Kanza POV
Aku tengah belajar Matematika, mencoba memahami dan menghafal rumus-rumus yang tersusun di dalam buku catatanku karena jam pelajaran pertama nanti akan diadakan ulangan harian, pada hari di mana Indra mengetahui rahasiaku.
Pelajaran Matematika adalah kesukaanku, jadi aku berusaha keras untuk tak mendapatkan nilai bagus. Aku tak ingin mendapatkan nilai merah di rapotku nanti pada mata pelajaran ini.
Saat tengah berfokus pada buku di hadapanku, Indra datang tiba-tiba dengan wajah bahagia. Dia berjalan menghampiriku dengan senyum yang mengembang lebar di bibirnya. Aku menatapnya aneh, berpikir apa yang telah terjadi sehingga membatnya terlihat gembira pagi hari ini.
"Zaaa!!!" seru Indra berteriak. Aku terpaksa menghentikan kegiatan membacaku dan beralih menatap Indra yang sudah berdiri di sampingku.
"Ada apa?" tanyaku, aku menyunggingkan senyum kecil untuk menyambutnya. Dapat kulihat binar kebahagian dari matanya, membuatku semakin penasaran. "Kau tampak senang pagi ini."
"Tentu saja! Aku benar-benar senang hari ini!!" dia merangkul pundakku dengan erat, membuat tubuhku menegangg seketika. Mungkin rangkulan sesama pria menjadi hal yang wajar, tapi tidak untukku. Rangkulan Indra membuat jantungku tak sehat karena berdetak terlalu cepat. "Coba tebak, apa yang membuatku senang?"
"Apa karena hari ini kau berulang tahun?" aku menjawab dengan gugup. Jantungku masih saja berdetak dengan cepatnya, aku takut Indra mendengarnya.
"Kau bercanda? Hari ulang tahunku tanggal delapan Desember, kau tahu itu," Indra melepaskan rangkulannya. Dengan begitu, aku bisa menetralkan jantungku. "Ibumu memberikan uang lebih karena kau bersikap baik?" tebakku lagi. Indra memutar bola matanya. Sepertinya tebakkanku salah lagi.
"Aku bukan anak kecil yang akan diiming-imingi uang seperti itu," bantah Indra. "Bisa saja bukan? Semua orang membtuhkan uang," belaku. Indra menggeleng dengan tegas, membutku kembali berpikir. "Aku menyerah!" Indra tersenyum penuh kemenangan.
"Aku kembali berpacaran dengan Ranti!!" aku langsung menatap Indra tak percaya. Sedangkan yang kutatap hanya menyengir, memperlihatkan gigi-giginya yang tersusun rapih sambil menggaruk kepalanya yang kuyakini tak gatal itu. Indra tampak bahagia, sangat bertolak belakang denganku yang tiba-tiba tak bisa bernafas. Aku seperti orang linglung seketika, Indra langsung merubah mimik wajahnya. Dia tampak cemas melihatku.
"Hei, kau kenapa?" Indra melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku. Aku tersedar dan langsung menghela nafas dan memberikan senyuman terbaikku padanya. "Tidak, aku hanya terkejut kalian kembali berpacaran," ujarku sembari menggeleng beberapa kali. Aku berusaha menutupi perasaanku yang sebenarnya.
"Benarkan? Kau juga terkejut?! Aku juga. Kemarin malam Ranti tiba-tiba datang ke rumahku. Dia meminta kami berpacaran kembali sambil menangis. Ranti bilang, dia tak akan berselingkuh lagi dariku. Aku tak tega melihatnya, jadi aku pun menerimanya kembali," aku menatap tak percaya Indra. Bagaimana mungkin dia bisa menerima kembali Ranti dengan mudahnya. Tidakkah dia berpikir jika Ranti tak baik baginya? Perempuan itu bisa saja melakukan hal yang sama padanya. Aku tidak yakin dia akan menepati kata-katannya itu. Dia tak tega pada Ranti namun tega padaku. Semua usaha yang kulakukan untuk membantunya move on dai Ranti akan sia-sia.
"Aku senang jika kau senang," ucapku, berusaha tersenyum meskipun terlihat jelas jika senyum itu dipaksakan. Perkataan itu sangat bertolak belakang dengan hatiku. Mungkin dari banyaknya kebohongan yang kubuat kebohongan inilah yang sangat memuakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Love
Teen FictionIni hanya sepenggal kisahku saat mencintai sahabatku sendiri. Kami selalu bersama, tertawa bersama, bermain bersama, melalui semuanya bersama. Tapi suatu hari, kebersamaan itu harus hancur karena sebuah kesalahan. Kesalahanku yang mencintai dirinya...