Back (1)

131 18 9
                                    

Tuhan bantu aku dalam memilih keputusan yang tepat agar aku tak menyesal kemudian hari.

*
*
*

11 Mei 2016,Jerman.

Aroma bekas hujan berpaduan aroma kopi benar-benar menusuk penciumanku. Aku menatap langit senja melalu jendela apartemen yang masih tersisa bekas hujan.
Betapa menyedihkannya hidupku jika pergi sejauh dan selama ini tapi tak mengubah apapun, benar kata Ethan aku pengecut. Sampai saat ini aku masih mencintainya dan memikirkannya.

Does he sing to all your music,
While you dance to purple rain?
Does he do all these things,
Like I used to?

Suara music dari band favoriteku ATL menyadarkankan lamunanku.

'' Hallo.. Sayang '' suara yang sangat kurindukan terdengar dari seberang sana.

'' Ya, Ibu, ada apa? ''

'' Harus ya ibu menelpon jika ada yang penting saja? '' terdengar helaan nafas kecewa darinya, oh tidak.

'' Maafkan aku bu,aku -''

''Tidak apa-apa sayang, ibu merindukanmu''

'' Aku juga bu, setelah wisuda aku akan pulang ''

'' Baiklah '' aku tersenyum mendengar jawabanya '' Eh, Eunha.. tadi ada temanmu memberikan undangan Reunian ''

Deg..
Rasanya jantungku berhenti berdetak sekarang.

'' Hallo sayang.. ''

'' Iya bu, bisakah ibu fotokan dan kirimkan padaku? ''

'' Tentu, Ibu tutup teleponnya, I love you jaga kesehatan ya.. ''
Belum sempat aku menjawab Ibu sudah menutup teleponnya.

Tidak berapa lama ponselku berdering lagi, kini pesan dari Ibu yang aku yakin foto undangan reunian tadi.
Aku membaca dengan sesama kemudian meletakan ponselku diatas meja.

30 Juni 2016..

Aku menghela nafas berat, harus kah aku datang? Bagaimana jika aku bertemu dengannya? Apa yang akanku lakukan, apa yang aku katakan. Aku tak tau..

Tuhan..
Bantu aku..

*
*

05 Januari 2011,Korea.

Aku membantu Jimin mengeringkan rambutnya setelah terkena minuman tadi lebih tepatnya disiram mantan pacarnya, dia meminta bertemu dicaffe biasa ada yang ingin dia bicarakan kupikir apa ternyata dia malah mengenalkanku pada perempuan itu Sebagai pacarnya, yah bisa terbayang bagaimana reaksi perempuan itu.

'' Berhenti mempermainkan perempuan Jim '' ucapku sambil menggosok rambutnya dengan handuk kecil.

'' Aku tidak mempermainkannya, jelas-jelas aku memutuskannya tapi dia tidak terima '' Jimin mencoba membela dirinya.

'' Aku sudah mendengar alasan itu seribu kali, sudah berapa perempuan yang kau perlakukan seperti itu Jim? Alasan kau putus hanya karena kau bosan, bahkan kau baru pacaran dengannya seminggu atau kurang. Kau pacaran seperti mengganti baju, bagaimana jika aku mengalami hal yang seperti itu Jim ? '' omelku padanya, sungguh aku kasian melihat perempuan yang menangis karenanya. Sahabatku ini memang Badboy dan entah kenapa aku malah berteman dengannya, setiap putus alasannya sudah memiliki pacar lagi dan pacarnya itu aku itulah yang dia katakan pada mereka.
Kini Jimin menatap kedua mataku kemudian memeluk dan mencium pucuk kepalaku.

BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang