Painting

15 8 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul 3 pagi.

Semalaman aku tidak tidur sama sekali.

Sedangkan pesanan lukisan dari tetanggaku belum selesai.

Tapi aku tetap tak habis pikir atas kejadian semalam.

Aku melirik ke arah Irine, " Sebenarnya kau ini siapa?"

"Dan dari mana asalmu?" Kulanjutkan pertanyaanku.

Dia tertunduk diam sambil menatap lantai.

Dia tidak berkata sedikitpun.

Lalu aku meninggalkannya sendiri di kamar.

Aku pergi meuju ruang kerjaku.

Kulanjutkan lukisan ini dengan tanganku yang sedikit lemas.

--

Olesan cat pada kuas menghiasi kanvas ini.

Ini pekerjaanku, dan aku menyukainya.

Saat aku menyelesaikan lukisan ini, Irine datang menghampiriku.

"Lukisan yang indah" Ucapnya sambil tersenyum.

Banyak orang yang bilang begitu.

Lukisan bagus maupun jelek menurutku itu sama saja.

Dibalik sebuah karya, ada seseorang yang yang bersusah payah untuk menyelesaikannya.

"Terima kasih" Aku membalasnya dengan senyuman juga.

"Bagaimana kau melakukannya?" ia bertanya.

Sepertinya dia tertarik dengan lukisan.

Lukisan memang bisa saja membuat siapa pun tertarik.

Banyak orang yang bisa membuat sebuah karya seni.

Tapi, setiap orang memiliki keahliannya masing-masing.

Aku sangat bersyukur kepada Tuhan atas anugrah yang telah diberikan-Nya padaku.

"Setiap orang meniliki keahliannya masing-masing. Ini adalah pemberian Tuhan kepadaku." Aku mengusap telapak tanganku pada rambutnya.

Ia menganggung tersenyum.

--

Irine's POV

Dia sungguh berbakat dan juga bijak.

Ia mengatakannya dengan sepenuh hati.

Aku jadi menyukainya.

Tapi mana mungkin aku bersamanya.

Sekarang aku harus mencari sayapku yang hilang.

Tapi dimana?

Tanpa sayap aku tidak kembali ke tempat asalku.

Aku harus bersabar sedikit.

Aku memutuskan untuk duduk disamping Deon.

"Kau tidak ingin tidur?" Deon bertanya padaku.

"Tidak, aku tidak mengantuk" Aku menggelengkan kepala.

"Tapi kau terlihat lelah" Ia menatapku cemas.

Aku memang lelah dan mengantuk.

Tapi aku tidak bisa berhenti memikirkan sayapku.

Apa boleh buat aku harus istirahat.

Aku memutuskan untuk tidur dikamar Deon.

"Baiklah aku akan tidur dikamarmu" Ujarku dengan lemas.

--

Aku membaringkan badanku di ranjang.

Kulihat di sekelilingku hanya ada lukisan dan buku.

Aku jadi tertarik dengan lukisan.

Aku beranjak bangun dan mendekati satu lukisan didekatku.

Lukisan pemandangan yang indah terlihat menarik.

Kusentuh permukaannya.

Sangat mengherankan. Tangkantu seolah masuk kedam lukisan.

Lalu aku mengangkat badanku sampai kakiku tidak menyentuh lantai.

Aku mendekat dan masuk ke lukisan tersebut.

Aku tak menyangka bisa masuk ke lukisan.

Ternyata di dalam sini pemandangannya lebih indah.

Di ujung lukisan terdapat gubuk kecil yang menghadap ke arah danau yang jernih.

Aku sangat menikmatinya.

Ngomong-ngomong aku bisa masuk kesini karena kekuatanku atau karena lukisan ini ajaib?

Entahlah aku tidak terlalu menghiraukannya.

Langit sore menambah kesan manis.

Kurasa sudah cukup aku berada didalam sini.

Aku harus keluar sebelum Deon datang melihatnya.

Akupun terbang keluar lukisan.
Betapa terkejutnya aku bahwa Deon sedang berada didepan pintu dan menatapku.

Opss..

Sepertinya dia melihatku tadi.

Apa yang harus kukatakan kepadanya ?

Aku sungguh bingung.

"Apa yang baru saja kau lakukan, huh?" Dia bertanya mendekat dan mengkerungkan alisnya.

Oh Tuhan .....

--

---to be continued---

Haii :v
Apa kabar nih ? :v

Krisarnya abang abang, mbak mbak :3

Makasih dah mampir (lagi)^^
Apalagi yang voment makasih banget, hehe :v

reixxtan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang