My Boy, Jihoonie. [Prolog]

234 26 1
                                    

"Soonyoungie~ kau terlambat lagi."

"Mianhae, tadi noonaku melarangku untuk pergi. Dia sedang sakit, dia memintaku untuk menjaganya."

Wajah keras Jihoon melembut. "Lalu kenapa kau pergi? Kasihan noonamu... Kau kan bisa menelponku jika kau tidak bisa datang." Soonyoung menggeleng. "Janji itu harus ditepati. Aku sudah janji akan datang." Tangan Soonyoung mulai menarik tangan Jihoon dan mengajaknya pergi. Jihoon cemberut. "Tapi kan sakit itu hal yang tidak terduga. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada noonamu saat kau sedang bersamaku? Siapa yang akan menolong noonamu?"

"Iya, iya, Jihoon." Balas Soonyoung cuek, mereka terus melangkah menuju perpustakaan umum.

~~~~

"Kau serius ingin menghabiskan satu hari disini? Jihoon, disini tidak boleh ada suara." Ujar Soonyoung saat mereka tiba di depan perpustakaan. Jihoon menatap Soonyoung datar. "Suara apa yang kau maksud, dasar mesum?" Soonyoung cengengesan. "Lihatlah siapa yang mesum."

Jihoon berjalan memasuki perpustakaan tanpa menghiraukan Soonyoung. Soonyoung yang melihatnya hanya tersenyum, lalu mengikuti langkah kaki mungil di depannya.

~~~~

"Jihoonie."

"Sssssttttt."

Soonyoung mengkerut. Tiap kali ia bersuara barang sedikit, penghuni perpustakaan lain sudah memelototinya. Bahkan yang ia panggil saja tidak terpengaruh sedikitpun.

Soonyoung lelah diacuhkan Jihoon. Jihoon terlalu asik membaca.

Jihoon melirik ke arah Soonyoung dan tersenyum melihat ekspresi kekasihnya itu. Jihoon menutup bukunya dan menarik tangan Soonyoung keluar dari perpustakaan.

~~~~

"Jihoon, bisa tolong pesankan aku satu cup americano lagi?" Jihoon memelototi Soonyoung. Soonyoung menunduk. "Hhhh.... Arasseo." Jihoon bangkit untuk menuruti permintaan Soonyoung dan kembali lagi bersama satu cup americano, sesuai dengan keinginan Soonyoung.

"Aigoo, terima kasih sayang." Soonyoung segera menyambar gelas di tangan Jihoon dan meminumnya. "Sungguh, yang tadi itu neraka."

Jihoon yang masih berdiri segera menjatuhkan bokongnya di kursi. "Apa maksudmu?"

"Perpustakaan. Aku tidak ingin kita kencan di sana lagi."

Jihoon tertawa pelan. "Bodohnya kekasihku. Memangnya siapa juga kutu buku gila yang mau kencan di perpustakaan?"

Soonyoung menyeruput americanonya. "Kau."

"Kurang ajar kau Kwon. Pergi dari hidupku."

Kini ganti Soonyoung yang tertawa. "Bercanda, manis."

"Tapi serius Kwon, apa kau berpikir kalau yang tadi itu kencan?" Tanya Jihoon. Soonyoung menggeleng.

"Aniya. Kencan itu kan harusnya bisa berpegang tangan, berpelukan, bercengkrama, ciuman-"

"Byuntae. Memangnya harus selalu ada ciuman." Jihoon memukul kening Soonyoung.

"Serius, Jihoon. Bagiku kencan itu seperti yang tadi kusebutkan."

Jihoon mengangguk-angguk. "Berarti?"

"Apa?"

"Yang tadi bukan kencan?"

Soonyoung menggeleng.

"Kalau begitu-

Ayo kencan setelah ini!"

~~~

To be continued

U N S E E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang