Preview 01
Seperti baru kemarin.Kilatan flash kamera, panggung megah tempat ia menerima penghargaan, serta kumpulan penggemar yang setia menunggu di lokasi suting hanya untuk mendapat tanda tangannya. Seperti baru kemarin semuanya menjadi pelengkap hidup seorang Jung Jaehyun, sebelum akhirnya kini semuanya sirna bak api unggun yang padam karena diguyur air.
Dispatch -sebuah portal media yang selama sepuluh tahun memiliki fokus dalam meliput berita terbaru para selebritas termasuk skandal dan gosip yang selalu berhasil membuat orang penasaran- adalah penyebab utama kenapa karir Jaehyun meredup. Sebuah skandal menjijikkan merebak di kalangan umum tepat sebelum perilisan film barunnya dimulai.
Jaehyun sebenarnya bisa saja menuntut media tersebut karena telah memberikan berita palsu, namun sayangnya meskipun agensi sudah memberikan pernyataan sanggahan dan siap menempuh jalur hukum, bukti yang beredar terlalu kuat hingga publik mudah untuk percaya.
Semuanya kacau.
Tidak ada satu pun hal baik terjadi setelah itu.
Perilisan filmnya ditunda, daftar kontrak iklan sebagian besar telah dibatalkan, dan tentu saja, sekarang Jaehyun tidak memiliki pilihan lain selain hiatus tanpa waktu yang jelas.
"Bangun!"
Jaehyun mengernyitkan dahi ketika selimutnya ditarik paksa oleh seseorang dan orang itu mendaratkan pukulan menyakitkan di punggungnya secara berulang. "Oh astaga, cepat bangun! Kau tidak tahu sekarang jam berapa?"
Lee Il Hwa berkacak pinggang di samping tempat tidur putranya, memelotot hingga kedua mata wanita itu tampak bulat sempurna.
"Apa yang Ibu lakukan di sini?" tanya Jaehyun begitu sadar siapa sosok yang menganggu tidurnya pagi ini. Atau mungkin sudah siang, entahlah, Jaehyun belakangan ini seperti kehilangan kepedulian terhadap waktu. Setiap menit dan jam yang berlalu, baginya sama saja.
"Apa lagi? Tentu saja memastikanmu masih hidup atau tidak."
Mata Jaehyun masih terasa berat. Tangannya menjalar ke samping nakas untuk mencari sesuatu yang bisa meredakan rasa haus di tenggorokannya, namun yang ia temukan hanyalah kumpulan botol soju kosong.
Sontak, sang Ibu yang masih memerhatikannya sambil berkacak pinggang itu, makin tidak bisa berhenti memelotot.
"Dasar, anak, pemalas! Cepat sadarkan dirimu."
Dan pukulan kembali mendarat di punggung Jaehyun entah sudah keberapa kalinya sekarang. "Berapa banyak botol soju yang kau minum semalam?"
Suara sang Ibu yang memarahinya terdengar benar-benar putus asa dan Jaehyun memahaminya betul. Bagaimana pun juga, tidak ada orang tua yang senang jika melihat putra satu-satunya berada dalam kondisi berantakan seperti ini. Kamar penuh botol bekas, mangkuk mie terlihat bertumpuk di depan televisi, juga pakaian kotor yang berserakan di berbagai titik sungguh membuat mata sakit. Jaehyun diam-diam bersyukur karena ibunya tidak terkena serangan jantung saat tadi tiba di apartemennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brightest Star - Jaehyun
RomanceKesialan itu bermula di satu pagi pada musim gugur yang dingin. Takdir menyeret Lana bertemu dengan Jung Jaehyun, aktor papan atas yang digilai oleh hampir separuh penduduk perempuan Korea Selatan. Jangan berpikir bertemu dengan laki-laki tampan lua...