Seperti biasa, siswa-siswi SMA Cendekia berangkat pagi karena bel masuk pukul 06.45. Pak Min merupakan guru BK yang dikenal killer dan siap melahap siswa yang tidak disiplin, berjaga di depan gerbang masuk siswa.
"Kamu lagi kamu lagi Daffa! Kamu kan rumahnya dekat, kenapa bisa telat terus?! Apa alasanmu kali ini?"
Bukan Daffa namanya kalau berangkat sekolah tidak telat. Dengan dandanan acak-acakan. Sepatu sneakers biru, tidak berdasi, tidak memakai ikat pinggang dan mungkin tidak menyisir rambutnya yang masih terlihat basah tersebut.
"Maaf Pak, saya tadi malam insomnia gara-gara sore harinya dikasih kopi sama tetangga saya." jawab Daffa.
"Alasan itu sudah pernah kamu pakai ya! Ganti, bapak nggak percaya! Ini lagi," sambil menepuk dada Daffa yang tak berdasi.
"Kamu sebenarnya punya dasi sama ikat pinggang gak? Mau bapak antar kamu ke koperasi buat beli dasi? Ayo jawab pertanyaan bapak?!" kini Pak Min benar-benar murka.
"Oke Pak, saya akan jawab. Yang pertama saya memang sering dikasih kopi sama tetangga saya karena dia jualan kopi,yang kedua saya bawa ikat pinggang dan dasi di tas dan akan saya pakai di kelas." sambil senyum yang menurut Pak Min menyebalkan.
"Oke seperti biasanya. Lari 25 putaran lapangan basket."
"Iya Pak, saya mau ke lapangan basket." Sembari salim kepada Pak Min.
***
Alice baru saja selesai sarapan di kantin. Dengan langkah santai, ia masuk ke kelas bertuliskan XI MIPA 5.
"Alice lo dari kantin? Jam pertama pelajaran Fisika! Aduh ada tugas lagi! dari 10 soal, di kelas kita cuma Aldi yang ngerjain, itupun baru 5 nomor!" ucap Amira, teman sebangku Alice yang cerewetnya kebangetan.
"Gue juga belum. Baru coba nomor satu udah pusing dan gue tinggal tidur, hehe" sambil menampilkan cengiran khasnya.
"Gue pinjem ya." Lalu Alice pun segera menyalin jawaban Amara.
Tiba-tiba Daffa masuk ke kelas dan seperti biasanya ia langsung mengambil minuman milik teman sekelasnya tanpa tahu pemiliknya.
"Ini punya siapa? Gua minum ya? Iya! Ambil aja Daffa tampan"
"Eh itu kan punya gue. Bekas gue juga! Ngapain lo minum?" Alice pun berkoar tak terima minumannya diambil.
"Nih udah abis. Makasih ya!" sambil menyerahkan botol minum kosong kepada Alice. Alice hanya melotot seperti biasanya kepada Daffa.
Sudah biasa Daffa meminum air bawaan teman sekelasnya. Walaupun di kelas mereka ada dispenser. Namun mereka tetap membawa botol minum untuk dijadikan wadah saat minum. Dan kali ini nampaknya koperasi belum menyetok isi ulang untuk galon kelas.
"Eh bro nih buruan contek. Bentar lagi Pak Aziz datang." sambil melemparkan buku ke meja Daffa. Kemudian ia duduk di samping Daffa.
"Hadeh. Mending ke uks." ucap Daffa yang langsung mendapat jitakan dari Varo, teman sebangkunya. Daffa pun menyalin tulisan Varo yamg tidak bisa dibilang layak baca. Namun karena terpaksa, Daffa pun menyalinnya karena nampaknya tidak ada buku yang tidak laku selain buku Varo.
"Tumben lo udah selesai nyalin. Berangkat jam 6 bro?" ucap Daffa.
"Yoi soalnya tadi malam di grup line kelas berisik ngomongin Pak Aziz. Katanya sih hari ini ulangan setelah ngoreksi tugas itu." dengan muka sebalnya, Varo pun meletakkan kembali kepalanya ke meja.
"Paling gua remidi. Lalalala" dan Daffa pun mulai merusak mimpi indah Varo dengan suaranya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Destiny
Teen FictionBagaimana jika kau berada pada dua pilihan? Alice tidak tahu mana yang benar-benar ia butuhkan? Semuanya terlihat sama. Sama-sama berujung pada luka.