tentang Sania

412 19 3
                                    

Jarum jam menunjukan pukul 6 pagi. Langit yang tadinya gelap gulita perlahan menjadi biru muda. Sang surya juga sudah mulai menampakkan dirinya dan memancarkan sinar hangatnya dihari Minggu ini.

Sinar mentari itu terang sekali, sampai menembus tirai jendela disebuah rumah yang cukup besar secara ukuran, namun di dalamnya hanya terdapat seorang manusia, seorang gadis muda. Gadis ini tinggal sendiri, menjalani hidupnya sendirian di rumah yang cukup besar ini.

Pasalnya ayah dan ibu tercintanya sudah meninggal dunia 5 tahun lalu, karena kecelakan maut yang hanya menyisakan seorang gadis remaja berumur 14 tahun di dalam mobil yang mereka gunakan. Mobil itu terlihat hancur dan peyot, karena ditabrak oleh mobil sedan yang tidak bertanggung jawab. Dan beginilah, Sania Veronika, gadis tersebut jadi hidup sendiri, anak yang malang. Walaupun begitu, ia tetap menjadi anak yang aktif, riang, cerdas, dan santun. Namun saru kelemahan, hatinya hancur, karena ia tidak bisa merasakan kehadiran kedua orang tua nya sampai dewasa. Walaupun begitu, kadang-kadang tante nya, Shintya Amellia, datang untuk memberi Sania kebaikan layaknya seorang ibu, walau hanya sementara waktu.

Triiiing! Triiiing! Triiiing!

Rupanya alarm dari hp Sania telah disetel untuk membangunkannya pada jam 06.15

Sania mulai menggerakan tangannya, mencari-cari hp nya dengan mata yang masih tertutup.

"Uuh... Jam berapa sih sekarang.." suaranya masih serak ala orang-orang yang baru saja bangun tidur.

Tangannya kanannya berhasil meraih hp nya yang tidak jauh dari kepalanya. Matanya lalu sedikit dibuka, mencoba melihat kearah layar hp nya.

".... Masih jam 6 lewat, ya?" Sania membangunkan tubuhnya di atas ranjang, tepatnya ia dalam posisi duduk.

Triiiiiiiing!

Hp nya kembali berbunyi. Oh, sebuah panggilan dari sahabatnya.

"SANIAAA!" suara di seberang sana terdengar melengking.

"D-Deva? Baru aja nelpon, udah teriak aja.... Ada apa?" Sania bertanya.

"Keluar, yuk! Di depan taman katanya ada cafe baru, loh. Coba mampir, yuk!" Terdengar si pemilik suara, Deva Kartika, sangat antusias.

"Cafe baru? Boleh juga!" Sania yang baru bangkit dari tidurnya pun tak kalah antusias nya dengan Deva.

"Sip, aku kerumah kamu ya, San!"

"Oke, Dev."

Tut. Panggilan sudah dimatikan. Saatnya Sania bersiap-siap.

***

"Aku... Minta maaf."

"Lagi? Oh, kau sudah beribu kali meminta maaf, sudahlah.."

"Aku.."

"Ya? Katakan saja, aku akan menjadi pendengar yang baik"

"Kau terlalu baik, Shin. Oh, aku ingin bertanggung jawab"

"Bertanggung jawab?"

"Tentang kenangan pilu, keponakan mu"

"Lagi-lagi.. Kau tidak bisa melupakan kesalahanmu, ya?"

"Ini masalah besar, aku sudah menjadi pembunuh"

"Tidak, kau tidak sengaja... Jadi, bagaimana kau akan bertanggung jawab?"

MY LOVELY BABY BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang