Keinginan yang kuat untuk percaya

194 18 1
                                    

Soonyoung Kwon itu berhati dingin, sebenarnya. Ia tak suka jika ada orang yang mengganggunya di saat-saat tertentu. Ya, hanya di saat tertentu saja, kok.

Contohnya seperti sekarang. Masa bodoh dengan noonanya yang sedari tadi terus meneriaki kata-kata yang sama- Soonyoung harus mandi. Tapi bagi Soonyoung, suasana di sekitarnya sedang hening. Ia bagai tak mendengar apapun- atau memang ia tidak mendengar apa-apa.

Minkyung sudah lelah mengetuk bahkan memukul dan menendang pintu kamar Soonyoung. Sial sekali, pintunya dikunci. Dan lebih sialnya lagi, ia sudah menyiapkan segala keperluan Soonyoung untuk mandi -dengan air hangat pada jam selarut ini.

Soonyoung tidak menepati janjinya. Sebenarnya hal yang biasa. Tapi bagi Minkyung, tiap kali adiknya mengingkari janji, hatinya bagai terkoyak. Ia sangat mempercayai adiknya, bahkan setelah beberapa kali Soonyoung berbohong.

Soonyoung pulang pukul 10 lewat 17 menit tadi. Dan sekarang pukul 11 lewat 59 alias nyaris tengah malam.

Mengapa pula Minkyung memaksa Soonyoung untuk mandi pada jam selarut ini?

.
.
.

Pagi ini sedikit terasa berbeda, setidaknya, bagi Soonyoung. Lelaki itu masih merasakan bisa pelukan hangat kekasih mungilnya tadi malam. Soonyoung terkekeh sendiri membayangkan setelah pelukan itu terlepas, Jihoonie-nya tersenyum malu, menunduk dan merona. Aih, manisnya. Soonyoung jadi makin sayang.

Soonyoung tidak merapikan selimutnya, biasanya noonanya yang melakukan itu. Soonyoung bukannya manja, tapi yah, begitulah sifatnya. Soonyoung masuk ke kamar mandi dan keluar lima menit lagi setelahnya. Setelah berkaca dan memastikan ia terlihat tampan -bagi Jihoon sih, selalu-, ia keluar kamar dan kaget ketika melihat noonanya berdiri tepat di depan pintu kamarnya.

"Aish, noona. Mengagetkan saja."

Noonanya bergeleng. "Aku baru mau membangunkanmu. Kau pulang larut semalam, bagaimana mungkin bangun sepagi ini? Ini masih pukul 7, lho, Soonyoung. Kalau saja kau lupa."

Soonyoung mengerling nakal lalu berjalan meninggalkan noonanya. "Tahu, kok. Kuliahku hari ini juga jam 2 siang. Tapi aku ada urusan sedikit, jadi ingin berangkat lebih pagi."

'Dan bertemu Jihoonie.' batin Soonyoung.

"Ini bukan berangkat lebih pagi, bodoh. Kalau begini sih, namanya kepagian." cibir noonanya kesal. Soonyoung mengacuhkan noonanya, ia lebih memilih duduk di kursi makan dan mulai menyuapkan sepotong kimbab ke mulutnya, ketimbang membalas ucapan noonanya.

"Noona juga harus berangkat pagi, kebetulan. Bagaimana kalau berangkat bersama?" tanya Minkyung. Soonyoung hanya mengangguk mengiyakan dengan mulut yang penuh makanan.

.
.
.

Soonyoung sudah duduk sambil membaca buku di perpustakaan kampusnya sejak jam 9. Dan sekarang, jam tangannya menunjukkan jarum yang mendekati angka 12. Jarum panjangnya.

Itu artinya, sekarang nyaris jam 10.

Dan Jihoon belum datang.

Dalam ingatan seorang Kwon Soonyoung, Jihoon Lee itu tipe orang yang selalu datang tepat waktu (kecuali kalau memang ada hal mendesak yang tidak dapat ia tinggalkan). Dan seingat Soonyoung, yang meminta bertemu di sini juga Jihoon. Mungkin tidak sih, kekasih mungilnya itu mengingkari janji?

Ah, bagi Soonyoung, ini lebih terlihat seperti Jihoon terlalu sibuk sampai lupa akan janji mereka.

Toh bagi Soonyoung, Jihoon datang jam berapa pun akan tetap ia tunggu.

Tipikal lelaki setia, memang.

.
.
.

"Soonyoungie~"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

U N S E E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang