Rise up like the sun

6.8K 95 8
                                    



Hai I'm back...

Ini cerita lama yg gw revisi kembali

Hope you Like it guys...

Gadis cantik bermata hazel memandang sendu ke arah pemakaman yang telah menjadi tempat peristirahatan terakhir kedua orang tuanya. Entah sudah berapa lama ia menangis, bahkan air mata sudah mengering dan tak mampu lagi mengeluarkan butiran kristal sebagai penanda kesedihan.

Derap langkah kaki mengusik keheningan yang sedari tadi tercipta di areal pemakaman. Gadis berkulit putih susu itu menggigit bibir bawah saat ia menyadari kehadiran seorang pria bertubuh atletis dan memiliki iris mata bewarna coklat keemasan. Pria itu berdiri tepat di belakangnya. Rambut ikal panjang berwarna kecoklatan miliknya bergoyang indah saat hembusan angin menerpa. Tangan dingin pria itu menyentuh lengannya, lebih tepat memaksa agar ia berbalik menatapnya.

Gadis itu menahan nafas sejenak saat ia mendapati sosok pria tampan bak dewa yunani yang tengah menatap datar tanpa ekspresi. Pria ini membencinya, ia tahu itu. Kalau saja tak mengingat status mereka sebagai saudara tiri, mungkin pria ini tak akan sudi mendatanginya.

"Mau sampai berapa lama kau berdiri di sini? Aku tidak punya banyak waktu lagi tuan putri," ujarnya jengkel. Gadis cantik bernama lengkap Aluna Ritchel, hanya mampu tertunduk lemah tak berani menatap wajah pria yang saat ini tengah menatap dengan tatapan mengintimidasi.

"Aku masih ingin di sini sebentar saja," jawabnya pelan. Selama lima tahun pernikahan kedua orangtuanya, hanya beberapa kali ia bertemu dengan kakaknya. Ia sadar betul jika sejak awal pria ini tidak mengkehendaki pernikahan orangtua mereka. Pria ini beranggapan bahwa mami telah merebut papa dari tante Widya, ibunya.

Pria itu memandang datar, mengepalkan kedua tangan. Ia memang tidak memiliki kesabaran jika berhadapan dengan gadis yang berstatus sebagai adik tirinya. Dia membenci gadis itu sama seperti ia membenci ibu dari gadis itu. Baginya kedua wanita itu hanyalah benalu yang dengan tak tau malu telah merebut perhatian dan kasih sayang ayah.

Setelah kecelakaan yang mengakibatkan ayah dan Laura, ibu dari gadis itu meninggal, tak ada sedikitpun rasa sedih yang ia rasakan. Hatinya benar-benar beku. Bahkan ia sama sekali lupa bagaimana perasaan sedih dan bahagia sejak ibunya menutup mata dan tak akan pernah ia lihat lagi.

"Aku memerintahkan kau untuk mengikutiku sekarang," geram pria itu marah. Berbalik pergi meninggalkan pemakaman dan melangkah menuju mobil ferarri yang terparkir manis tak jauh dari areal pemakaman. Tak ada sedikitpun niat untuk mengunjungi pemakaman. Ia membenci pria yang berstatus sebagai papa, jadi ia tak akan pernah sudi menginjakkan tempat itu. Ia hadir ke pemakaman ini hanya sebagai formalitas saja.

"Kak," panggil Luna lirih. Gadis itu lagi-lagi hanya menunduk, tak berani menatap. "kak," panggilnya lagi. Kini ia memberanikan diri menatap pria yang saat ini tengah menatapnya dengan tatapan murka.

"Aku sudah memperingatkanmu nona, jangan pernah kau memanggil kakak. Kau bukanlah adikku dan seingatku ibuku tidak pernah melahirkan seorang adik," geramnya lagi.

Pria itu menghela nafas panjang, mengerut kening, berusaha menahan emosinya untuk memaki gadis belia di hadapannya. Kalau saja tidak karena wasiat yang mengatakan agar ia menjaga Aluna hingga ia berusia 21 tahun, maka ia tak akan sudi membawa gadis ini tinggal di rumahnya.

"Kak.." panggilnya putus asa. Setetes air bening mulai membasahi kedua pipinya. Ia tak tahu harus mengatakan apa pada pria ini. Ia tak bisa menyalahkan sikap kakak tirinya, mungkin kalau ia ada di posisi ini, ia juga akan mengambil pilihan yang sama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

After You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang