0,0

35 4 0
                                    

Day 0

Aku berjalan di sepanjang koridor, ada yang mengenalku dan menyapa, ada yang tidak mengenalku dan menganggap aku tidak ada. Memang aku bukan orang yang harus dikenal di sekolah ini, karena aku siswi biasa seperti yang lainnya, taka da yang membedakanku, aku bukan anak emas yang suka olimpiade kesana dan kemari, bukan juga siswi dengan otak yang sangat cerdas. Aku hanya siswi yang suka berbagi ilmu saat ujian bersama teman-temannya, suka mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah, tidak begitu suka melanggar peraturan. Pokoknya gak ada alasan buat mereka harus kenal aku.

Setelah dari toilet, aku bergegas ke kelas, karena bel masuk akan berbunyi lima menit lagi. Aku lari, tak peduli rambut yang baru aku kuncir kuda ini sudah tidak berbentuk saat masuk kelas, yang terpenting aku tidak telat masuk kelas. Toilet menuju kelasku sangat jauh, perlu melewati satu koperasi sekolah, dua tangga, lima kelas. Dan, barulah aku sampai di kelas.

Oh yaampun, bel sudah berbunyi, namun aku saja belum melewati tangga pertama. Aku harus segera mencapai kelas sebelum guru itu datang ke kelasku, memang terlalu berlebihan aku berperilaku seperti ini, tetapi ini beda! Guru ini selalu datang sebelum bel berbunyi, maka dari itu aku harus segera lari ke kelas sebelum guru itu masuk ke kelas sebelumku, aku akan dihukum jika aku terlambat darinya!

Sesampainya aku di kelas, aku ternyata telat! Aku mau mengetuk pintu, tetapi aku takut. Tiba-tiba orang di sebelahku mengetuk pintu kelas. Tunggu dulu, siapa dia? Sejak kapan dia berdiri di sebelahku? Oh yaampun, dia sedang apa disini? Kelas dia bukan disini.

"Masuk." Tiba-tiba suara bariton dalam kelas membuyarkan lamunanku

Aku masih diam ditempat untuk menyadari sesuatu. Tiba-tiba tanganku ditarik oleh orang tadi! Tubuhku menegang, namun segera aku rilekskan. Aku memasuki kelas dengan tanganku yang masih dipegang olehnya, —ehm, ralat, ditarik olehnya, dan ya jangan lupa, tatapan-tatapan iri dari perempuan-perempuan saat melihat tanganku dipegang, namun aslinya terseret. Ini bukan hal romantis, tapi penyiksaan begini bisa membuat orang iri. Uhh, aku kesal.

"Kenapa kalian berdua telat?" Suara itu lagi membuyarkan lamunanku

"Saya dari koperasi, setelah itu ke toilet. Tiba-tiba bel masuk lima menit berdering." Aku menjawab dengan jujur dan wajahku menunduk. Aku malu!

"Saya tadi dipanggil bk dulu pak." Jawabnya singkat

"Yasudah, kalian silahkan duduk ditempat kalian."

Hanya seperti itu jawaban guruku? Aku penasaran, kenapa dia disini? Ini kelasku, bukan kelas dia! Oh yaampun.

"Psst, gue mau nanya dong." Bisikku kepada teman didepanku

"Iya?"

"Tuh orang ngapain sih?"

"Siapa?"

"Yang dateng bareng gue."

"Oh, katanya dia ngulang pelajarannya pak Jaya?"

"Lha? Kok bisa?"

"Dia kena remed sendiri dikelasnya."

"Miris." Desisku pelan

Aku menyadari ada yang melihatku, tiba-tiba aku langsung menghadap ke papan tulis sebelum konsentrasiku buyar. Pak Jaya selalu seperti ini, membangga-banggakan anaknya tanpa bukti. Aku bosan, yang ia ceritakan juga itu-itu saja, tak ada yang baru apa ya?

Aku melihat orang didepan sana, yang masuk ke kelas bersamaku tadi, ia sesekali menguap dan mengantuk-ngantuk, tapi tetap menguatkan matanya

"Kasihan." Kataku lirih, tapi sedetik kemudian aku menggelengkan kepalaku kasar, seakan tersadar apa yang aku ucapkan adalah salah

RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang