Chapter 4

13.9K 1.2K 22
                                    


Sayup-sayup terdengar suara kereta kuda mendekat.

"Itu pasti Papa," kata Irina gembira. Ia berlari menuju jendela dan memperhatikan kereta keluarga mereka berhenti di depan pintu masuk Mangstone dari jendela di tingkat dua itu.

"Aku akan menyambut Papa," Irina meninggalkan jendela.

"Tidak perlu," Derrick memberi saran, "Aku yakin Papa akan segera menuju tempat ini." Irina memperhatikan adiknya lekat-lekat.
"Bagaimana kau tahu?"
"Paduka Raja memanggil Papa pagi-pagi itu sudah cukup menjelaskan ada sesuatu yang penting dan mendesak yang harus segera diselesaikan Papa," jawab Derrick, "Dan melihat ia pulang lebih awal dari biasanya, aku bisa menebak pasti terjadi sesuatu yang membuat Papa gelisah."

"Kau benar," Irina sependapat, "Tidak biasanya Papa pulang sepagi ini. Apakah ia tidak mampir ke Schewicvic seperti biasanya?"
"Aku yakin ia telah berkeluh kesah pada Earl Ruben. Aku juga percaya Eleanor sudah mengetahui semuanya sebelum seorang dari kita mengetahuinya."

"Ya," Irina mendesah sedih, "Setiap kali Papa mempunyai masalah, orang pertama yang diajaknya berunding adalah Earl."

"Apa yang bisa dilakukan oleh kita?" tanya Derrick, "Kita tidaklah berpengalaman seperti Earl. Wawasan kita juga masih kalah dari Earl. Selain itu, mereka berdua adalah sahabat baik."

"Menurutmu apakah Papa akan membicarakan panggilan Paduka pada kita?"

"Bukan kita," Derrick meralat, "Tetapi kau. Papa selalu dan selalu mempercayaimu."

"Papa tidak seperti itu," Irina membela ayahnya, "Ia tidak pernah berpikiran seperti itu."

"Kenyataannya, ia lebih suka membicarakan masalahnya denganmu. Ia lebih mempercayai pendapatmu daripada aku."

"Kau berpikir terlalu banyak," ujar Irina.
"Tidak, aku mengatakan kenyataan," sergah Derrick.

Grand Duke muncul dengan wajah suramnya.
Seketika keduanya berdiam diri - menghentikan pertengkaran mereka yang baru saja dimulai.

"Aku perlu bicara."
Derrick berdiri, "Denganmu, Irina," ia memotong.

"Tidak," Grand Duke Bernard membenarkan dan ia menegaskan, "Aku perlu bicara denganmu, Derrick."

"Aku?" Derrick tidak percaya.
"Sudah kukatakan, Papa juga mempercayaimu," Irina tersenyum penuh arti.
Irina pun berdiri, "Kurasa aku tidak diperlukan di tempat ini. Aku akan melihat bila makan malam sudah siap."

"Terima kasih, Irina," Grand Duke melihat putrinya yang tahu diri itu mengundurkan diri.

"Apa yang Papa ingin bicarakan denganku?" tanya Derrick ingin tahu. Peristiwa apakah yang membuat Grand Duke lebih suka mencari pendapatnya daripada Irina, sang putri kesayangan yang dipercayainya itu.
Grand Duke menarik kursi ke depan Derrick.
Derrick memperhatikan kerutan-kerutan di dahi pria tua itu. Ia tahu sesuatu telah terjadi pagi ini di Istana. Sesuatu yang sangat penting telah membuat ayahnya terlihat kian tua.

"Apa pandanganmu tentang Quinn?"
Derrick tidak mengerti tujuan dari pertanyaan ini. Belum sempat ia menjawab pertanyaan itu ketika Grand Duke kembali berkata,
"Ia mau menikah."
Nafas Derrick tercekat di tenggorokannya.
Tiba-tiba saja ia merasa ia tidak lagi berada di dunia nyata. Pagi ini ia mendiskusikan kemungkinan itu dengan Irina dan mereka berpendapat itu adalah suatu hal mustahil yang tidak mungkin terjadi sekalipun dunia kiamat. Itu adalah seperti mengharapkan matahari terbit dari barat dan tenggelam di timur.

"Reaksiku juga seperti itu ketika ia mengungkapkannya," Grand Duke melihat putranya.

"Ia tidak sedang bercanda bukan?" Derrick masih sulit mempercayai pendengarannya, "Siapa yang akan menjadi mempelainya?"

Ratu PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang