[6] Recognition

1.2K 115 1
                                    

Iqbaal, pria ini sedari tadi tidak fokus pada pelajaran, yang ada di pikirannya saat ini hanya (namakamu), ia menyesal telah membentak (namakamu) seperti itu, padahal ia tidak berniat untuk bersikap seperti tadi, ia hanya tidak suka kalau (namakamu) dekat dengan Nasim. "Apa? tidak suka? Oh ayolah jangan bilang kalau lo suka sama (nam...) baal." Batin Iqbaal berbicara. "Gamungkin lah gue suka sama dia, dari gue diperut aja, gue udah temenan sama dia." Lanjut Iqbaal masih dalam hatinya.

Bel istirahat telah berbunyi, namun, (namakamu) masih asyik diam dikelas.

Terlihat Zahra menghampiri (namakamu), "Lo kenapa? Oh gua tau, lo pasti mikirin Iqbaal kan, tapi Iqbaal udah pacar dan itu artinya lo gabisa deket-deket terus sama dia. Kalau lo mau, mending kita kerjasama."

(namakamu) mendongakkan kepalanya menatap Zahra, "Kerjasama apa?"

Zahra tersenyum licik, "Kita buat hubungan Iqbaal sama Zidny putus lah."

(namakamu) kaget bukan main saat mendengar penuturan Zahra, "Oh jadi selama ini ternyata lo suka sama Iqbaal, kenapa ga bilang aja dari dulu? dan tentang ajakan lo itu-" (namakamu) menggantungkan kalimatnya.

"Iya gue suka sama Iqbaal dan gue gasuka kalo lo deket-deket sama Iqbaal, dan sekarang Iqbaal punya pacar, mending kita berdua kerjasama buat pisahin Iqbaal sama pacarnya, lo mau kan?" Tanya Zahra.

(namakamu) meneruskan ucapannya yang disela oleh Zahra tadi, "Untuk ajakan busuk lo itu maaf gue gabisa, karna gue ga sejahat itu."

(namakamu) langsung pergi meninggalkan Zahra, dan ia berjalan ke arah taman belakang.

"Ah sial banget gue, Iza segala gamasuk lagi, jadi kan gue sendiri kalo gada Iza." Ucap (namakamu) berbicara sendiri.

(namakamu) telah sampai ditaman belakang sekolah, ia duduk ditempat biasa dengan mata yang terpejam, saat ia membuka mata, ia melihat diujung sana ada Zidny dan Iqbaal yang sedang duduk berdua, "Buset dah gabisa apa gue tenang sehari ini doang, gimana gue mau mundur? sedangkan tujuan gue itu cuma lu Baal."

Dari kejauhan Iqbaal melihat (namakamu), saat Iqbaal akan memanggil (namakamu), (namakamu) sudah lebih dulu berlari menuju kelas.

tling

Ponsel (namakamu) berbunyi.

Gue liat lo ditaman sekolah, kenapa lo lari?
Iqbaal cungkring 10.34

Gapapa, kebelet pipis.
10.34

Iqbaal tau (namakamu) berbohong, namun ia pura-pura percaya tentang apa yang dikatakan (namakamu), jujur, semenjak Iqbaal berpacaran sikap (namakamu) mulai berubah jadi sedikit jaga jarak dengannya.

Sore nanti gue tunggu lo di danau tempat biasa, gue ga terima penolakan.
Iqbaal cungkring 10.38

"Sshhh" (namakamu) membuang nafasnya kasar saat membaca pesan masuk dari Iqbaal.


Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 04.00 sore, itu artinya ia harus bergegas menemui Iqbaal di danau.

"Hhm baal ada apa ya ngajak gue kesini?" Ucap (namakamu) canggung.

"Pertama, gue mau nanya, kenapa kita jadi canggung gini? kedua, lo kenapa ngejauh, dan ketiga, gue gasuka lo deket-deket Nasim." Ujar Iqbaal penuh penekanan.

(namakamu) memejamkan matanya dan menarik nafas dalam-dalam kemudian kembali membuka mata, "Dari dulu lo ga ngerti juga ya baal? demi persahabatan kita, gue rela nyakitin perasaan gue sendiri, apa lo pernah lirik gue dikit aja? apa lo pernah mikir disaat lo kesusahan gue sering ada buat lo? apa lo gabisa ngertiin gue sedikit aja? dari dulu lo ga pernah berubah. Bodoh, gue suka sama lo, bukan sebagai sahabat, tapi sebagai lelaki."

Waiting [idr]Where stories live. Discover now