MATERI 5 : Sudut Pandang Orang Pertama
Sumber: https://flpku.wordpress.com/2012/02/28/sudut-pandang-dalam-cerita/
http://www.pengertianku.net/2015/09/pengertian-sudut-pandang-dan-jenisnya.html
Pembuat Artikel Website :Ardyan Amroellah
Tambahan Penjelasan : Vavy K
SUDUT PANDANG DALAM CERITA
Sudut pandang (Point Of View/ POV) adalah cara bagaimana penulis cerita menempatkan dirinya pada cerita, atau dari sudut mana penulis cerita memandang cerita yang dibuatnya. Sudut pandang dapat dikatakan juga sebagai suatu teknik ataupun siasat yang disengaja dilakukan oleh penulis untuk menyampaikan ceritanya. Oleh karena itu sudut pandang dapat mempengaruhi penyajian suatu cerita dan alurnya.
Ada tiga sudut pandang dalam cerita yaitu sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang kedua, dan sudut pandang orang ketiga. Sebenarnya, ada juga yang namanya sudut pandang campuran. Di sini, sudut pandang campuran itu adalah gabungan antara sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Dari yang saya baca dari artikel ini, ini pemahaman saya ya, sudut pandang campuran itu katanya dipakai dalam cerita yang membutuhkan halaman banyak, bisa jadi novel kan? Tapi, sudut pandang campuran tidak usah kita bahas nanti.
Oh iya, kali ini kita tidak membahas semua sudut pandang dalam minggu ini. Jadi, kita membahas sudut pandang dalam satu pertemuan. Untuk minggu ini, kita fokus membahas sudut pandang orang pertama yang terbagi lagi menjadi sudut pandang orang pertama tunggal dan sudut pandang orang pertama jamak.
A. Sudut Pandang Orang Pertama Tunggal
Penulis sebagai pelaku sekaligus narator yang menggunakan kata ganti "aku". Saya rasa, sudut pandang pertama ini pasti sudah sering kalian baca di sebuah cerita, apalagi di wattpad. Banyak kan cerita di wattpad yang menggunakan sudut pandang pertama? Kalian pernah menemukan misalnya begini "Maya POV" kemudian di paragraf tokoh "aku" mulai bercerita dalam bentuk narasi.
1. "Aku" Sebagai Tokoh Utama (Sudut Pandang Pertama Pelaku Utama)
Penulis adalah "aku" sebagai tokoh utama cerita dan mengisahkan dirinya sendiri, tindakan, dan kejadian disekitarnya. Pembaca akan menerima cerita sesuai dengan yang dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan "aku" sebagai narator sekaligus pusat cerita.
Contoh:
Seorang lelaki tua memanggilku sepuluh menit lalu di ruang pribadinya di lantai paling atas pada gedung megah biru dunker, inti kampusku. Dia duduk pongah di kursi busa berukir khas jepara dibalik meja. Senyumnya mahal, semahal kursi itu. Kucoba duduk santai dihadapnya, sambil melirik buku yang tadi dibantingnya. Gagasan, itu tulisan di sudut kanan atas sampul depan. Mendesah sebelum kualirkan mata ke tanda pengenal meja disebelah buku itu, tulisan cerlang bereja Rektor pongah menatapku. Kulengoskan kepala keluar jendela, sementara mulutnya terus mengumpat. Soal buku itu, tentu juga soal aku. (Rektor Itu Ayahmu, Sayang? – Ardyan Amroellah)
Catatan:
- Tokoh "aku" tak mungkin mengungkapkan perasaan atau pikiran tokoh lain kecuali dengan perkiraan.
- Penulis harus memahami tokoh "aku" sesuai karakternya. Misalnya soal bahasa, perlu dilihat apakah "aku" adalah orang tua atau anak muda. Itu akan mempengaruhi gaya bahasa yang diucapkan.
- Mengenali dengan baik karakter "aku" adalah keharusan..
2. "Aku" Sebagai Tokoh Bukan Utama (Sudut Pandang Pertama Pelaku Sampingan)
Penulis adalah "aku " dalam cerita tapi bukan tokoh utama. Keberadaan "aku" hanya sebagai saksi/kawan tokoh utama. "Aku" adalah narator yang menceritakan kisah yang dialami tokoh lain yang menjadi tokoh utama.
Contoh:
Aku sudah mengetahui wajahnya sejak lama, sejak sekitar dua tahun lalu. Seminggu sekali dia datang ke salon itu, selalu. Aku kerap tertawa saat ingat kali pertama aku melihatnya. Lusuh, kusam, dekil, sama sekali tak berwarna. Tapi aku tahu, dia bak mutiara jatuh dalam kotoran dan ketakberuntungan. Tinggal membasuhnya saja sebelum moncernya kembali. Dan rupanya dia tahu bagaimana cara memelihara diri. Terbukti, tak ada tanda kekusaman yang muncul. Aih, aku jadi iri. (Mimpimu Apa? – Ardyan Amroellah)
Catatan:
- Teknik ini hampir mirip dengan Sudut Pandang Orang Ketiga. Hanya saja narator ikut terlibat sebagai tokoh.
- "Aku" hanya mengomentari apa yang dilihat dan didengar saja. "Aku" bisa mengungkap apa yang dirasakan atau dipikirkan tokoh utama, tapi hanya berupa dugaan dan kemungkinan berdasar apa yang "aku" amati dari tokoh utama.
B. Sudut Pandang Orang Pertama Jamak
Ini mirip dengan Sudut Pandang Orang Pertama Tunggal, hanya saja menggunakan kata ganti "kami". Narator menjadi seseorang dalam cerita yang bicara mewakili beberapa orang atau sekelompok orang.
Contoh:
Siang itu kami berkerumun di teras masjid, membahas isu hangat yang merebak di pondok. Secara beruntun, barang-barang kami hilang. Mi instan, uang, buku, hingga celana dalam. Hal terakhir itu sangat keterlaluan. Ajaibnya, kami berempat sama. Celana dalam kami habis. Percayalah, hanya sarung yang kami pakai saat ini. (Ronaldo Dari Brazil – Anin Mashud)
Lanjut Materi ke-6 minggu depan, tentang Sudut Pandang Orang Ketiga. Kenapa kita tidak membahas sudut pandang orang kedua dulu? Sesuai saran dari Riria, kita bahas dulu yang sering kita temukan. Karena sudut pandang orang kedua itu sangat jarang dipraketkan dalam dunia kepenulisan baik itu membuat cerpen atau novel. Walaupun sebenarnya ada novel atau cerpen yang menggunakan sudut pandang orang kedua, tetapi penulis yang menggunakan sudut pandang tersebut hanya sedikit, dan tidak sebanding dengan sudut pandang orang pertama dan orang ketiga yang sering dipakai oleh penulis Indonesia.
- The Imagination Group

YOU ARE READING
Materi Tentang Kepenulisan
Non-FictionBerisi materi-materi tentang menulis sebuah karya ilmiah, termasuk membuat sebuah novel, cerpen, hal yang berhubungan dengan dunia wattpad, dan lainnya. Ada juga Q&A dari hasil kerjasama member TIGroup setiap kali selesai mengikuti materi. ...