7 DAYS

982 62 0
                                    

Ify memasuki area tempat pemakaman umum. Gadis berdagu tirus itu menghampiri dan berjongkok di sebuah makam bertuliskan Agni Tri Latvia.

"Hai kak Agni, liat gue bawa apa. Ini piala yang lo ingin kan, ini buat lo. Gue berlatih keras untuk bisa jadi juara di kontes piano dan banggain lo, Kak." Ify tertawa hambar mengingat bagaimana ia dulu sangat membenci piano, tapi demi Agni ia belajar menyukai piano, belajar untuk menguasai teknik bermain piano. Ia ingin menjadi pianis terkenal untuk kakaknya, untuk Agni.

"Udah sore, gue pulang dulu. Nanti gue kesini lagi. Yang tenang disana. Gue dan semuanya sayang lo." Ify beranjak dari makam Agni lalu langkahnya terhenti di makam yang bertuliskan Rio Aditya Ravender dengan sebuah foto pemuda hitam manis sedang tersenyum menampakkan gigi gingsul nya.

"Makam baru ya? Hemm, hai Rio, gue Ify, salam kenal. Rio, gue suka senyum lo, manis banget apalagi gingsulnya itu. Gue pengen deh ketemu lo, tapi sayang ya kita nggak akan bisa ketemu, coba kalau lo ada di hadapan gue mungkin udah gue peluk." Ify tertawa pelan medengar ocehannya sendiri.

"Hoy cungkring lama amat sih lo. Cepetan gue mau pulang, suka amat ngomong sama makam." Gabriel kakak kedua Ify berteriak keras membuat Ify mendengus sebal.

"Gue balik dulu. Sampai ketemu nanti lagi, Rio." Ify mengusap pelan foto Rio lalu berlari menghampiri Gabriel. Gadis itu tak sadar, tangan nya yang halus sudah membuat sesuatu tak terduga terjadi. Sesuatu yang mustahil.

-----

Hari pertama

Kring.. Kring.. Kring..
Jam alarm di kamar Ify berbunyi keras membuat gadis itu terbangun dan dengan cepat mematikan alarmnya.

"Ganggu aja," dumelnya kesal, ia pun kembali berbaring di kasur nya dengan posisi yang berbeda. Ify terdiam melihat sesosok pemuda sedang tersenyum kepadanya dan parahnya pemuda itu saat itu sedang tidur di kasurnya.

10 menit..

7 menit..

5 menit..

"HUAAAAAA," Ify langsung berdiri dari posisi tidurnya.

"Heh siapa lo masuk kamar orang sembarangan. Keluar dari kamar gue," pemuda itu bangkit dari posisi tidurnya menjadi berdiri. Ia menatap Ify dengan sebelah alis terangkat. "Bukannya lo pengen ketemu gue?" kata nya membuat Ify cengo. Nih orang gila kali ya, ngomong sembarangan.

"Ngomong apaan sih, kenal aja nggak gue sama lo. Lagian sejak kapan sih gue ngomong gitu."

Pemuda itu terkekeh pelan, "Hai Ify, gue Rio, bukan nya lo mau ketemu gue? Mau peluk gue," Ify cengo, ia menatap pemuda itu dari atas sampai bawah. Pemuda itu memang mirip dengan foto yang ada di makam kemaren. Dan lagi-lagi Ify tidak bisa menyembunyikan kekagetan nya menyadari bahwa pemuda hitam manis itu transparan.

"Percaya gue, Rio?" tanya Rio membuat Ify mengangguk.

"Gue percaya lo, Rio. Sekarang lo bisa pergi, gue nggk bisa bantuin lo kalau lo bangkit dari alam lo karna ada masalah yang belum selesai di dunia ini." Rio terkekeh, ia berjalan menghampiri Ify, berdiri tepat di hadapan gadis itu. Ify mendongak menatap Rio tanpa berkedip.

"Ini bukan acara film, Fy. Gue nggk bisa balik ke alam gue sampai tujuh hari kedepan," Ify manggut-manggut lalu melototkan matanya.

"Itu artinya lo bakal tinggal disini?" Rio mengangguk, "tepatnya gue bakal selalu ada di samping lo untuk 7 hari ke depan," Ify mengedikkan bahunya acuh "whatever, "

----

Hari kedua

"APA? LO NGGAK BOLEH TIDUR DI SAMPING GUE." Rio memasang tampang polosnya. "Kenapa? Lagian kan gue nggak bisa nyentuh lo, apalagi ngapa-ngapain lo," Ify menggeretakkan giginya. "Tetep nggak boleh!" Ify pun langsung merebahkan dirinya di kasur dan menutup seluruh tubuh nya dengan selimut bergambar Seventeen, band korea kesayangan nya. Rio menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

7 DAYS [CERPEN END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang