Pagi ini Ka Jeff mengantarku ke sekolah. Keadaan rumah sedikit mulai membaik. Ibu terlihat lebih tenang meski wajahnya tak bisa membohongi kalau Ia masih kalut. Sedangkan Ayah, ia mulai melontarkan guyonan ala Ayah yang biasa. Ayah menceritakan bahwa minggu lalu ada clien dari Jepang yang tidak bisa berbahasa Inggris, kata Ayah, meeting minggu lalu sungguh menjengkelkan dan cukup menguras tenaga karna translator yang di bawa clien-nya tidak terlalu lancar berbahasa inggris juga si clien jepang, kata Ayah, jorok sekali, masa dia kentut saat meeting dengan ayah. Kata Ayah baunya seperti kaus kaki yang di goreng dengan terasi busuk.
Aku dan Ka Jeff tertawa juga ibu meskipun tawa ibu agak sedikit hambar, namun setidaknya pagi ini aku bisa melihat senyum Ibu yang menenangkan, menurutku.
Sarapan pagi di hari Kamis ini di luar dugaanku. Aku sempat membayangkan bahwa untuk beberapa hari kedepan suasana rumah tak seperti biasanya, hening dan membosankan. Namun ternyata tidak, Ayah seperti matahari yang mampu mencairkan es beku diantara kami. Kekikukan tidak tercipta saat kami sarapan. Kursi makan yang biasa di duduki Alice juga tetap berada di tempatnya, di sebelahku. Jadi, meskipun Alice tak disini, kami masih bisa merasakan kehadirannya.
Sekarang aku di dalam mobil Ka Jeff. Alunan musik jazz kesukaan Ka Jeff mengalun di telinga ku di iringi suara klakson mobil khas Kota Bandung. Hari ini cuaca di Kota Bandung agak sedikit mendung sehingga memaksaku untuk merapatkan resleting sweater favoritku.
"Dek nanti gue ga bisa jemput lo ya, gue harus ngurusin urusan kampus dulu. gue udah ngeline Mario supaya nanti dia anterin lo pulang"
"Woles ka, lagian juga banyak angkot kali ka, lo ga usah khawatir-khawatir amat, gue kan udah 18 tahun"
Ka Jeff tertawa renyah "Hahaha gue lupa dek, gue ingetnya lo masih kecil aja"
Ka jeff mencubit hidungku kencang, membuat aku merintih kesakitan.
"Sakit kaaaa" Aku mengusap-usap hidungku yang agaknya memerah karna ulah ka Jeff. dasar jomblo ngenesss!!!
"Hahaha Maaf dek, Anyway sekarang gue ga jomblo lagi loh..."
"HAH? ..."
Aku menatap selidik pada ka Jeff. demi apa? padahal baru aja aku mengumpat kejombloannya. Dugaanku salah selama ini, Dia memang lelaki sejati. lelaki yang mudah mendapatkan pengganti.
"Ga usah kaget gitu kali. Gue udah PDKT lama. tapi baru berani nembak minggu lalu dan dia tadi malam bilang 'iya' "
Aku memicingkan mataku, mencari celah dari ucapannya yang menurutku 'harus di curigai' . Padahal Ka Jeff baru aja putus bulan lalu.
"Sama siapa? Ka Yuri atau Dania?" Ucapku ingin tahu. Ka Jeff malah nyengir membuatku semakin penasaran.
"Ada deh. Haha udah sana turun udah sampe, nanti lo telat lagi"
Aku melihat kaca mobil benar saja sudah sampai. ah sial usaha mencari tahu siapa pacar Ka Jeff yang baru gagal.
Liat aja nanti ka gue akan ngoprek hape lo haha
"Ya udah ka gue berangkat dulu"
Aku turun dari mobil kemudian melambaikan tangan pada Ka Jeff yang mulai menjauh dari ku. Hari ini adalah hari pertamaku sekolah tanpa Alice. Biasanya kita berangkat ke sekolah bersama dan ketika pulang sekolah aku dan Alice saling menunggu karna kita berbeda kelas. Aku yang lebih sering menunggu Alice karena jadwal latihan chiliders-nya bisa satu minggu tiga kali. Meski terkadang bosan selalu menunggunya, tapi jika di ingat-ingat itulah yang paling berkesan dari semua momen yang kami buat. untuk mengisi kebosananku biasanya aku ke kebun belakang sekolah. Jika Alice sudah selesai latihan, Alice menghampiriku dan bukannya pulang kita justru sengaja duduk di kebun belakang sekolah sampai jam lima sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati
Teen FictionAwalnya Mereka adalah pasangan serasi. Namun, Kedatangan Damian mengubah segalanya.