Setelah berhasil merampungkan Nickelonau, kami -O & Mg- pun gatal ingin berduet kembali. Berawal dari hal-hal yang terlalu panjang untuk diceritakan, maka kami menulis ini. Selamat menikmati. Kalau tidak nikmat, kasih kucing.
***
Detak yang bertalu pada desir yang menggebu
Detik yang berhenti untuk melayang ke awan dan jatuh ke bumi sebelum terbang dan menari-nari.
Netra tak pernah berdusta, pikatmu racun retina, kucandu sekali, menggeleparkanku berkali-kali...
"Gi, lu nulis apaan? Masih ada deadline, ya?" suara Orion, fotografer di majalah tempat gue bekerja sebagai reporter terdengar. Refleks, gue menutup tab blog gue dan beralih memindah ke halaman e-mail. Mendadak gue deg-degan dan takut ketahuan. Rasanya kayak disuruh nyokap tidur siang tetapi malah main layangan diam-diam ... terus ketahuan.
"Nggak, cuma iseng."
Mampus ajalah gue kalau ketahuan nulis puisi macam itu. Bukan apa-apa, puisi receh tadi begitu nista, nggak pantas kalau disandingkan dengan tulisan gue menyoal memendeknya gading gajah dari tahun ke tahun.
"Oh, lu laper ga? Gue rencana mau makan siang sama Biru. Ke Kedai Selalu Ayam. Lu mau ikut?"
Puji syukur gue panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena Orion nggak memperhatikan apa yang gue tulis. Dan mendengar ajakan makan siang sama Biru, dada gue rasanya makin bertalu-talu. Astaga ... dangdut banget gue. Semoga setelah ini gue nggak tertarik untuk menggarap single dangdut dengan judul "Puisi (Cinta) Receh". Btw, meski gue nggak bisa main musik, suara gue nggak jelek-jelek amat. Setidaknya begitulah komentar Orion setelah sebelumnya gue sogok tiket nonton film The Fault in Our Stars. Heran gue tu bocah, tampang aja sangar, tapi hati Hello Kitty.
"Biru sama siapa?"
"Nggak tahu gue. Yuk cepetan!"
Dan dengan sigap gue meninabobokan laptop gue.
Ehem.
Sebelumnya, gue ingin mengabarkan bahwa mungkin saja Anda terlalu banyak membaca roman picisan kalau menebak bahwa gue senang diajak makan siang karena ingin bertemu Biru. Sebagai lelaki yang menjunjung tinggi Pancasila, haram bagi gue untuk menikung calon santapan teman terdekat. Menyalip di tikungan sangatlah berbahaya, kita tidak pernah tahu kapan ada truk yang datang dari arah berlawanan, atau bus besar yang sopirnya enggak konsentrasi karena main telolet-teloletan. Cukuplah Orion dan Biru terjebak dalam kabut merah muda di lingkaran pertemanan yang sering disebut dengan friendzone itu.
"Pakai motor gue, apa motor lu?" tanya Orion sesaat begitu kami sampai di parkiran. Gue terdiam sesaat, sok-sok berpikir. Ini tanggal tua, gue harus berhemat bahan bakar, pun pegal menghadapi jalanan di jam makan siang. Saatnya melancarkan aksi berhemat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Egi & Maggy
Short StoryTersebutlah dua anak manusia. Satu pecinta teori satwa, Yang lain penggemar film romantika. Adalah dua anak manusia. Satu penikmat sepak bola, Yang lain memilih membaca roman di depan jendela. Lalu, takdir ganjil mencoba melawak dengan m...