"Sial! Telat lagi!" umpatku dalam hati sambil terburu-buru menaiki anak tangga kemudian melewati beberapa ruangan kelas hingga akhirnya terhenti di ruangan III/AC. Aku langsung memasuki ruangan dan mengambil posisi duduk di pojokan kelas, bersebelahan dengan teman yang baru ku kenal kemarin, Dwi Anisa.
Ini hari keduaku menyandang status sebagai mahasiswi baru di kampusku, tidak seperti maba -maba yang lain, aku tidak tertarik untuk mencari-cari info tentang kakak senior yang ganteng ataupun famous.
Bukan karena aku penyuka sesama jenis atau tidak ada satupun yang masuk dalam kriteriaku untuk kujadikan calon gebetan.
hahaha aku juga sadar diri, tidak termasuk kategori cewek yang masuk daftar urutan nomor 1 sebagai pilihan para cowok. Dengan tinggi yang standar, di tambah lagi teman-temanku selalu mem-bullyku dengan sebutan "kutilang" apalagi kalau bukan kurus, tinggi, dan langsing.
Namun saat itu aku masih berharap pada teman masa SMA-ku, seseorang yang berada jauh dari tempat perantauanku untuk melanjutkan study. Seseorang yang sukses membuatku hampir tidak pernah move on selama tiga tahun meskipun aku, gadis yang selalu bodoh soal cinta ini, tidak pernah berpacaran dengan dia... Tian Alvaro.
*****
"Wik...wik... kayaknya orang yang didepan kita ini orang batak deh."Bisikku pada Dwi yang sedari tadi sibuk dengan handphone-nya. "Kamu tau darimana, sil?"Tanya Dwi bingung. "keliatan dari logatnya kalo ngomong mirip-mirip sama logatku, wik."Balasku lagi tapi masih penasaran.
Tiba-tiba cowok yang tadi kumaksud membalikkan badan, mungkin mendengar perbincangan singkatku dengan Dwi tadi. Bodo amatlah pikirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Adakah (?)
RomanceApa yang kukhawatirkan sejak lama akhirnya terjadi juga. Ya, di saat yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku yang seharusnya memenuhi isi otakku dengan segudang bahan ujian akhir, saat ini sangat tidak bergairah untuk memulainya. Bams lah yang...