Jakarta, 6 September XXXX
Senyum terus terpancar dari sepasang suami istri yang tampak sangat berbahagia. Sang suami yang baru saja selesai meng-Adzankan putranya langsung mencium dahi istrinya.
"Selamat sekali lagi ya, Pak Akmal. Anak bapak sehat dan normal pak, mau diberi nama siapa?" Seorang Dokter perempuan menghampiri pasangan suami istri itu.
Sang suami yang bernama Akmal menatap Istrinya, lalu tersenyum lebar. "Attariq, Attariq Putra Akmal." Ucapnya.
Sang dokter tampak melongo lalu mengulum bibirnya seperti ingin tertawa. "Baiklah, Attariq akan kami bawa untuk di bersihkan dulu ya Pak, kami permisi." Ucap Dokter itu. Akmal mengangguk, lalu dengan hati-hati ia menyerahkan putranya yang baru lahir itu.
-------------
15 Juni XXXXTok.... Tok... Tok....
Terlihat sepasang suami istri berdiri di depan pintu ganda yang terbuat dari kayu jati, sang Istri menggendong seorang bocah laki-laki tampan berambut Darkbrown.
Ceklek....
"Athena, Rendra! Akhirnya kalian sampai juga." Sepasang suami istri lainnya menyambut mereka bertiga, setelah melepas rindu sesaat, kedua pasangan itu masuk ke dalam rumah.
"Wah, itu Aidan, ya? Udah besar ya sekarang." seorang Pria bermata biru laut menghampiri anak yang di bawa sepasang suami istri tadi.
"Iya, udah besar dong. Kalian terakhir kali liat Aidan kan waktu Tariq baru lahir. Dan itu udah sembilan bulan yang lalu." Sang ibu dari anak tadi berbicara, sementara Pria tadi terkekeh.
"Eh Mal, Tariq mana? Aidan udah gasabar mau ketemu temen baru katanya." Rendra, ayah dari Aidan berujar.
Akmal terdiam seperti berpikir, lalu menoleh ke arah Istrinya. "Mah, Tariq papah taro mana ya, tadi?" Ucapnya dengan tampang watados.
"Bapak sedeng," ucap Athena, ibu dari Aidan. Sambil tertawa.
"Mas, mas, anak sendiri di lupain. Kalo ngga salah tadi Mamah taro di atas mesin cuci."
"Keluarga somplak." Athena dan Rendra berujar kompak, laku mereka berempat tertawa lepas. Sementara Aidan hanya menatap bingung keempat orang dewasa dihadapannya.
"Bentar gue ambil si Tariq dulu," Alena, ibu dari Attariq menaiki tangga menuju kamar putranya itu.
.
"Nah, ini Attariqnya..." Alena turun sambil membawa Tariq di gendongannya, wajah bocah itu tampak mengantuk.
"Aidan, say 'Hello' to Attariq." Ucap Rendra. Aidan menatap Attariq dengan pandangan bertanya, ia duduk sementara Tariq menatapnya malas sambil guling-guling diatas karpet yang mengalasi mereka.
"Dan... dan... dan..." Attariq berujar sambil menunjuk nunjuk Aidan, sementara Aidan yang kaget malah meringsut kearah Athena.
"Hei hei, ngga papa sayang. Calm down, okey? Dia Attariq, yang waktu itu kita kunjungi di rumah sakit." Ucap Athena sambil mengelus kepala Putranya lembut. Aidan mengerejapkan mata Hazelnya.
"Hiks... Hiks... Hiks... Dan, Dan, Dan, Dan! Hiks... Hiks..." mereka menoleh menatap Attariq yang menangis sambil menunjuk Aidan.
Aidan yang panik dan merasa bersalah pun tiba-tiba ikut meneteskan air matanya. "Hiks... hiks... Taliq.... Hiks... hiks..."
Alena, Akmal, Athena, serta Rendra saling bertatapan lalu tertawa dengan keras. "drama," ucap mereka.
Harapan mereka sebagai orang tua, melihat anak-anak mereka tumbuh dengan baik dan terus bersama hingga tua seperti mereka nanti. Yang kelak, akan menghasilkan cerita untuk para keturunannya nanti.
*********
Inget. Kita bukan homo.
Kita normal, ini cerita tentang persahabatan kita.Jangan lupa vote dan rekomen ke temen lu pada, tq.
YOU ARE READING
Airiq
HumorAiriq, dimana ketika Aidan bertemu Attariq. Hanya sebuah kisah yang diangkat dari persahabatan yang menyenangkan. Attariq, Badboy tapi takut banci. Aidan, anak bunda tapi. malah suka panahan.