#1 : Him!

103K 1.9K 9
                                    

"Dia menyebalkan!" Keluh Diana.

Kim mengangkat alisnya. Ia bahkan tidak tau siapa yang dibicarakan oleh Diana. Well, sebenarnya Kim juga tidak terlalu peduli akan hal itu. Kim sedang sibuk dengan dunianya sendiri sekarang. Secangkir espresso di meja akan segera dingin. Tentu saja, Kim tidak mau membiarkan hal itu terjadi.

"Kau bahkan tidak mendengarkanku, Kim!" Diana kembali mengeluh.

"Espressonya akan segera dingin, Diana!" Jawab Kim.

Diana merengut. Rambut ikalnya yang mengembang berwarna hitam legam membuat wajahnya semakin terlihat kecil. Kontras dengan warna rambutnya yang gelap, Diana justru memiliki kulitt yang benar-benar pucat dengan bola mata berwarna biru. Alisnya tebal. Senyumnya benar-benar manis dan menular. Jika dia tersenyum. Hanya saja, Diana lebih suuka mengeluh.

"Siapa lagi yang menyebalkan?" ujar Kim berusaha sabar.

"Ada orang baru di kantorku. Singkat cerita, atasanku mengundukan diri dari pekerjaannya. Penggantinya benar-benar tampan, harus kuakui" ujar Diana membayangkan wajah atasannya. "Tubuh tegap, rambut coklat madu yang menawan, suara berat yang memikat dan wangi maskulin yang menyegarkan!"

"Lalu apa masalahnya?" ujar Kim malas.

Kim mengangkat gelas espressonya lalu menyesapnya perlahan. Diana harus punya alasan yang bagus karena mengganggu minggu sorenya. Kim harus menyiapkan dirinya untuk hari Senin yang berat.

"Tingkahnya berbanding terbalik dengan pesonanya. Percayalah! Dia membuatku lembur nyaris seminggu penuh. Dia bilang banyak yang harus diperbaiki di departemen kami!" Diana merengut lagi.

Langit sore di kota Los Angeles tidak terlalu memukau. Tapi, Kim memiliki tempat favoritnya untuk menikmati kota sibuk seperti Los Angeles. Kim memiliki apartemen dengan balkon yang menenangkan. Ia sengaja memilih unit di lantai atas agar ia bisa terhindar dari hiruk pikuk di bawah sana.

Kim menata balkonnya dengan manis. Meja bundar dengan gaya vintage yang ditemani dengan 4 kursi minimalis. Di sudut balkon, Kim menanam berbagai macam tanaman yang Diana tidak tahu jenisnya. Hanya saja, daunnya lebar dan besar. Harus Diana akui, Kim memiliki selera yang bagus dan berkelas. Diana hanya tahu satu tanaman. Lily.

"Kau mau berhenti juga?" Tanya Kim kalem.

"Aku?" Tanya Diana balik. "Aku tidak bisa berhenti! Dimana lagi aku mencari pekerjaan?"

"Kau sudah tau jawabannya, sayang! Maka kau harus bertahan!" ujar Kim dan kembai menyesap espressonya.

"Kim!!!" Diana merengek. "Aku butuh pengalihan!"

Kim memandangi sahabatnya. Meski memiliki kepribadian yang bertentangan dengan Diana, hanya perempuan satu itu yang bisa mengerti kepribadian Kim. Hanya Diana yang paham dengan sikap dingin Kim. Hanya Diana yang tahan berteman dengan Kim dan tulus dengannya.

Kim mengangkat alisnya. Ia tahu kemana arah pembicaraan Diana. Kim meletakkan gelas espressonya lalu mengambil selfie dirinya, gelas dan pemandangan kota Los Angeles di bawah sana. Diana berdecak. Padahal Kim hanya memakai kaos oversize dengan garis monokrom. Ia bahkan hanya memakai lipstik saja. Diana segera mengecek ponselnya. Benar! Kim baru saja memosting fotonya tadi. Bagaimana bisa Kim mengambil foto bagus dalam hitungan beberapa detik? Lalu, ia juga segera mendapat banyak tanda cinta dalam hitungan detik juga.

"Kau tidak berniat mencari asisten? Aku akan mengundurkan diri jika kau mau membayarku dengan bayaran yang pantas!" ujar Diana sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Kim menggelengkan kepalanya. "Aku cinta pekerjaanku."

Diana menatap Kim. Dia benar-benar sesuatu! Diana bahkan heran dimana sahabatnya menyimpan uangnya. Kim adalah seorang kepala departemen di perusahaan besar Los Angeles. Di saat yang bersamaan, ia adalah seorang selebgram dan model. Kim adalah penjelmaan konsep femme fatale. Ia bahkan tidak pernah terlihat berkencan dengan siapapun selama ini. Tapi, Diana sendiri selalu menyaksikan bagaimana Kim mematahkan hati para pria.

Kim berdiri. "Jadi, klub mana yang akan kita kunjungi?"

Senyum Diana merekah. "Kau yakin mau ke klub?"

Kim mengangkat bahunya acuh. "Mari kita lihat apa ada pria yang berani mendekatiku lagi!"

Diana tertawa. Diana tidak mengerti alasannya. Tapi, laki-laki yang mendekati Kim selalu berakhir pingsan. Mungkin mereka terlalu mabuk untuk mempertahankan kesadaran diri. Benar-benar bodoh! Di luar itu, Kim benar-benar tidak mau berkencan di saat sedang bekerja. Ah! Diana lupa! Kim bahkan tidak pernah berkencan dengan siapapun.

"Pinjami aku pakaian seksi! Aku ingin menggoda pria disana!" seru Diana sambil menyusul Kim masuk ke kamarnya.
***

Kim terdiam begitu Diana membelokkan mobilnya dan masuk ke dalam parkiran Hurricane Club. Ini klub yang sama dengan pria 1 detik yang Kim temui. Tidak! Kim tidak memikirkan pria 1 detik itu sama sekali. Hanya saja, tatapan pria yang dipanggil dengan nama A masih terekam jelas dalam benaknya. Jarang sekali Kim bisa terintimidasi dengan tatapan seorang pria.

"Aku tidak sabar untuk menari dan menggoda pria!" ujar Diana girang.

Diana membiarkan rambutnya terurai. Rambut ikal bergelombang miliknya justru menjadi pesona tersendiri bagi perempuan itu. Diana tersenyum dengan percaya diri. Ia mengenakan gaun satin dengan warna nude malam itu. Diana melirik ke arah Kim lalu memainkan alisnya.

"Aku akan berhasil, kan?" ujar Diana.

Kim tertawa. "Mereka akan memandangimu di detik pertama kau masuk ke dalam klub"

Senyum Diana semakin melebar. "Kau juga cantik, sis!"

Kim ttersenyum tipis. "Aku harus menyamai frekuensi sahabatku!"

Diana berdecak puas. "Nah, itu baru semangat! Ayo, kita taklukkan mereka!"

Kim turun dari mobil. Ia mengenakan celana standar berwarna hitam yang dipadukan dengan lace crop top berwarna gold. Rambutnya diikat tinggi dengan gaya ponytail. Dengan make up bernada smooky, Kim berjalan dengan heels hitamnya untuk mengejar Diana yang sudah masuk duluan.

Begitu masuk, hingar bingar musik terdengar dengan jelas. Pemandangan klub menjadi hal yang biasa bagi Kim. Kim membagi penghuni klub menjadi 3 tipe. Tipe yang mencari kesenangan, tipe yang mencari cintta dan tipe yang melampiaskan putus asanya. Kim biasanya masuk ke dalam tipe yang ke-3. Hanya di klub saja, Kim bisa mencoba dengan aman. Siapapun bisa pingsan di klub dan tidak akan ada yang menyalahkan Kim karena hal itu.

"Aku mencarimu!" ujar Kim menepuk Diana. Berbeda dengan semangat Diana ketika masuk tadi, kini perempuan itu berdiri mematuk. Ia sudah kehilangan semangatnya di menit pertama.

"Kau kenapa?" Tanya Kim.

Diana menatap laki-laki yang berjalan ke arahnya dengan horor. Laki-laki itu membawa segelas minuman di tangannya. Gayanya benar-benar kasual. Ripped Jeans berwarna hitam dengan kaos berwarna putih. Begitu Kim menyadari siapa yang sedang menyapa mereka, di saat itu juga ia ikut mematung. Dia adalah laki-laki 1 detik terakhirnya! Sebelum laki-laki itu benar-benar mendekati mereka, Diana berbisik. Bisiikannya terdengar jelas bahkan di antara musk yang keras.

"Sial! Dia bosku! Kenapa aku bertemu dengan dia disini?" ujar Diana kesal.

Kim melotot. "Dia bosmu?"

Diana mengangguk. Sebelum Kim sempat pulih dari rasa kagetnya, laki-laki itu kini benar-benar di hadapan mereka.

"Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu disini, Mrs Hall" ujar laki-laki itu.

"Diana saja! Kita tidak sedang bekerja" ujar Diana kecut.

Laki-laki itu tertawa. "Baiklah! Kalau itu maumu"

Lalu, begitu ia sadar dengan kehadiran Kim, perempuan itu bisa merasakan reaksi terkejut dari laki-laki itu. "Hei! Bukannya kita berciuman disini dua minggu lalu?"

Kim mencelos. Diana benar! Mereka benar-benar sial malam ini!

TBC

CursedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang