Dia

69 1 2
                                    

Aku berlari secepat mungkin ketika aku melihat gerbang sekolah sudah ditutup oleh pak dirman satpam di sekolahku. Pagi ini aku bangun kesiangan karena badan ku sedang tidak sehat. Tadi pagi kepalaku terasa sangat pusing tapi aku paksakan untuk masuk sekolah.

"Pak dirman tolong bukain gerbangnya dong" mohon ku pada pak dirman.

"Tidak bisa, ini sudah jam 7 lewat 15 itu artinya kamu sudah terlambat" jawab pak dirman.

"saya mohon pak biarin saya masuk".

"Peraturan tetaplah peraturan" jawab pak dirman tegas.

"Yaaah pak dirmaaaan gak kasian apa liat saya lari-lari kaya gini, coba bayangin kalo anak pak dirman nasibnya kaya saya, udah kesiangan terus lari-lari tapi pas sampe sekolah malah di suruh pulang" kataku sambil menujukan wajah memelas yang dibuat-buat.

"Hmm baiklah tapi jangan ulangi lagi, saya tidak tega melihat wajah melas kamu itu" jawab pak dirman sambil membuka pintu gerbang.

"Siap pak:v hehe" ucapku cengengesan.

Aku pun langsung berlari meninggalkan pak dirman, saat sampai di koridor aku memperlambat langkahku karena aku tau hari ini adalah jadwal piket nya bu ratmi. Bu ratmi adalah guru yang sudah dinobatkan sebagai guru killer oleh semua murid tak terkecuali aku:v
Beruntunglah ternyata bu ratmi tidak ada di meja piket, aku pun kembali berjalan seperti biasa.

"RARA!!".

Ketika aku hendak menaiki anak tangga menuju ke kelas ku, aku dikagetkan oleh suara yang cukup membuat detak jantungku berdetak secara tidak normal. Aku pun menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang telah memanggilku.

Seorang perempuan berbadan langsing dengan memakai gamis dan hijab berwarna abu dan di tangan nya terdapat sebuah pulpen.

"Kamu terlambat?" Tanyanya lembut namun masih tergengar  tegas.

"I..ii..iya bu maaf" jawabku terbata-bata. Iya yang tadi memanggilku adalah bu ratmi.

"Sekarang kamu berdiri dan hormat pada bendera sampai jam pelajaran pertama selesai!".

"T..ta..tapi bu".

"Tidak ada tapi-tapian ibu tidak mau dengar alasan apapun" jawabnya sebelum aku selesai menjelaskan.

***
Author POV

Sudah hampir satu jam rara berdiri disini. Tangan dan kaki nya mulai pegal dan kepalanya mulai terasa berat.

*kriiiiingg*

Bel pun berbunyi dan itu artinya pelajaran pertama telah selesai.
Namun rara masih tetap berdiri ditempatnya karena dia merasa kepalanya sangat berat sekali dan beberapa detik kemudian tiba-tiba semuanya gelap. Rara jatuh tersungkur, dia tak sadarkan diri.

"Rara!!" Teriak seseorang.

Rian POV

Ketika bel berbunyi aku langsung keluar dari kelas karena AC kelasku rusak dan itu membuatku gerah. Aku melihat ada seorang wanita yang sedang berdiri dibawah tiang bendera.

"Itu rara?" Tanyaku pada dita yang baru saja keluar kelas.

"MANA?" ucap dita antusias.

"Tuh di tengah lapangan" jawabku.

"Hah?" Jawab dita kaget.

"Ya allah rara". Ucap dita ketika melihat sahabatnya sedang dihukum di tengah lapangan yang panas.

Dita pun masuk ke kelas untuk mengambil sesuatu, mungkin mengambil air minum untuk rara.

Aku perhatikan tubuh rara mulai tak seimbang, dan benar saja dugaan ku tiba-tiba rara jatuh tersungkur tak sadarkan diri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Akhir dari sebuah penantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang