Hening mungkin tepat sebagai gambaran untuk saat ini. Tidak ada yang berani mengeluarkan suara di meja makan itu, apalagi Kirey. Memang setelah kejadian tadi siang, gadis itu memilih berdiam diri. Baru sadar bahwa tingkah lakunya kadang membawanya ke arah nasib bernama sial.
Dikeluarkan dari sekolah sekaligus berhubungan LDR dengan kekasih, siapa yang sanggup menerima kenyataan seperti itu? Belum lagi tanggapan dari sekitar yang selalu membuatnya memutar bola matanya hanya karena tidak tahu harus menjawab apa.
Bahkan orang yang ditunggu-tunggu oleh mamanya pun, bukannya menerima sambutan hangat dan berleha-leha di kamar setelah seharian capek mengais rezeki, malam ini harus kembali menguras tenaga begitu istrinya itu menceritakan kelakuan Kirey yang menyebabkannya harus di keluarkan dari sekolah.
"Didikan apalagi yang kurang Papa berikan ke kamu, Rey?! Fasilitas udah, enak kamu! Biaya udah diatur! Kekurangan apa kamu sehingga jadi cewek nggak bener?!" bentak Aldo a.k.a papanya Kirey di depan gadis tersebut yang tetap kalem pada makanannya.
Memang berbeda dari sebelumnya, karena biasanya ia akan membalas setiap perkataan papanya, bahkan tak segan jika memang harus berbacot ria. Tapi kali ini dengan acuh tak acuh gadis itu menatap lurus piringnya di atas meja, itu artinya sama saja pencerahan papanya tadi seperti masuk kuping kanan, keluar kuping kiri.
Ia benar-benar tidak mood untuk membalas perkataan papanya. Alasannya ya ... masalah di rooftop sekolah tadi siang di mana Dito memutuskan untuk LDR-an dengannya.
Dan itu membuatnya galau hingga saat ini.
Sedangkan di sebelahnya, ada seorang gadis seumuran dengannya mungkin merasa terganggu makan malamnya karena omnya alias papanya Kirey ini terus menceramahi putri semata wayangnya itu sehingga acara makan malam kali ini pun terbengkalai. Omong-omong, gadis itu bernama Kania. Kania Belle, putri tunggal dari adik papanya Kirey. Karena orang tuanya selalu sibuk, mengharuskan dirinya dititipkan oleh Aldo dan Carlina. Hingga saat ini.
"Om, Tante, Kania makan di kamar aja deh. Nggak mau ganggu," izin gadis tersebut sopan seraya mengangkat piring dan gelasnya.
"Oh, maaf Kania makanmu jadi terganggu. Baiklah, mari Tante antar!" Carlina dengan lembut menuntun gadis manis itu ke arah tangga. Terlihat kontras saat berinteraksi dengan Kirey tadi, yang notabenenya adalah anak sendiri.
Tak jauh dari sana, Aldo kembali berbicara.
"Jadi cewek tuh kayak Kania! Selain cantik, dia juga anggun. Nggak barbar kayak kamu!"
"Kalau udah begini, mau sekolah di mana kamu, hah?! Papa yakin nggak ada sekolah yang mau nerima murid slengean kayak kamu!"
Barulah, Kirey mau mendongak menatap wajah papanya yang sedari tadi memasang wajah tegas yang memang ciri khasnya. Orang menyebutnya berkarisma.
"Yayasan Om Nathan yang dikelola Papa 'kan sekolah juga," ucap Kirey tak ketinggalan dengan seringainya.
"Siapa bilang Papa mau masukin kamu ke sana? Orang di sana terlalu baik untuk berteman dengan preman begajulan kayak kamu." Papanya tetap saja memasang tampang datar seperti seakan-akan serius dengan ucapannya itu. Dan tentu itu membuat Kirey langsung mengerucutkan bibirnya tak terima.
Sang papa lalu berdiri dari duduknya berniat meninggalkan Kirey sendiri untuk introspeksi diri. Tapi sebelum pergi, beliau berkata dengan tegas, "Dan satu lagi, semua fasilitas kamu, kecuali HP, Papa cabut sementara sampai enam bulan ke depan."
Kemudian Aldo melangkah menjauh. Meninggalkan Kirey yang sontak menganga lebar.
"YA TUHAN! HIDUP INI GA ADIL!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartstrings [PROSES REVISI]
Ficção AdolescenteUdah, langsung baca aja. [⚠Attention⚠ semua part gue hapus kecuali PROLOG, kemungkinan besar ini bakal gue REMAKE, gue mau rombak isi ceritanya biar lebih menarik lagi, diupdate lagi setelah gue UN. Terima kasih.] Copyright, 2017 by @chafisska