prolog

170K 2.4K 13
                                    

"Apanya yang Heals? Jangankan menyembuhkan, aku rasa aku membawa racun" Keluh Kim.

Kim tersenyum sinis. Di depannya, seorang bartender hanya memperhatikan Kim dalam diam. Perempuan di hadapannya sangat cantik. Mata bulat besar yang indah dengan warna abu-abu yang memikat. Bulu matanya lentik dengan alis tebal yang teratur. Bibirnya pas dengan bentuk sempurna yang nyaris berbentuk hati. Lebih pas lagi karena Kim memakai warna wine saat ini. Untuk pertama kalinya, sang bartender berniat untuk mencicipi wine yang lain. Padahal, sang bartender sudah terlalu biasa dengan semua jenis minuman. Rambut perempuan di hadapannya tergerai dengan sempurna dan berwarna coklat Butterscotch. Ketika kedua mata abu-abu itu memperhatikannya, laki-laki itu tertegun. Ia bahkan tidak bisa berkedip.

"Maaf kau mendengar sesuatu yang membosankan" ujar Kim malas. Ia mengangkat minumannya lalu mengambil tegukan terakhirnya. Setelahnya, Kim melambaikan tangannya.

Kim berjalan perlahan menuju lantai dansa. Ini benar-benar gila! Begitu ia berjalan, orang-orang memperhatikannya. Langkahnya pelan namun auranya benar-benar terpancar. Kim kali ini memakai dress berwarna ungu tua yang membentuk tubuhnya. Warnanya yang kelam benar-benar kontras dengan kulitnya yang berwarna putih. Kim sudah biasa menjadi pusat perhatian dan ia juga sudah biasa mengabaikan mereka semua.

Beberapa laki-laki memberanikan dirinya untuk memanggil Kim, namun perempuan itu hanya membalasnya dengan senyuman kecil. Kim tidak peduli dengan mitos konyol itu. Kim tidak menerimanya sama sekali. Sendirian? Siapa yang mau sendirian?

Begitu sampai di lantai dansa, Kim mulai menggerakkan tubuhnya perlahan. Bunyi dentuman musik yang membahana terdengar namun Kim hanya menggunakan musik itu untuk menertawakan nasibnya. Perlahan, ia memejamkan matanya. Gerakannya yang pelan ternyata berhasil menjadi pusat perhatian. Gerakannya pelan namun memikat. Kim jelas terlihat seksi di lantai dansa. Kim bisa merasakan pandangan banyak orang tertuju padanya namun ia berusaha mengabaikan semuanya. Kim hanya ingin menari.

Di saat Kim sedang menikmati lagunya dan berusaha melupakan takdir bodohnya, di saat itu juga seorang laki-laki berdiri di hadapannya. Kim mengabaikannya. Perempuan itu masih terus menari hingga laki-laki itu berani menyentuh pinggang Kim. Kim membuka matanya.

"Hai!" Sapa laki-laki itu.

"Hai!" jawab Kim.

"Boleh bergabung?" Tanya laki-laki itu.

Laki-laki di hadapannya cukup tampan. Mata coklat yang senada dengan rambut coklatnya. Hidungnya mancung dengan rahang yang tegas. Laki-laki itu masih mengenakan kemeja. Sepertinya, dia adalah seorang pekerja. Tapi, Kim tidak peduli setampan apa dia dan apapun pekerjaannya. Yang Kim pedulikan adalah laki-laki ini harus kuat.

Kim mengedikkan bahunya dan tersenyum miring. Matanya menatap tajam laki-laki itu sebagai isyarat tantangan. "Kalau kau cukup kuat"

Laki-laki itu tertawa. "Tentu saja aku kuat"

Kim tersenyum. Tidak ada yang cukup kuat selama ini. Tidak ada! Kim bahkan mulai menyerah dengan nasibnya sendiri. Kim kembali menari dan laki-laki itu semakin mendekat. Di saat ia tidak mendapat penolakan sama sekali, laki-laki itu memberanikan dirinya untuk meletakkan tangan lainnya di pinggang Kim.

Kim mengangkat alisnya. Well, laki-laki ini cukup berani. Tapi, Kim tidak mengatakan apapun. Ia ingin melihat sejauh mana laki-laki itu melangkah. Sesekali Kim melemparkan senyuman mautnya. Kim tau senyumnya bisa menaklukkan banyak lelaki.

Di saat gadis itu tidak juga menyingkirkan tangannya dari pinggangnya, laki-laki itu merasa ia memiliki kesempatan.
Laki-laki itu semakin mendekat. Ia lalu menunduk dan berbisik pada Kim.

"Kau cantik" pujinya.

Kim mengangkat sebelah alisnya lalu membalas bisikannya.

"Terima kasih" ujar Kim.

Satu kalimat itu justru membuat semuanya lebih sempurna lagi. Suara Kim yang serak dan seksi membuat laki-laki itu merasa menjadi orang paling beruntung. Ia merasa menjadi laki-laki terpilih. Kalau begini caranya, siapa yang tidak tergoda dengan Kim? Bahkan suaranya saja sudah bisa membuat laki-laki manapun melayang.

Suara musik semakin membahana. Laki-laki itu cukup memiliki pergerakan yang bagus. Begitu juga dengan Kim. Namun, sama seperti laki-laki lainnya, Kim tau persis apa yang ada di pikiran laki-laki itu. Ketika laki-laki itu semakin mendekat, tatapannya mulai tertuju pada bibir Kim.

Kim tersenyum penuh arti. Ia balas menatap laki-laki itu dan membiarkannya semakin mendekat. Kim tau kemana arah semua ini. Jadi, apa benar laki-laki ini cukup kuat? Tidak ada yang cukup kuat. Kim mulai menghitung. Rekor terlama selama ini hanya 3 detik.

Satu. Dua. Tiga.

Pada hitungan ketiga, laki-laki itu berhasil mencium Kim. Namun, di detik pertama bibir mereka bersentuhan, laki-laki itu pingsan. Bunyi keras tubuh laki-laki itu dan lantai berhasil menarik perhatian. Orang-orang memperhatikan dan Kim memasang ekspesi terkejutnya yang sudah ia latih selama ini.

"Oh, astaga!" Teriak seorang perempuan yang menari dekat dengan mereka.

Kim masih mempertahankan ekspresi terkejutnya. Ia menutup mulutnya dengan tangan kanannya selagi memperhatikan pria pingsan tersebut. Teman-teman laki-laki itu segera mendekatinya. Namun, laki-laki itu benar-benar kehilangan kesadarannya.

"Hei, J! Bangun!"

Temannya berusaha membangunkannya namun laki-laki itu sepenuhnya tidak sadar.

"Oh, astaga! Sepertinya dia terlalu mabuk!" keluh temannya. "Ayo! Bantu aku angkat dia, A!"

Teman-temannya mengangkat laki-laki itu lalu membopongnya. Begitu tubuh laki-laki itu sudah berdiri, di saat itu juga Kim menghilangkan ekspresi terkejutnya. Kim memperhatikan mereka yang masih kesusahan membantu teman-temannya. Lalu, laki-laki yang dipanggil A itu memperhatikannya. Tatapannya benar-benar tajam setajam elang. Alis tebal yang teratur, rambut hitam yang mencekam dan bibir yang membentuk garis lurus di saat laki-laki itu berpikir. A terang-terangan memperhatikan Kim dan bahkan matanya menyusuri perempuan itu dari ujung kaki hingga ke ujung kepalanya.

"Ayo, A! Sepertinya, kita harus pulang lebih cepat hari ini!" Ajak salah satu temannya.

Kim hanya diam lalu meninggalkan mereka. Apa-apaan laki-laki itu? Ada apa dengan tatapannya tadi? Kim benci mengakuinya namun ia jelas merasa terintimidasi karena tatapan laki-laki tadi. Well, laki-laki itu cukup tampan. Mata birunya seperti api yang menyala.

Kim menghela napas berusaha melupakan laki-laki tadi. Lagi pula, Kim tidak melakukan kesalahan apapun.  Lalu, ia tertawa miris mengingat kejadian tadi. Heals? Jangankan menyembuhkan! Kim justru merasa terkutuk! Satu detik. Laki-laki itu kembali menjadi laki-laki lainnya yang hanya bertahan selama 1 detik. 

CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang