Kancing kancing di mantel

15 1 0
                                    

"Waktu bergerak terlalu cepat

Kau putar kembali"

Suara bernada puisi itu membuatku mengerjapkan mata. Aku yakin aku menguap terlalu lebar. Aku sedikit menyesal karena meletakkan cermin tepat di depan kasurku. Karena pemandangan pertama yang aku lihat adalah rambut indah bergelombang ku yang acak acakan seperti singa jantan, belekku yang meleber kemana mana dan juga muka bantalku. Beruntung aku tidak ngiler tadi malam.

Tapi tunggu? Suara siapa itu?

Mengedarkan pandanganku, aku tidak menemukan apa apa. Oke. Ini horror. Sekali lagi, kujulurkan kepalaku ke jendela. Dan aku melihat tetangga baruku itu tengah duduk seraya bersender di kursi malasnya. Jarinya menjetikkan sebuah kertas. Dan matanya menatapku geli.

"Hai, nona Alana Loise. Bagaimana tidurmu semalam? Aku harap kau memimpikanku"

WTF!

Darimana dia tau--

"Tentu saja aku tahu, Loise" laki laki astral itu tersenyum miring. Dia bangkit dari kursi malasnya.

Sial! Kenapa mulutku tidak bisa membalasnya? Bukannya aku ahlinya adu mulut? Sebenarnya siapa laki laki ini?

"Aku tidak akan mengurusi apa yang kau tahu, jerk. So, tell me what your f*cking mouth speaking it?"

Drajat terlihat puas dengan sarkasmeku. Terbukti ketika dia terlihat semangat membalasnya dengan memasang ekspresi angkuh.

"I guess you came here just to tell me be like 'go away, Dude!' Or 'Did ur mom ever tell u what the privacy is?' But this time, I was wrong. And I'm glad to hear that"

Entah keberapa sial untuk makhluk sialan bernyawa ini! Kenapa dia jago sekali? Walaupun mukanya kayaknya bule campur pribumi, tapi namanya kan indo banget! Mana mungkin dia bisa mengalahkan ku yang faktanya adalah bule asli.

"U know me so much, huh?" Aku tersenyum menantang.

"Bisa dibilang begitu" dia manggut manggut.

"Back to topic. What is that?" Oke. Aku mengaku kalah. Tapi biarlah! Dia ini terlalu jago untuk dilawan! Dan hei! Kenapa aku bersikap sinis sekali kepada pria tampan ini?

Laki laki itu mengangkat sudut bibir nya. "Aku suka hal hal yang klasik. Dan juga puisi"

Wah. Ini sedikit membuatku tercengang. Pria ini begitu eksentrik!

Kira kira berapa ya, umurnya? Aku begitu penasaran sampai ingin mati rasanya. Dua puluh? Dua lima? Aduh aku jadi merasa kecil karena masih lima belas.

"Jadi, seleramu cukup tinggi" aku manggut manggut. "Wait for a sec, aku mau ngambil sweeter dulu. Kau tau? Kulit ku sensitif terhadap dingin"

Drajat mengedikkan bahunya. Dan dia kembali sibuk dengan kertasnya dengan beribu cara agar terlihat SOK cool dan SOK ACUH!

Lihat? Aku tidak bisa berhenti bersikap sinis terhadap orang ini.

Dengan cepat, aku melompati jendelaku dan mendarat dengan keren. Yap. Jendelaku ini langsung berhadapan dengan balkon rumah. Ya ampun. Apa Darian senang sekali membuat ku terlihat seperti pencuri?

Aku membuka lemariku dengan keras. Huh. Maafkan aku lemari, mengacak ngacaknya dan menarik oversized sweeterku. Sebelum meninggalkan kamar, terlebih dahulu aku berteriak.

"MBA! ENTAR BERSIHIN KAMAR ALANA YA!"

Dan meninggalkan jendela ketika Mbok Sari menjawab teriakanku dengan logat jawa kentalnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Are In Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang