Chapter Two

1K 185 30
                                    


Segala hal mengenai Kwon tak ada habisnya di dalam museum ini, dan Jihoon mulai bosan. Dengan langkah gontai dia memilih memisahkan diri dari rombongan dan duduk di salah satu bangku panjang yang memang disediakan untuk pengunjung.

Jihoon mendesah panjang dan bersender. "Kwon, Soon dan Young. Mereka apa tidak bosan?" Jihoon bergumam jengkel. Kakinya lelah berkeliling dan yang dijelaskan dan dilihat hanya mengenai Kwon saja. Mereka seperti melupakan bahwa ada raja lain sebelum dan sesudah Kwon yang seharusnya juga mereka notice.

"hai?" seseorang menghampiri Jihoon dan tanpa bertanya langsung duduk tepat di sebelahnya. "museum hari ini cukup membosankan ya?" katanya.

Jihoon mengangguk menyetujui. Itu memang benar. "hanya mengenai Kwon Soonyoung. Kalau sampai seminggu begini, bisa jadi tak ada lagi yang mau ke museum lantaran bosan," balasnya.

Orang itu tertawa. "Seokmin," katanya sambil mengulurkan tangan.

Jihoon memandang uluran tangan orang itu sesaat, kemudian menyambutnya. "Ji—"

Jihoon kehilangan kesadarannya begitu saja tepat di saat tangannya menggenggam tangan seseorang bernama Seokmin ini. Tubuh Jihoon terjatuh lemas ke depan yang dengan segera disambut oleh Seokmin dan ditahannya.

"selamat datang, Jihoon-ssi. Aku memang tidak terlalu senang kau kembali. Tapi ini semua demi Soonyoung." bisik Seokmin pada Jihoon yang tak sadarkan diri.

.

.

.

Matanya mungkin tertutup rapat, tapi Jihoon tau sekali bahwa tubuhnya sedang berada di dalam gendongan seseorang dan di bawa entah ke mana. Jihoon dengan sadar tau dan menuduh orang yang bertemu dengannya terakhir kali sebagi tersangka yang membuatnya tak sadarkan diri.

Tapi tubuhnya sama sekali tak memiliki tenaga untuk bergerak sedikit pun, matanya pun tak dapat terbuka walaupun dia yakin dirinya sudah sadar sekali sekarang ini.

Alat pendengaran Jihoon pun masih berfungsi dengan baik. Dia mendengar jelas suara keramaian juga desas-desus orang yang kebingungan melihat seseorang mengendong seseorang lain yang tak sadarkan diri.

"kenapa dia?"

"mungkin kelelahan, hari ini memang ramai."

"sakit barangkali," dan sebagainya.

Jihoon mendengar semunya jelas. Tapi kenapa?! Tubuh dan matanya sama sekali tak sanggup berbuat apa-apa. Tak bisa bangun dan membuka.

Desas-desus keramaian kemudian berubah menjadi ricuh kepanikan ketika semua pintu dan jendela museum tertutup secara tiba-tiba. Pintu besi yang biasanya baru diaktifkan ketika museum tutup kini aktif di tengah-tengah ramainya pengunjung. Alarm kebakaran pun menyala dan berbunyi nyaring, membuat kepanikan semua orang semakin menjadi-jadi.

Teriakan panik kini menjadi penghias pendengaran Jihoon, dan dia tak dapat berbuat apa-apa. Orang yang membawanya sama sekali tak panik seperti yang lain dan masih berjalan dengan langkahnya yang biasa.

Ada apa ini sebenarnya?

"Seokmin-ah? Bagus, kami sudah menunggu sedari tadi," seseorang memanggil Seokmin. Jihoon mengenal suara ini, walau baru hari ini tadi dia bertemu dengan sang pemilik suara. Itu tadi suara milik tour guide yang memimpin siswa-siswi Pledis Academy, Yoon Jeonghan.

"tidak mudah berjalan di tengah keramaian, hyung!" sungutnya. "belum lagi dengan membawa orang dalam gendonganmu seperti ini."

"jaga bicaramu! Orang yang kau bawa itu bukan orang sembarangan." suara orang itu lagi, Jeonghan, Jihoon rasakan semakin dekat. "Jihoonie," panggilnya.

End of the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang