"Kamu pasti memanggil gadis lain dengan sebutan itu juga, bukan?"
"Astaga, Sugar. Gadis yang mana?"
"Noelle, contohnya?"
"Stop talking nonsense. Kamu benar-benar keterlaluan sekarang. Kapan kamu bisa memercayaiku sepenuhnya tanpa ada embel-embel rasa curiga? Aku lelah dengan sikapmu yang kekanak-kanakan."
"Lalu, apa maumu sekarang? Mengakhiri hubungan tanpa status ini? Mengakhiri tanpa kita pernah memulainya sama sekali?"
"Kamu ingin mengakhirinya? Itukah yang kamu pikirkan selama ini?"
"Jangan membalikkan pertanyaanku."
"Kenapa? Kamu tidak bisa menjawabnya?"
"Kenapa kamu jadi mencecarku sekarang?"
"Apa lagi, sih? Kenapa kita berputar-putar terus di bahasan yang sama sejak tadi?"
"Kamulah yang mempersulitnya."
"Oke, terserah. Namun, mengapa kamu berpikir bahwa aku menghiraukan kamu?"
"Kamu tidak pernah ada buatku."
"Jangan manja. Aku juga punya urusan lain untuk dikerjakan, bukan cuma menemani kamu saja."
"Lalu, buat apa kita bersama jika kamu tidak pernah punya waktu untukku? Bahkan hari libur pun tidak. Aku butuh seseorang untuk mendengarkan semua keluh kesah dan ceritaku, seseorang untuk berbagi. Untuk diajak makan, jalan, ataupun nonton bioskop. Kenapa kamu tidak bisa menyisihkan waktumu sedikit untukku? Apa yang membuatmu sesibuk itu sampai-sampai kamu menolak panggilan telepon dariku?"
"Aku tidak melihat titik akhir dari pembicaraan kita ini. Karena apa pun yang akan kukatakan, kamu pun tidak akan percaya. Jadi, kurasa aku tidak perlu menjawabnya lagi."
"..."
"Jujurlah padaku, apakah kamu benar-benar ingin mengakhiri hubungan ini?"
"Hubungan? Sejak awal, kita tidak pernah memulai sebuah hubungan."
"Sugar?"
"Entahlah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flummoxed
Short StorySebenarnya... aku masih ingin memperjuangkanmu dan melihat akhir dari cerita kita, namun waktuku juga sama berharganya dengan waktumu. Aku tidak bisa selamanya menunggu kamu.