Sudah hampir jam dua pagi, pesta itu masih saja meriah. Tuan rumah, Jarred Milles, terlihat sibuk sekaligus juga senang. Acara yang diadakan di apartemennya itu, sukses. Ini sebenarnya bukan pesta dia, melainkan pesta melepas masa lajang untuk temannya, Neal Williams.
Neal sendiri telihat agak mabuk, ia sudah minum entah apa saja karena dipaksa teman-temannya. Ia masih sempat mendengar Jarred berteriak meningkahi suara musik yang berdentum-dentum, supaya teman-temannya jangan membunuh Neal malam itu.
"Aku mau muntah!" Neal berteriak ketika Elvis Peterson, salah satu temannya, memeluk bahu Neal untuk memaksanya minum lagi.
Neal menekap mulut, ia benar-benar terlihat seperti mau muntah.
"Jangan di sini!" Jarred balas berteriak. "Ke toilet sana!" usirnya.
"Ayo." Elvis mengajak Neal ke salah satu kamar di apartemen Jarred.
"Kau mau menemaniku sampai ke kamar mandi?" Neal bertanya pada Elvis yang langsung melepaskan bahunya. Neal tertawa terbahak-bahak melihat tampang temannya itu. Kemudian ia lari ke dalam kamar. Ia benar-benar mau muntah.
Kalian semua sudah gila! Neal menyumpah-nyumpah dalam hati ketika ia mengeluarkan isi perutnya ke wastafel. Agak lama ia berdiam diri di kamar mandi, mencuci muka serta kumur-kumur. Ia duduk di toilet sambil memejamkan mata.
Ketika ia keluar dari kamar mandi, seseorang menunggunya di sofa kamar itu. Seorang wanita. Wanita itu memakai baju sangat minim; panjangnya hanya lima senti dari pangkal paha, tali sebesar lidi, belahan dadanya terekspos sampai ke pertengahan. Boot yang dikenakannya tidak sampai selutut, memperlihatkan kaki jenjangnya yang putih mulus.
Neal mengerjapkan mata setelah piknik sejenak di tubuh wanita yang duduk di sofa.
"Hai!" sapa wanita itu sambil tersenyum. Bibir itu menggoda; bibir merah yang digigit sedikit ketika pemiliknya selesai bicara.
"Hai," balas Neal, ia melangkah menuju sofa dan duduk di samping wanita itu. "Ada yang bisa aku bantu?" tanyanya sopan.
"Jarred bilang mungkin kau butuh makanan setelah muntah," wanita itu berkata sambil menunjuk piring di atas meja dengan isyarat dagunya.
Neal baru menyadari ada makanan serta minuman di atas meja itu, untungnya bukan vodka lagi. Air putih dan wine.
"Kau yang membawanya?"
"Ya, sekalian aku juga mau istirahat. Dengar?" wanita itu berkata sambil menujuk ke atas walaupun bukan plafon yang dia maksudkan, melainkan musik yang masih terdengar sampai ke dalam kamar itu.
"Bising," Neal menanggapi.
"Ya. Kepalaku rasanya mau pecah."
Neal setuju dengan wanita di sampingnya ini. "Neal." Neal memperkenalkan diri walaupun ia yakin wanita ini sudah tahu siapa namanya, tetapi tidak ada salahnya berkenalan secara sopan.
"Gwen Lewis." Wanita itu menanggapi sambil menjabat tangan Neal yang terulur.
Mereka ngobrol tentang macam-macam. Tertawa ketika merasa lucu dan memaki-maki ketika hal itu memang menjengkelkan.
Gwen menyarankan supaya Neal mencicipi kue yang ia bawa tadi. Neal menurutinya. Ia merasa lebih baik setelah merasakan genangan madu di lidahnya. Kue itu berisi krim cokelat dan madu. Rasanya lezat. Gwen menyodorkan air putih pada Neal yang diterima Neal dengan senang hari, kemudian Gwen menuang wine untuk mereka berdua. Mereka ngobrol lagi sambil menikmati wine.
Gwen mendengarkan dengan baik ketika Neal bercerita tentang rencana pernikahannya, wanita yang akan dinikahinya dan pesta seperti apa yang ia minta. Gwen menyentuh tangan Neal untuk memberinya simpati atas rencana-rencana besarnya itu. sentuhan itu terasa menyengat di kulit Neal, bukan menimbulkan rasa sakit, tetapi gelenyar nikmat.
Gwen tahu apa yang dirasakan Neal karena pria itu menatapnya agak lama untuk sesaat, ia sendiri gelisah. Gairahnya tersulut dengan kedekatannya terhadap Neal. Gwen memberanikan diri menyentuh wajah Neal dengan sapuan belakang tangannya.
"Kau sangat tampan," punjinya sambil tersenyum, Neal tidak berusaha menghindari sentuhan itu.
"Kau juga sangat cantik dan seksi."
"Benarkah?"
"Ya."
Gwen memberi kecupan di pipi Neal. Kecupan itu tidak segerah berakhir karena Neal menoleh, bibir keduanya hanya berjarak satu senti. Gwen menekan bibirnya pada bibir Neal yang membalas dengan kecupan kecil di bibir bawah Gwen. Keduanya berpagutan lama. Tidak hanya bibir dengan bibir yang saling menyentuh, melainkan lidah dengan lidah saling membelit di dalam sana.
Gwen mengambil peluang itu, ia berpindah duduk dari sofa ke pangkuan Neal. Mengangkanginya dan mendesakkan diri pada pria itu. Neal memeluk pinggan ramping Gwen. Tangannya tidak hanya diam di sana, ia bergerak menelusuri punggung Gwen, membelainya dengan pelan. Gwen mendesah di dalam mulut Neal ketika pria itu meremas bokongnya.
Neal menurunkan tali gaun Gwen, memindahkan bibirnya dari mulut Gwen ke bahu, lalu turun ke lengan atasnya. Ia menyusupkan kecupan di atas payudara Gwen dari luar bajunya, kemudian menarik baju itu supaya bisa lebih leluasa menikmati wanita itu. lidah Neal menari di puncak payudara Gwen, memelintir kemudian mencubit dengan bibirnya. Gwen mengerang lebih keras. Gairah keduanya terbakar.
Neal menggendong Gwen menuju ranjang, merebahkan wanita itu di sana kemudian mengimpitnya dengan keras. Sekarang dia yang mendesak Gwen. Perlahan Neal meraba paha wanita itu sampai ke pangkalnya, menggodanya di sana.
"Neal! Oh!" Gwen mengerang ketika ia merasakan sensasi nikmat itu.
Neal berdiri di antara kaki jenjang wanita itu yang terbuka lebar. Gwen duduk dan menarik pinggang celana Neal ke arahnya, membuka ikat pingganya kemudian menarik zipper-nya.
"Foil," bisik Gwen ketika Neal membungkuk untuk menciumnya. Neal menyeringai. "Ada di tasku," lanjut Gwen. Ia meraih tas tangannya, mengeluarkan bungkusan kecil itu, merobek dengan giginya, lalu mengeluarkan isinya dan memasangnya dengan trampil.
Neal memperhatikan semua itu dengan bergairah. Sentuhan tangan Gwen di area pribadinya menimbulkan sensasi menegangkan urat syaraf. Ia sudah tidak tahan lagi, ia mendorong Gwen, meloloskan tubuh molek itu dari gaun yang mengurungnya, kemudian menghujamnya dalam sekali tusukan tajam.
Gwen berteriak sambil mencengkeram bahu Neal, ia memejamkan mata, merasakan Neal mengisinya dengan ganas. Kemudian ia mengimbangi gerakan pinggul Neal, memberi rangsangan pada pria itu dengan kecupan-kecupan kecil di leher serta sisi wajahnya. Neal melenguh merasakan gairahnya semakin memuncak. Begitu juga dengan Gwen. Keduanya berburu kenikmatan sampai akhirnya pinggul Gwen terangkat sedikit dari ranjang, Neal menggeram, mendesaakkan diri semakin dalam. Lalu keduanya sama-sama meneriakkan pelepasan gairah itu dengan puas.
Gwen mencium Neal dengan mesra, mengucapkan terima kasih padanya karena sudah bersedia bercinta dengannya. Neal memeluk Gwen dengan erat, ia masih berada di dalam Gwen yang melingkari pinggulnya dengan kedua kaki jenjangnya.
"Neal sayang?"
Pintu kamar itu terbuka tanpa diketuk lagi atau mungkin diketuk bahkan digedor, tetapi Neal tidak mendengarnya karena ia terlalu bergairah sesaat lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Santa Monica in Love: Bachelor Party
RomanceAdult romance (21++) Rencana pernikahan Neal Williams hancur sudah hanya karena kesalahan yang ia lakukan di suatu malam saat pesta bujangan digelar. Tidak hanya calon istri yang hilang dari Neal, tapi juga karier dan teman-teman. Meninggalkan kehid...