Bagian 1

11 1 0
                                    

Haruskah ini yang aku lihat? Haruskah dia yang berstatus sebagai sahabatku mampu berbuat sedemikian jahatnya?
.
.
.
.
.

Flashback

Drrrt... Drrrt...

From: Hilda
To: Tiara

Bagaimana ini Nit? Riris loh bilang gini ke aku tadi 'Udah, kamu deketin dan rebut aja Marko dari Tiara. Toh, nyatanya mereka memang tidak ada hubungan sama sekali'.

"Hah? Apa maksudnya ini? Kenapa Hilda menggirim pesan yang seperti ini ke aku?" Batinku menjerit ketakutan.

Jujur, aku sangat ketakutan dengan pesan yang baru saja aku dapatkan dari Hilda. Bukan karena aku takut mendapatkan saingan untuk menahlukkan Marko. Bukan.... Bukan karena itu. Akan tetapi ketakutan yang aku rasakan ini dikarenakan rasa tak percaya. Yah, aku benar-benar tidak percaya akan semua ini. Terlebih aku sangat takut apabila aku harus  kehilanggan seorang sahabat baik seperti dia. Dan hati kecilku seolah sedang menjerit dan berkata bahwa aku harus percaya karena Hilda tidak akan pernah setega ini padaku. Sebab dari awal dia sudah tahu, bahwa Marko adalah laki-laki pertama yang sudah membuatku jatuh cinta. Dan aku yakin, seorang Hilda yang selama ini aku kenal dan yang telah aku anggap sahabat tidak akan pernah mungkin tega untuk menghancurkan kisah cinta pertama sahabatnya.

Sehingga tanpa babibu lagi, aku langsung menggirimkan sebuah balasan untuk meyakinkan diri bahwa pesan yang baru saja aku dapatkan dari Hilda ini hanyalah lelucon semata. Yah, mungkin ini semua hanya sebuah lelucon untuk mengerjaiku saja kan? Yah, aku sangat berharap seperti itu.

From: Tiara
To: Hilda

Maksudnya apa ya?

Tak sampai lima menit kemudian, balasan pesan itu aku terima. Tapi entah kenapa, logika dan hati kecilku menjerit secara bersamaan dengan dua jawaban yang sangat bertolak belakang.

Disatu sisi, logika ku berkata bahwa isi balasan pesan yang aku terima ini akan menghancurkan segalanya karena telah banyak bukti yang terlihat bahwa kedekatan Hilda dan Marko selama ini lebih dari kata teman.

Namun di sisi yang lain, hati kecil ku berkata bahwa semua ini  hanyalah sebuah lelucon semata karena bagaimana pun seorang sahabat tak akan pernah mampu untuk menusuk dan menghancurkan perasaan sahabatnya.

Hingga setelah satu tarikan nafas yang sangat dalam, akupun memutuskan untuk membaca balasan pesan tersebut.

From: Hilda
To: Tiara

Hah? Maksudmu apa Tia? Kok tiba-tiba SMS aku dan tanya maksudnya?

Kata-kata itu... Bukankah kalau dia berkata seperti itu... Bukankah itu artinya... Enggak... Ini semua nggak mungkin kan?
.
.
.
.
.
.
.

Tak lama setelah kejadian tersebut. Tiara memutuskan untuk meminta konfirmasi secara langsung dari Hilda tentang kebenaran yang ada. Semua itu berawal dari keresahan hati Tiara beberapa hari setelah insiden SMS salah alamat itu terjadi. Ia masih berharap bahwa pesan yang pernah dibaca olehnya pada malam itu tidaklah sepenuhnya benar.

Namun kalaupun hal itu memang benar adanya, sepercik hati kecil Tiara berharap bahwa Hilda bisa jujur padanya. Bahwa Hilda mampu mengatakan yang sejujurnya. Dan salah satu sahabat baiknya tersebut, masih mau terbuka akan perasaan yang dimilikinya kepada Marko. Sehingga, setidaknya meski hatinya merasa terluka karena patah hati, ia tak harus merasakan rasa sakitnya sebuah kebohongan.

Hingga beberapa hari kemudian. Tepatnya pada pagi hari yang cerah sebelum jam masuk kantor. Tiara mengajak Hilda yang baru saja menaruh tas jinjing miliknya yang berwarna krem di atas meja kerja itu untuk mengikutinya masuk kedalam ruangan yang sengaja diperuntukkan oleh kantor sebagai tempat istirahat bagi karyawannya yang sakit.

Hingga setelah 5 menit mereka telah menduduki bangku yang saling berhadapan, kedua wanita yang telah menjalin persahabatan selama dua tahun ini masih tidak ada yang mau membuka percakapan. Entah apa yang sedang kedua wanita ini pikir kan. Namun pada pihak Tiara, ia terlihat ragu-ragu akan tetapi perasaan ragu-ragu tersebut juga dibarengi dengan rasa takut dan kecewa secara bersamaan. Sedangkan pada pihak Hilda, ia terlihat seperti orang yang sedang waspada.

"Ada apa?" tanya Hilda setelah sekian menit berlalu ia merasa kurang nyaman dengan situasi yang sedang terjadi.

"Ehmmm... Boleh aku bertanya sesuatu?" jawab Tiara ragu-ragu.

"Iya boleh. Emang mau tanya apa?"

"Tapi jawabnya harus jujur ya!"

"Iya. Emang mau tanya apa seh?" Jawab Hilda yang diiringi dengan senyum singkatnya.

Mendengar jawaban Hilda yang lebih ringan, membuat keraguan yang ada di hati Tiara pun menjadi lebih baik dari sebelum nya. Hingga setelah membalas senyuman dan di tambah dengan kekehan kecil yang keluar dari bibirnya,  ia pun langsung bertanya tentang inti persoalan yang selama beberapa hari terakhir selalu membayanginya.

"Jujur ya Hil, sebenarnya kamu suka ya sama Marko? Jujur aja nggak apa-apa kok. Kalau emang suka, kamu bilang aja ke aku. Biar sama-sama enak kitanya"

Suasana yang tadinya sudah terasa lebih hangat, tiba-tiba kembali lagi harus menjadi dingin setelah pertanyaan inti yang baru saja disampaikan oleh Tiara. Bahkan dinginnya tiupan udara yang berasal dari AC pada suhu -16'C itupun tidak bisa mengalahkan dinginnya suasana yang terjadi diantara keduanya.

"Jujur aja nggak apa-apa kok. Toh kalau emang sebenarnya kamu suka sama dia, itukan wajar. Karena emang kan manusia nggak bisa milih buat suka sama siapa, buat sayang sama siapa, dan buat jatuh cinta sama siapa. Aku juga nggak bakalan marah sama kamu. Tapi jujuro biar aku tahu, biar aku nggak ngerasa ditusuk dari belakang, biar aku nggak ngerasa dibohongi selama ini" aku Tiara secara lembut sambil memegang kedua telapak tangan Hilda untuk meyakinkan bahwa kejujuran yang dimiliki olehnya akan sangat dihargai oleh Tiara.

Akan tetapi, mungkin takdir inilah yang harus dirasakan oleh Tiara bahwa ia harus bisa lebih selektif dalam mempercayai seseorang. Karena satu kalimat pendek yang menjadi jawaban sahabatnya tersebut telah menghancur leburkan puing-puing kepercayaan yang masih tersisa untuk sahabatnya itu.

"Enggak kok! Beneran deh enggak!" jawab Hilda dengan memalingkan matanya dari tatapan Tiara.


Selalu ditunggu vote dan komentarnya loh! (^_^)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

All About LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang