SATU

19 1 0
                                    

"Ku mohon untuk tidak sering menghilang karena rinduku ini kadang tak kenal waktu"

Seorang gadis berkacamata bulat berlari menyusuri koridor sekolah yang kini tampak lenggang karena bel masuk sudah berbunyi hampir satu jam yang lalu. Athaya beberapa kali menghembuskan nafas panjang karena kondisi badannya yang sebenarnya sedang tidak baik itu dipaksa hanya untuk menemui sahabatnya yang sudah menunggu di gerbang belakang sekolah.

"Kok lama sih?" tanya seseorang siswa yang baru saja membuang puntung rokoknya begitu saja.

Athaya menatap tajam ke arah lelaki di hadapannya sambil membuka kunci gerbang yang ia dapatkan dengan cara tidak halal,"Udah tiga kali dalam seminggu ini Lang gue nebus kunci buat lo. Dasar kutu!" ucapnya sambil menyitak kepala sahabatnya itu.

Elang hanya terkekeh pelan lalu mengikuti langkah Athaya,"Nanti deh tha gue tuker uangnya"

"Bukan masalah uangnya sih Lang tapi mau sampe kapan lo gini mulu?" tanya Athaya sambil memasang wajah putus asa.

Lagi-lagi Elang hanya tersenyum manis hingga kedua lesung pipinya terlihay cukup jelas. "Ntar gue berubah deh kalo-"

Belum sempat Elang melanjutkan pembicaraanya tetapi Athaya sudah memotongnya. "Kalo apa?" tanyannya sambil mendongkakan wajahnya ke arah lelaki yang 5 cm lebih tinggi darinya itu.

"Kalo apa ya,gak tau." jawab Elang sambil mengaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

"Dasar cowok ga jelas," gerutu Athaya lalu mempercepat langkah kakinya.

Elang segera menarik pergelangan gadis berambut pirang di depannya itu dengan sedikit paksaan,"Ikut gue yuk?"

Athaya dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Gak mau,lo gak tau sekarang ada jamnya Bu Rika bisa habis toilet satu sekolah sama gue"

Bukan mendengarkan pernyataan sahabatnya melainkan langsung menyeret Athaya untuk mengikutinya ke arah taman sekolah yang dipenuhi dengan pohon beringin sehingga tampak rindang dan sedikit gelap.

Athaya segera melepaskan tanganya lalu memukuli bahu sahabatnya itu tanpa ampun.

"Lo gak akan ngerti rasanya hidup bebas Tha kalo lo terus-terusan terikat sama aturan si botak itu!" ucap Elang lalu menduduki salah satu bangku panjang di taman itu.

Athaya hanya mendesah pasrah karena jujur ia selalu merasa aman bersama si pentolan sekolah itu sekalipun ia harus melanggar aturan.

"Lo kenapa telat lagi? Semalam ngegame?" tanya Athaya.

Elang melepas tas hitam dari punggungnya dan memberikanya kepada Athaya,"Lo kaya cenayang"

Atha menggerutkan keningnya dan memastikan bahwa ia sedang tak salah dengar. "Cenayang?"

"Iya,habis lo suka nebak-nebak"

"Udah ngerjain pr fisika belum?" tanya Athaya mencoba mengalihkan pembicaraan yang menurutnya tidak penting itu.

"Liat deh di dalem tas,gara-gara itu gue kesiangan. Kayaknya sih udah semua" jawab Elang.

Athaya segera membuka tas yang berada di pangkuanya itu dan mengambil satu buku tulis bercorak 'disneyland'.

"Tha?" panggil Elang sambil menoleh ke arah gadis yang kini sedang sibuk memeriksa pekerjaanya.

"Apa?" jawab Athaya tanpa mengalihkan pandanganya.

"Lo bukan cenayang sih tapi kesayangan,"

Tidak,bukan Athaya yang meminta hatinya bergejolak sekencang itu. Sebentar saja, ia merasa bahwa bumi telah berhenti berotasi dan lepas dari peredarannya. Elang,lelaki yang selalu rajin membuat hati Athaya begitu mudah berdebar kencang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stay with me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang