1. Celendia

40 2 0
                                    

Kisah ini telah ada ratusan tahun silam. Digunakan untuk mendongeng, diceritakan saat anak-anak merengek meminta cerita sebelum tidur. Seluruh pelosok negeri mengetahuinya, dan kisah ini menjadi satu dari sekian banyak legenda yang dipercayai masyarakat. Ada yang menganggap ini hanya cerita karangan para leluhur untuk memberi semacam pesan moral. Namun terlepas apapun itu, kisah ini terus diceritakan secara turun temurun. Bangsawan, pengusaha, buruh, hingga petani pun tau kisah ini. Dan ceritanya terus berjalan menembus waktu, melewati ratusan generasi.

Konon, disebuah tempat dibagian terjauh bumi. Ada sebuah daerah yang masih belum tersentuh peradaban. Luasnya kurang dari separuh kota Bandung, tersembunyi diantara pegunungan yang tingginya menembus awan. Daerah itu didominasi oleh hutan, dan padang rumput. Udara disana sejuk sepanjang tahun, nyaris tak ada badai atau bencana alam yang menyentuh wilayah itu. Hanya hujan dengan intensitas sedang yang sesekali membasahi daerah itu. Tak ada manusia, tak ada rumah atau bangunan apapun. Hanya hewan dan tumbuhan yang ada disana. Sepanjang mata memandang, hamparan padang rumput yang luas membentang menyelimuti bukit. Hewan seperti kelinci, burung, rusa, kupu-kupu, hingga kumbang pun hidup disana. Dibeberapa tempat, terlihat bunga seperti rose, atau bunga lain yang jarang pun bisa tumbuh bersamaan disana. Daerah itu memiliki iklim yang membuat bunga apapun mampu tumbuh. Flumeria, Hydrangea, hingga tulip sekalipun bisa tumbuh lebat disana. Dan dibagian luar padang rumput, terpisah oleh hutan, mata air mengalir dari pegunungan dan turun ke sungai. Daerah itu sangat jauh dari laut, terpisah ratusan kilometer, terpisah puluhan gunung. Ditengah padang rumput, terdapat sebuah danau kecil dengan airnya yang sangat jernih. Dan selama ratusan tahun, daerah ini diyakini menjadi tempat turunnya keajaiban dalam kurun 100 tahun sekali. Keajaiban yang datang dari langit, dan mampu memunculkan apapun. Satu tetesan dari langit, satu mukjizat yang tak terhitung nilainya.

Seorang peramal bernama Kasper yang pernah amat dikenal ratusan tahun silam, pernah meramalkan bahwa akan ada manusia yang mampu menemukan tempat itu. Seorang manusia yang mampu menemukan keajaiban itu. Dan kebanyakan masyarakat pada zaman itu percaya bahwa disana selain keajaiban juga terdapat harta tersembunyi yang melimpah, harta yang bernilai sangat tinggi. Tentu saja hanya ucapan dari mulut ke mulut yang belum terbukti. Karena selama bertahun-tahun, ratusan bahkan ribuan manusia telah mencoba mencari tempat itu, namun tak pernah ada yang berhasil. Seperti ada kekuatan yang melindunginya, seperti hilang ditelan bumi. Bahkan banyak yang berusaha menemukannya, namun tak pernah kembali. Kebanyakan dari mereka hilang, tersesat, mati, atau entahlah bagaimana nasib mereka.
Waktu berlalu melewati berbagai macam peradaban, namun tempat itu masih sama. Tak tersentuh perubahan.

Pada suatu hari, saat ramalan itu berusia hampir tujuh ratus tahun. Saat masyarakat sudah hampir melupakan perkataan bodoh Kasper tua yang telah mati beberapa tahun setelah meramalkan hal itu. Saat masyarakat lebih percaya bahwa tempat itu hanya imajinasi pendaki gunung, atau mungkin wilayah itu adalah tempat tinggalnya para dewa yang takan mampu dimasuki manusia. Yah apapun bisa dikatakan. Masyarakat mampu menciptakan kebohongan apapun untuk menutupi kebenaran yang tidak terungkap sangat lama, atau sebaliknya masyarakat mampu menciptakan kebenaran apapun untuk menyingkirkan kebohongan yang menjamur selama berabad-abad. Namun Kasper tidaklah salah, karena dia memang peramal jitu. Pernah meramalkan bahwa sebuah desa akan lenyap karena bencana, itu benar terjadi. Pun dengan ramalan tentang dua bersaudara yang melegenda karena berhasil membunuh seekor ular besar penghuni hutan diperbatasan, itu juga terjadi. Maka untuk sebuah ramalan besar semacam ini, tentu Kasper kembali benar.

Apa yang diramalkan pun terjadi. Manusia pertama yang berhasil menginjakan kaki didaerah itu, melewati peradaban lain diluar sana, melewati ratusan malam menapak bumi, melewati ribuan takdir. Seorang perempuan muda, berjalan pelan dari arah hutan, menuruni bukit, lalu menyandarkan diri pada pohon besar yang berada dibagian timur. Rambutnya hitam panjang terurai, kulitnya putih, perawakannya tinggi dan bertubuh kurus. Jika dilihat, usianya sekitar 26 tahun, dengan parasnya yang cantik. Dia datang dari sebuah desa kecil yang amat jauh, tempat yang terpisah ratusan kilometer. Dia menyimpan ranselnya yang berisi perbekalan, dan alat lain untuk keperluan selama diperjalanan. Dia sempurna bersandar, memposisikan tubuhnya senyaman mungkin, melepas lelah. memejamkan matanya untuk beberapa saat hingga tertidur. Sepertinya dia memang telah melalui perjalanan yang berat, terlihat dari pakaiannya yang sangat kotor, dibeberapa bagian celananya terlihat sobek. Pergelangan tangan kirinya juga dibalut perban, dengan noda merah yang masih terlihat.
Saat dia terbangun, hari mulai gelap, matahari mulai condong ke barat. udara mulai dingin dan perempuan itu menyadarinya. Ia menggosok-gosokan tangannya sendiri agar tetap hangat. matanya tajam melihat sekitar, sedikit waspada jika saja hewan buas tiba-tiba menyerangnya. Ini memang bukan pertama kalinya dia mengembara dan menghabiskan malam dihutan sendirian. Bahkan dalam perjalanannya menuju ketempat itupun, dia sudah terbiasa akan bahaya yang sewaktu-waktu mengancam nyawanya. Namun ia ingat cerita itu, cerita yang mengatakan bahwa tempat turunnya keajaiban adalah tempat yang aman, tanpa hewan buas. Meskipun belum menyadari sepenuhnya, tapi dia yakin inilah tempatnya, tempat yang dia cari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The End Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang