Hay! Mulmed Itu Si Dafa yaks😁
Btw Happy Reading❤"Mungkin bukan hanya diriku yang kagum padamu, tapi ketahuilah, kau adalah penyemangatku. Walau kau tak tau itu. -Felani-"
Pagi sudah meyambut kota Bogor, hawa dingin terasa begitu menusuk tulang. Felani mengeratkan jaketnya agar terasa agak lebih hangat, ia memutuskan berangkat sekolah menggunakan sepeda, jarak antara sekolah dan rumah bibinya memang tidak terlalu jauh, namun terkadang bibi dan paman nya tidak mengizinkan dirinya untuk berangkat sendiri, jadi ia selalu diantar jemput menggunakan mobil. Tetapi kali ini dia memaksa untuk berangkat menggunakan sepeda, dikarenakan ia akan ada kerja kelompok jadi lebih baik menggunakan sepeda dari pada terus menyusahkan bibi dan pamanya.Setelah sampai di depan gerbang sekolah, tidak disangka-sangka oleh Felani, dia datang bersamaan dengan Dafa yang turun dari mobilnya. Felani tak langsung masuk ke dalam dan tetap memperhatikan Dafa dalam diam. Sepertinya Dafa sedang berbicara dengan seseorang yang ada didalam mobil, seorang pria parubaya. Mungkin bapaknya Dafa. Setelah mobil itu pergi, Dafa pun berjalan menuju ke arah gerbang. Tanpa disadari Felani yang sedang memperhatikan mobil yang tadi Dafa naiki sampai tak terlihat lagi, Dafa sekarang sudah ada dihadapannya.
"Lihatin apaan sih?" Felani menegang saat melihat Dafa ternyata sudah ada dihadapan dirinya. Keringat dingin mulai bercucuran dipelipisnya.
"Emm gak liat apa-apa kok kak." Felani mencoba menjawab senormal mungkin dan menghilangkan rasa gugupnya.
"Masa sih? Keknya tadi gue liat lo liatin gu--"
"Bro! Ngapain lo disitu?" Felani hembusan napas lega saat Rama datang memotong pembicaraan Dafa. Sedikit membantu. Rama pun terlihat mendekati Dafa dan Felani.
"Oyy Ram! Ntar gue balik nebeng lo ya, kebo gue masuk bengkel soalnya."
"Lah tainya, motor lu rusak mulu nyet, kenapa sih gak pake mobil nyokap lo aja?"
"Gue males pake mobil nyo--"
"Kak permisi, saya ke dalam dulu." Felani berasa tidak nyaman disini, dirinya pun memustuskan untuk beranjak meninggalkan dua sijoli itu, Padahal Dafa tadi ingin mengintrogasi Felani namun gagal sudah ketika si kunyuk Rama datang secara tiba-tiba. Mungkin lain kali Dafa akan menanyakannya lagi jika bertemu kembali.
Dafa menatap punggung Felani sampai lenyap tak terlihat lagi, ia merasakan tetupakan dibahu kanannya, Rama. Dia masih saja nyerocos tak ada hentinya, sampai pada akhirnya Dafa memilih meninggalkan Rama didepan gerbang.
"Lah itu anak diajak ngomong malah pergi, woy Daf tungguin gue napa." Rama mengejar Dafa dengan berlari kecil sambil menjajarkan langkah dirinya pun bertanya, sepertinya ada sesuatu yang Dafa sembunyikan lebih tepatnya ada sesuatu yang sedang ia pikirkan.
"Lo kenapa sih Daf? Btw itu tadi cewek yang sama lo siapa? Keknya gue belum pernah liat deh."
"Emang gue kenapa? Biasa aja tuh, gak tau, gue juga baru liat tadi. Mungkin murid baru kali" jawab Dafa sambil terus menatap kearah depan tanpa melirik Rama.
"Ditanya malah nanya lagi, tau dah Daf, eh tapi itu cewek cantik juga Ya? Kelas berapa ya tuh anak? Boleh juga tuh buat kecengan baru"
"Banyak bacot lo Ram, lo mau gue traktir makan dikantin gak?"
Wajah Rama berubah berbinar mendengar tawaran dari sahabatnya itu, dan ia pun langsung menyetujuinya dengan semangat, melupakan tanya menanya tentang gadis itu."Makanya diem, ntar gue traktir sepuas lo dah."
"Iye bos, tenang gue bakal tobat hari ini demi perut kenyang." cengiran Rama pun terpampang jelas di bibirnya, cara kuno namun ampuh digunakan oleh Dafa jika bersama Rama, orang muka-muka suka gratisan.
**
Setelah selesai meletakan sepedanya di parkiran, Felani segera bergegas menuju kelasnya. Ia berharap tidak akan berpapasan dengan seorang Dafa lagi.
Sesampainya dikelas Felani menghela nafas lega, untung saja doanya terkabulkan. Felani meletakan kepalanya diatas meja, sungguh lelah. Namun seketika Rara tersadar akan kelakuan sahabatnya itu, ia pun bertanya kepada Felani yang sedang memejamkan matanya, Rara tau dia tak sedang tidur.
"Lo kenapa sih? Aneh banget."
Mendengar ucapan Rara, Felani pun membuka matanya dan menatap Rara dengan mengangkat satu alisnya.
Dan Rara tau, ia harus mengulangi ucapannya tadi."Lo kenapa? Aneh banget tau gak, dateng-dateng kek orang abis liat setan doang."
"Gue? Gak apa-apa kok, gak ada apa-apa." Felani menjawab pertanyaan Rara seadanya, namun Rara tau Felani sedang berbohong dengannya. Namun saat dirinya ingin mendesak Felani untuk menjawab yang sebenarnya, Felani sudah ingin beranjak dari bangkunya.
"Ra ntar klo ada guru bilang ya, gue mau ke meja belakang, biasa dengerin lagu sambil tiduran."
"Emm iya."
Felani tau dirinya akan didesak oleh Rara, jika nanti seperti itu dirinya akan diberikan ceramah panjang lebar, dan ujung-ujungnya ia akan kembali teringat pada masa lalunya, jadi mungkin kali ini cara terbaik adalah menghindari Rara sementara.
Pada saat pelajaran dimulai pun mereka habiskan untuk berdiam, menunggu bel istirahat terasa begitu sangat lama. Rara masih berkutat pada buku catatannya, sedangkan Felani menatap lurus papan tulis namun pikirannya sudah kemana-kemana.
Beberapa menit kemudian, terdengarlah bunyi yang dinanti-nanti para siswa bisa jadi pun para guru yang sudah menahan lapar sedari tadi untuk bergegas ke kantin, mengisi perut kosong.
"Fel lo mau ke kantin gak?" Felani mendongakan kepalanya menatap Rara yang sudah berdiri, Felani hanya menjawabnya dengan anggukan saja dan tidak mengelurkan suaranya sampai mereka sudah berada dikantin.
"Mau pesen apa? Biar gue pesenin." Rara bertanya dengan hati-hati kepada Felani, takutnya mood Felani akan semakin hacur. Ya Rara tau sahabatnya itu moodnya memang sedang tidak baik, itu pun mungkin karena dirinya. Jadi sebisa mungkin Rara harus menjaga sikapnya.
"Gak usah Ra, gue mau pesen sendiri aja" Rara hanya menghela nafas panjang dan menghebuskan secara perlahan.
"Yaelah Rara, tenang gue gak marah apalagi ngambek unyu-unyu sama lo kok. Pengen tau aja gimana lo gak gue ajak ngomong, ternyata segitu frustasinya ya Ra? Kok ngakak ya?" tawa Felani meledak saat melihat ekspresi Rara yang menurutnya menggemaskan, Akting yang bagus Felani.
"Bangsat ya kamu, gue kirain lo beneran marah sama gue gara-gara tadi pagi." Rara menjitak kepala Felani karena kesal. Tetapi Felani tetap saja tidak menghentikan tawanya, dia mengusap-usap kelapanya yang menjadi korban kekerasan Rara sambil tertawa terbahak-bahak.
"Aduh sumpah perut gue sakit Ra, Sebenernya sih emang gue rada males ngomong aja lo klo ujung-ujung lo ceramah. Ntar gue ngegalau lagi, apa apa Reza lagi, jadi emang rada sengaja dikit ngediemin lo."
"Udah ah gak usah dibahas lagi, yang penting lo udah rada bener gak sok-sok kek patung. Ayokk ah pesen makanannya, gue udah laper banget sampe mau makan lo sekalian."
"Weh sabar mba bro, ayooklah pesen, gue juga udah keroncongan nih perutnya hehe."
Mereka berdua pun beranjak untuk memesan makanannya,Namun saat Mereka baru saja melangkah beberapa, Dafa en the genks mendekati meja mereka. Lebih tepatnya Dafa yang mendekati meja mereka.
Sekujur tubuh Felani mendadak tegang, jantungnya berdegup lebih kencang, keringatnya mulai bercucuran.
"Eh bukannya lo cewek yang tadi pagi ya?"
HAYY! WELCOME BACK IN MY STORYY! JANGAN LUPA TEKAN VOTE DAN TINGGALKAN JEJAK KOMEN!😊 TENGKYU GUYS FOR READING😘 BTW HAPPY NEW YEARS 2017🎉🎉
KAMU SEDANG MEMBACA
Dafelan (Dafa Felani)
RomanceRasa takut yang menghantuiku, membuatku ragu akan tindakan yang akan ku lakukan, cinta pertamaku membuat diriku trauma akan kata cinta. Aku butuh seseorang untuk menghapus bayang-bayang masa lalu ku itu. Dan sampai pada akhirnya aku bertemu dengan s...