama selama setahun, karena itu sudah menjadi tradisi dan kebijakan dari IPB. Selama setahun pula mereka kuliah di gedung kuliah yang sama yang bernama Common Class Room (CCR). Banyak aturan yang harus mereka patuhi selama di asrama, mulai dari jam malam kemudian ada kegiatan yang bernama Social Gatheting yang dilakukan secara rutin, belum lagi ada ngaji bareng bagi yang muslim. Kegiatan-kegiatan itulah yang mereka akan jalani selain perkuliahan. Dan biasanya mahasiswa baru disebut sebagai mahasiswa TPB (Tingkat Persiapan Bersama) dimana saat di TPB dibagi menjadi kelas-kelas sesuai dengan rumpun ilmu masing-masing, dan mahasiswa Fisika berada di kelas Q yang terdiri dari Q.01 sampai Q.11. Dalam kelas tersebut juga ada mahasiswa jurusan lain yang rata-rata tiap kelas terdiri dari 120 mahasiswa. Dari situlah kisah mahasiswa Fisika angkatan 2012 IPB pun dimulai, termasuk Alfian dan Assyifa.

Cinta Fisika atau Ada Cinta di Fisika?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang