CHAPTER 2 - KUCING

133 7 0
                                    

            “Ahoyyy!! Chapter dua akhirnya muncul lagi!”

            “Deril, kamu ngapain masih di sini? Jatah muncul kamu cuma ada di chapter satu.” Aku menatap deril sinis.

            “Pliss.. Jadiin saya pembawa acara juga di sini dong.” Deril memelas.

            “Ummhhh.. Gimana ya? Satu-satunya pembawa acara di sini harusnya cuma saya.” Aku menggaruk-garukkan daguku. “Tapi bentar, saya mau nanya ke penulisnya dulu.”

            “Oke! Selamat jalan!” Deril melambai-lambaikan tangannya padaku.

            Setelah aku pergi, Deril duduk di tempat pembawa acara Dunia Semu edisi Spesial. Sesekali dia menengok ke kiri dan kanan melihat studio khusus yang ada di imajinasi E N Putra. Jari-jarinya terkadang diketuk-ketukkan pada meja untuk mengatasi kebosanan yang ada. Tak lama kemudian ....

            “Wooyyy,.. Naratoor!! Ini agak aneh sama sudut pandangnya. Kenapa si Eril dijadiin sudut pandang pertama di sini? Berarti si Eril tuh si penulis kan??”

            Ehh.. Ehmm.. Ternyata Deril memang tidak sopan. Memang sudah cocok jika saya hanya menempatkannya di chapter pertama.

            “Jawab dulu woy!!”

            Narator mengelus dahi. Jadi gini.. Ehmm.. Gimana ya? Udah lah baca aja cuplikan chapter dua Dunia Semu.

            “Waaahhh.. Mengalihkan pembicaraan nih.” Mata Deril memicing.

***

Aku tersentak bangun dan memperhatikan sekelilingku. Ada yang aneh. Ada dimana ini? Aku berada di sebuah rumah kayu bergaya eropa tua dengan berbagai ornamen-ornamen klasik di dalamnya. Aku pikir, sebelum aku tertidur aku tidak pergi kemanapun.

            “Eh? Tuan Enutra, anda sudah bangun? Sepertinya anda tidur sangat nyenyak, aku sama sekali tidak berani untuk membangunkanmu.”

            Aku terdiam sejenak. Siapa orang yang mengajakku bicara ini? Dia memiliki penampakan sosok seorang lelaki berumur empat puluh tahunan. Wajahnya sama sekali belum pernah kulihat sebelumnya. Matanya sayu, hidungnya agak mancung dengan bekas cukuran kumis di sekitar bibirnya. Rambutnya bergaya caesar cut[1] dengan warna hitam agak pirang. Mengenakan baju kulit coklat abad pertengahan eropa seperti gaya Robin Hood.

            “Aku ada dimana?” aku bertanya dengan ekspresi wajah kebingungan.

            “Apa yang anda katakan? Tuan ada di rumahku sejak semalam datang kemari. Mungkin tuan terlalu lelah. Lebih baik lanjutkan saja istirahatmu.” pria itu tersenyum sembari membuat minuman di atas meja makannya.

            “Di rumahmu? Siapa anda?” aku kembali bertanya kebingungan.

            “Eh? Apa semalam kepala tuan terbentur sampai tuan lupa ingatan? Ini aku, Javier, utusan dari Kerajaan Eternality!”

            “Javier? Entahlah rasanya aku seperti tidak berada di duniaku.” aku menaikan kepalaku dan mengambil posisi duduk.

            “Oh ya, semalam tuan minum arak terlalu banyak. Lain kali aku tidak akan memberikannya lagi pada tuan.” orang itu pun tertawa.

            Pikiranku masih berputar-putar. Puluhan pertanyaan memasuki isi kepalaku. Apa yang aku lakukan disini? Siapa orang ini? Dimana tempat ini? Apakah aku masih bermimpi? Pertanyaan-pertanyaan ini membuat kepalaku sakit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dunia Semu SpesialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang