II.
Sasuke mengisi kekosongan sementara untuk menggantikan senpai-nya yang cuti hamil. Sasuke tidak berbakat dalam hubungan sosial. Sebut saja dia terlalu kaku, itu deskripsi paling mudah yang sering digunakan orang saat membicarakannya. Lalu, di sekolah itu ia dijuluki Cyborg Uchiha. Sasuke tak keberatan. Akan terlalu membuang waktu jika ia mengurusi masalah sepele itu.
Tapi dia tak bisa berhenti memikirkan Hyuuga Hinata. Bagaimana mungkin sebuah kerapuhan bisa terlihat begitu indah? Sasuke mencoba memikirkan itu, tapi hanya ada jalan buntu. Dia bukan ahli dalam masalah ini.
Untuk sementara Sasuke tak menghiraukan hormon dopamin. Reaksi itu hanya terjadi pada orang yang jatuh cinta. Sasuke tidak. Cyborg tak diciptakan untuk jatuh cinta. Jika ia jatuh cinta, itu berarti ia menyalahi kodrat. Sungguh tidak etis.
Beralih ke masalah lain, Sasuke akhirnya memutuskan untuk menumpulkan rasa penasarannya. Terhadap Hyuuga Hinata. Tapi dia terlalu manis untuk diabaikan. Dan kenyataan itu meresap ke dalam setiap sel, mengoyak pertahanan urat nadinya, dan dengan seenaknya mengendalikan detak jantungnya. Sains itu membingungkan, kadang-kadang.
Di Ruang Laboratorium Kimia, Hinata mendapat jatah meja ketiga, di tengah ruangan, yang dilimpahi sinar putih neon dari segala penjuru. Jas lab-nya yang putih bersih, dinding di latar belakangnya, bahkan kertas-kertas catatan yang berserakan di mejanya. Dengan semua warna putih itu, Hinata jadi terlihat membutakan.
Mengundang.
Sasuke tak sepenuhnya sadar soal langkahnya yang mendekat. Medan magnet itu berwajah polos, sederhana, dan harum. Ini sepenuhnya Major Histocompatibility Complex. Tapi Sasuke masih enggan mengakuinya. Dia belum jatuh cinta.
Dan ketika mata mereka berpandangan tanpa sengaja, desir darahnya mengusik nurani Sasuke. Ini feromon, dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
Tapi masih belum cukup untuk membuktikan bahwa dia jatuh cinta. Tubuhnya bukan tabung reaksi, dan Sasuke mempelajari dogma dengan tekun. Pasti ada banyak hal lain yang memengaruhi seseorang hingga ia yakin ia telah jatuh cinta. Detak jantung yang berdebar juga terjadi saat orang ketakutan. Ini reaksi yang normal, kan? Atau Sasuke takut? Pada apa? Cinta? Oh, ayolah! Semikorliter hormon bukan berarti sebuah kesimpulan.
Lalu kenapa dia bisa bernapas dengan lega saat segalanya berakhir? Saat akhirnya kelas ditutup dengan nada dering bel panjang. Yang kemudian membawa arus siswanya keluar menuju koridor. Meninggalkan Sasuke di lab, menengadah dan menarik napas dalam-dalam.
Dan kenapa dia merasa sesak lagi saat Hyuuga Hinata melangkah masuk ke kelas 3-A? Bermata datar tapi juga gugup? Bersuara lembut tapi juga takut?
Kenapa saat ini Sasuke merasa dia ingin berlari ke arahnya, memeluknya, dan mengatakan bahwa dia telah terinfeksi? Tapi juga tak paham virus jenis apa yang menginfeksinya. Kenapa kebingungan ini terasa indah, seperti sebuah energi yang berputar di sekitarnya? Yang kemudian membawanya melambung. Dan energi itu kekal, energi itu cinta.
Cinta.
Dia telah jatuh cinta.
Kini, Sasuke bisa merasakan phenilethylamine merayap ke seluruh tubuhnya. Keindahannya tereksploitasi dengan mudahnya melalui sebentuk senyuman. Yang dengan cepat Sasuke sembunyikan agar tak dilihat Hinata.
Sasuke berpegangan pada logika, hanya satu hal itu saja yang mempertahankan kepribadiannya. Cyborg! Jadilah cyborg!
"A-ano... s-saya ada... pertanyaan, Sensei."
"Katakan saja."
"Apa Sensei... sudah menikah?"
Ini di luar bayangan Sasuke. "Itu bukan urusanmu." Kenapa dia menanyakan pertanyaan konyol seperti itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwritten
FanfictionSekumpulan fic SasuHina. Beberapa terinspirasi dari lagu. AU. Crack. Canon. AR