First

54 4 0
                                    

SMA BHAKTI NUSANTARA ini adalah SMA yang sebenernya biasa aja, nggak terlalu favorit juga di kota ini. Tapi, kemampuan di bidang olahraga mereka sungguh sangat memukau. Walaupun akademik mereka juga bagus, tapi prestasi yang paling menonjol adalah olahraga.

" Weishhh,, kapten basket kita nihh. " Sorak seorang remaja Putra menepuk seorang remaja Putri yang lewat di depannya.

" Sa ae lu Bar! Di tungguin Fara noh di lobi, anterin pulang sono. Ntar, lu di cap sebagai pacar tidak bertanggung jawab lagi. " balas perempuan itu.

" Yhee, selalu gitu. Yaudah, gue pulang duluan ya. Bye! " pria itu kembali menepuk pundak perempuan itu. Perempuan itu hanya menggeleng pelan lalu kembali melanjutkan perjalanannya.

Meriska Prilly Shantika, dia adalah kapten dari club basket Putri di sekolah ini. Sudah banyak prestasi yang ia dapatkan, dan itu sudah membuatnya cukup di kenal oleh semua kalangan di sekolah itu.

Siapa sih yang gak kenal sama Prilly? Anak XI IPA 3 ini adalah siswi yang populer di sekolah nya. Cantik. Pinter. Berprestasi. Apalagi yang kurang? Mungkin semua cowok menyebutnya dengan perfect. Itulah Prilly.

" Eh, ada Harley Quinn di sini.. " sapa seorang pemuda dengan perawakan cukup tinggi sehingga membuat Illy harus mendongak untuk melihat wajahnya.

" Heh, nama gue Meriska Prilly Berlian, bukan Harley Quinn! Lagian, tulisan nama aja udah beda! Pake di samain! " cerocosnya panjang lebar. Pemuda itu terkekeh geli melihat ekspresi Prilly yang di bilang gemesin itu. " Galak banget sih Ly. " pemuda itu mencubit pipi Prilly, sontak hal itu membuat Prilly murka. " Alannnnn!!! Please, lo jangan bikin gue jadi singa hari ini!! " sentak Prilly marah.

Alan hanya menanggapinya dengan tawanya. " Eh, besok si Maura ijin ga latihan ya. Masih sakit dia. " ucap Alan--pemuda yang tadi sedang bersama dengan Prilly--yang di balas anggukan dari Prilly.

" Iya. Salam buat Maura ya, gue ga bisa jengukin dia. " ucap Prilly.

" Cih, temen apaan lo ngga' mau jengukin temennya sakit. Payah. " balas Alan dengan wajah mengejek.

" Heh! Gak usah ngomporin gue lu! Gue bunuh pake garpu mampus lu! " cerca Prilly kesal sembari menunjuk wajah Alan dengan telunjuknya. Alan hanya terkekeh saja, lalu ia berlalu pergi dari hadapan gadis cantik ini.

" Dasar orang gila! " sungut gadis itu kembali melanjutkan perjalanannya. Dia berjalan sambil sesekali bersenandung kecil, karena ia sedang mendengarkan lagu dari pacar ke-3 nya. Shawn Mendes.

" Cause I know I can treat you better, than he can. " senandungnya kecil. Earphone menempel Indah dengan telinganya, dan handphone nya tersimpan rapi di saku rok abu-abu panjangnya.

Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya dari belakang, ia sempat kaget dan ia berfikir bahwa yang menepuk tersebut adalah Doni dan Dion, anak kembar yang ulalla baby itu.

" Doni Dion, lo tuh ya... " ucapannya menggantung saat ia tahu bahwa orang itu bukanlah Doni dan Dion.

" Apa Doni Dion? Berani kamu sama saya? " sentak Pak Janu--guru sejarah paling killer di sekolah nya--yang menegurnya sambil membawa sebuah buku tulis. Entah itu buku tulis siapa, yang pasti itu bukan miliknya.

" Ampun pak, saya kira temen saya. Hehe.. " kekeh Prilly sambil menampilkan wajah imutnya. " Ada apa pak manggil saya? " sambung Prilly yang sebenarnya bingung, apa maksud dan tujuan guru ini memanggilnya?

" Ini, tolong berikan buku ini sama Ali. Dari tadi saya cari namun anak itu tidak ada. Kalo kamu ketemu, Kasih bukunya ya. " ujar guru itu enteng.

Prilly mengernyit bingung, ini Ali yang mana? " Pak, ini Ali-nya yang mana ya pak? Ali ada yang anak kelas 10 IPS 3, kelas 11 IPA 2, kelas 11 IPA 4, kelas 11 IPS 2, kelas 12 IPS 1 yang anaknya Pak Ibam itu. Yang mana pak? " cerocos Prilly tiada henti.

" Huh, bagaimana saya bisa menjawab jika kamu ngomong terus dari tadi!! " sentak guru itu kesal, Prilly hanya menyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

" Berikan buku ini sama Gerali Mahardika, anak kelas 11 IPA 4. Yang main futsal itu, lho. " ujar guru itu. Prilly seketika diam, ia seperti mendapat pukulan dari Palu Thor. Gerali Mahardika? Yang benar saja!

" Pak, jangan ke dia deh pak. Saya ga' suka sama dia. " ujar Prilly memohon. Tapi dasarnya guru galak, mau di apa-apain juga galak. Pasti muridnya yang bakal kalah.

" TIDAK BISA!! Kamu tidak mau mengantarkan ini atau nilai kamu saya kurangi?!!! " ancam Pak Janu dengan wajah garangnya. Akhirnya, Prilly mengangguk pasrah.

" Nah gitu dong, kan semua senang. Yaudah, cepetan sana! " ucap pak Janu dan segera pergi 'ntah kemana perginya, yang jelas Prilly tak peduli.

Prilly menghembuskan nafasnya kasar, ia kesal sekarang. Ia benci Pak Janu, ia benci Ali. Jadi intinya, ia benci mereka berdua.

Prilly segera pergi menuju ke tempat yang semestinya untuk anka-anak ekskul futsal berkumpul. Lapangan.

Prilly berjalan gontai, dan di sepanjang perjalanan ia memaki Ali dan kesal karena harus bertemu dengan guru nan killer itu. Huh, lewati sajalah masalah ini. 

Prilly sudah sampai di lapangan itu, ia dapat melihat segerombolan anak laki-laki sedang berlarian kesana kemari sambil menggiring bola. Prilly mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru lapangan, dan ia melihat Ali sedang duduk di pinggir lapangan.

Prilly bersiap untuk memberikan buku catatan tersebut, dengan mengucapkan segala bentuk doa, akhirnya Prilly siap memberikan buku catatan itu. Bismillah Prill. Ucapnya dalam hati.

Prilly berjalan cepat ke arah seorang laki-laki yang duduk di pinggir lapangan dengan peluhnya yang mengalir dengan deras di sekujur tubuhnya, membuat wajah tampan buatan Arab itu semakin membuat siapapun bergairah. Tunggu, bergairah? Oh, bergairah untuk terus mendekatinya maksudnya. Apa kalian mengerti ? Ku harap kalian mengerti maksudku.

Prilly melemparkan buku catatan itu tepat di depan laki-laki itu yang sedang mengatur nafasnya sehabis bermain, " Buku catatan lo dari Pak Janu, tadi lo di cariin kaga' ada. " ucap Prilly singkat. Lelaki bernama Ali itu menampilkan senyuman manisnya ketika mendongak dan menatap wajah Prilly yang ada di atasnya, seolah olah ia memang mengharapkan kehadiran cewek cantik itu.

" Akhirnya mau juga kan lo liat muka ganteng gue, Pak Janu baik banget deh. " ucapnya yang nampak girang, sedangkan Prilly nampaknya kesal dan marah dengan lelaki yang ada di depannya ini. 

" Heh, lo sekongkol ya sama Pak Janu!! " sentak Prilly kencang, dan itu menimbulkan rasa penasaran dari teman-teman Ali yang lainnya.

" Heh, enggak ya. Emang gue ngilang aja tadi, kan kebetulan banget Pak Janu nyuruhnya elo. Kita itu emang berjodoh. " sahurnya nampak percaya diri.

" Jodoh jodoh pala lu gepeng!! Gak bakal terjadi!! " sentak gadis itu tak kalah keras dengan yang tadi.

" Udah ah sana, lo ganggu konsentrasi gue main nanti kalo masih ada di sini. Bukannya ngejar bola nanti gue malah ngejar-ngejar Cinta lo lagi. " balasnya lagi dengan menampakkan wajah tengilnya.

Prilly menggeram kesal dan segera berlalu dari lapangan tersebut tanpa menghiraukan Ali yang malah memanggilnya Sayang sedari tadi.

Ali memang sebenarnya menggilai Prilly, tapi tak pernah ada yang tahu kecuali teman-teman se-permainannya. Mengapa ia tak mau menyatakan perasaanya sekarang? Katanya timing-nya belum tepat. Entah sampai kapan tepatnya, yang pasti sampai sekarang Prilly tak tahu bahwa Ali sangat menggilainya.

By My SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang