10. Boleh Kok

89 14 22
                                    

Anggap aja itu rumah Farinka ya hehe.

******

Aku dan Ka Arta pun pamit pada Ka Randy, lalu kami pergi menuju parkiran untuk mengambil motor.

Sesampainya di parkiran, Ka Arta menyalakan mesin motornya lalu memberikan helm bogo berwarna coklat padaku.

   "Pake, nih. Biar lo selamat." ia menyodorkan helm tersebut.
   "Iya, makasih, Ka."

Aku segera memakai helm tersebut di kepalaku. Agak kegedean, sih. Ka Arta menengok padaku lalu tiba-tiba tertawa.

   "Hahaha, lo lucu,"
   "Apanya?" aku hanya tertunduk malu, pasti ngetawain helm.
   "Helmnya kegedean, ya?"
   "Engga." jawabku jutek.

Ka Arta menghentikan tertawanya. Ia menepuk-nepuk helm yang sudah terpasang di kepalaku. "Yang penting lo selamat, gapapa ya?". Pipiku terasa panas, ini pipi pasti merah, aku hanya mengangguk pelan tanpa berani menatapnya.

   "Yuk, naik." ajak Ka Arta.

Akupun segera naik ke motor Ka Arta lalu membenarkan posisi duduk. "Eh, rumah lo dimana?" tanya Ka Arta tiba-tiba. Aku yang tadi sedang melamun cepat-cepat menjawab, "Di hatimu."

Ka Arta segera menengok ke belakang lalu menaikkan sebelah alisnya, beberapa detik kemudian ia tertawa terbahak-bahak. Akupun tersadar. Sial, aku ngelantur. Cepat-cepat kedua telapak tanganku menutupi muka yang gatau mau dibuang kemana.

   "Maaf, Ka, maksud aku Kompleks Puri 2."
   "Ya ampun kenapa sih lo bikin gue ketawa terus?" sambil tetap tertawa.
   "Ga lucu tau, Ka." aku berusaha membela diri.

Ka Arta hanya terus tertawa, sampai-sampai beberapa orang di sekitar memperhatikannya dengan heran. Beberapa detik kemudian ia baru berhenti dengan menyisakkan bekas air mata karena terlalu banyak tertawa.

   "Sorry, sorry, ya udah kita pulang sekarang."

Ka Arta menjalankan motornya lalu melesat di aspal jalan. Tanpa kusadari, aku menikmati perjalanan pulang bersamanya. Aku merasa beruntung bisa pulang bareng Ka Arta, dan aku berharap bisa kaya gini lagi.

   "Fa, rumah kamu yang mana?"

Pertanyaannya membuyarkan lamunanku, aku segera menjawab pertanyaannya.

   "Blok B, masih jalan terus."

Ka Arta menjalankan motornya kembali. Setelah kami memasuki wilayah blok B, aku menunjukkan rumahku.

   "Ka, itu rumahku." aku menunjuk rumah bercat abu. Ka Arta mendekatkan motornya ke rumah tersebut.

Setelah sampai di depan rumahku, aku turun dari motornya. Kulepaskan helm yang terpasang di kepalaku lalu memberikannya pada Ka Arta.

   "Makasih, Ka, udah mau nganterin pulang. Maaf ngerepotin."
   "Sama-sama, ga ko ga ngerepotin."
   "Mau masuk dulu?" tawarku.
   "Engga ah makasih, ada urusan." tolaknya ramah.

Aku mengangguk. Ka Arta menyalakan motornya lalu menatapku.

   "Aku pulang dulu, ya." pamitnya.
   "Eh, iya, Ka."
   "Besok mau pulang bareng lagi?"
   "Emm, gimana besok, deh."
   "Okay, bye!" ia melambaikan tangannya sembari tersenyum.
   "Hati-hati di jalan." secara refleks aku mengucapkannya. Ka Arta hanya mengangguk lalu menjalankan motornya.

Buru-buru aku masuk ke rumah. Syukurlah, Mama sedang di belakang jadi ga ngeliat aku pulang sama Ka Arta. Aku menuju kamarku lalu sesampainya di sana, kuhempaskan tubuhku ke tempat tidur.

Aku mengingat-ngingat momen bersama Ka Arta. Rasanya seperti mimpi, tapi ini benar-benar nyata. Tidak kusangka akan secepat ini kami saling kenal. Aku tidak sabar menceritakannya pada Anna dan Lara.

Multichat (Anna, Farinka, Lara)
Farin: Gaissss
Anna: Hoyy
Lara: Apaa
Anna: Kartu pelajar lo udah ketemu?
Farin: Udah
Anna: Ketemu dimana?
Farin: Ka Arta
Lara: Jol Ka Arta
Anna: Ko bisa di Ka Arta, sih?
Farin: Asli ih, pokonya hari ini aku seneng banget
Lara: Kenapaa? Cerita dong
Farin: Besok dehh
Anna: Okay
Lara: Okay

Aku menaruh hpku di tempat tidur. Jam sudah menunjukkan pukul 17.00, lebih baik aku mandi. Kulangkahkan kaki menuju kamar mandi sembari bersenandung kecil.

******

Setelah selesai mandi, aku menemui Mamaku untuk meminta paket yang datang ke rumah saat aku masih di sekolah. Paket itu berisi tas jinjing yang kupesan di online shop.

   "Ma, paketku udah nyampe, kan?" tanyaku.
   "Itu di meja rias Mama, cari aja." jawabnya sembari mencuci piring. Aku hanya mengangguk.
   "Ma, mau aku bantuin ga?"

Mama menghentikan aktifitasnya, lalu memandangiku. Aku memandanginya balik lalu menaikkan sebelah alisku.

   "Tumben, biasanya cuma nyuci piring bekas sendiri aja."
   "Ya, gapapa dong. Kan bantu Mama juga?"
   "Biasanya kalo mau bantu Mama, kamu lagi seneng." ia melanjutkan mencuci piring, "Ada apa, nih?" sambungnya.

Aku hanya cengengesan lalu mendorong pelan bahu Mama, "Ga ada apa-apa." ucapku. Mama melirikku sebentar, lalu memberi ruang untukku supaya bisa ikut membantu mencuci piring.

   "Pasti Arta." celetuk Mama.

Mataku terbelalak saat Mama berkata 'Arta'. Cepat-cepat aku mengontrol ekspresi wajahku supaya ga keliatan kaget.

   "Engga, ga ada hubungannya sama dia." protesku.
   "Gapapa, kok." ucap Mama lembut.

Hah? Gapapa apa maksudnya ini? gumamku. Karena penasaran aku menanyakannya pada Mama.

   "Gapapa apaan, Ma?"
   "Gapapa kamu sama Arta itu tapi kamu harus buktiin ke Mama kalo dia itu cowo yang bener dan bisa bikin kamu lebih baik."

Jujur saja aku heran bercampur senang. Akhirnya Mama percaya sama Ka Arta juga. Kalo gini ga usah sembunyi-sembunyi lagi kalo ngomomgin Ka Arta.

   "Yess, makasih, Ma!" refleks aku berkata seperti itu, cepat-cepat aku menutup mulut.
   "Keceplosan ya?" Mama tertawa kecil.

Aku hanya tersipu malu lalu melanjutkan mencuci piring, setelah selesai aku menuju kamar Mama untuk mengambil paket.

Kutaruh paket tersebut di meja belajar, tiba-tiba ada notification Line masuk di hpku.

Artandi Alam added you as a friend.

Mataku membulat, beberapa detik kemudian aku menjerit senang dalam hati. Kuhempaskan tubuhku ke kasur lalu berguling-guling saking senangnya.

Selama ini hanya aku yang menambahnya sebagai teman dan baru sekarang ia meng-add balik.

Semoga ini awal yang baik bagiku untuk lebih dekat dengan Ka Arta.

Bersambung...
Jangan lupa vomment yaa,
Makasih😊

Blooms Near YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang